Di sebuah cafe kecil dengan lampu temaram dan alunan lagu lawas. Rani meneguk cappucino nya sambil sesekali melirik jam tangan. Lima belas menit lewat janji.
"Tipikal Dimas," gumam nya sambil tersenyum geli.
Tiba - tiba terdengar suara seseorang yang sangat familiar, " maaf telat, tadi nyasar... Ke kenangan lama."
Rani langsung mendongak. Dimas berdiri di depan nya dengan senyum andalannya , senyum yang dulu bikin jantung nya berdebar dan logika berantakan.
"Masih suka gombal ya?" Rani pura pura malas, tapi dalam hati kupu kupu udh party.
"Mau gimana lagi udh dari Sononya begini" kata Dimas sambil duduk
"Eh.. kamu makin cantik Ran. Masih ingat gak dulu aku pernah nulis puisi buat kamu?"
Isinya kayak, "Rani oh Rani , kau bagai matahari tapi lebih panas kalau pas lagi marah."
Rani tertawa , mengingat masa SMA mereka yang konyol.
"Dan kamu masih suka puisi yang absurd, ya?"
"Absurd tapi dari hati," balas Dimas sambil menyeruput kopi,
"Eh kamu masih ingat gak pertama kali kita jadian di kantin kamu bilang iya sambil makan batagor."
Rani mengangguk " terus putusnya juga di tempat yang sama , gara gara kamu naksir kakak kelas yang ternyata cowok.
Dimas tertawa ngakak," astaga iya , gimana bisa aku lupa. Tapi itu cuma fase bingung,Ran . aku sekarang sudah yakin sama kamu."
"Cieeee... Kat Rani sambil menutupi wajah nya dengan tangan, " kamu nggak berubah ya selalu bikin aku ketawa.
"Misi hidupku emang itu, " jawab Dimas "bikin kamu ketawa,.meski kadang caranya bikin malu"
Mereka ngobrol sampai lupa waktu. Dimas bercerita tentang hidup nya yang sempat merantau, dan Rani cerita soal hobi nya yang sekarang jadi bisnis kue online. Obrolan mereka ngalir kayak air , tanpa canggung, tanpa jeda, seperti dua puzzle yang lama terpisah dan akhirnya ketemu lagi.
Sampai akhir nya Dimas membuka kotak kecil dari saku jaket " ini bukan cincin tunangan. Tapi cuma gantungan kunci bentuk hati. Tapi aku pengen kamu pegang ini sebagi bukti niat aku buat serius lagi. Kalau kamu mau kita bisa mulai lagi dari awal, mulai dari batagor di kantin sampai nanti di pelaminan.
Rani menahan tawa dan haru bersamaan " kamu ngajak balikan pake gantungan kunci?"
" Yang penting niat nya, bukan harganya. Tapi kalau kamu mau yang ada berlian nya aku bisa cicil."
"Gila kamu!" Kata Rani , " tapi gila yang aku suka"
Dan di tengah tawa dan secangkir kopi yang tinggal setengah, dua hati yang sempat terpisah itu pun saling menemukan kembali. Cinta itu memang belum kadar luarsa cuma sempat expired sebentar karena salah tempat.
Selesai.