Iblis Durgasthala akan pulang!
Kalimat itu bagai mantra sakral yg menyebar cepat di seantero Nyxoria bahkan Gennoia yang tengah diguyur hujan. Dunia iblis di Nyxoria yang semula riuh menjadi tenang dan damai, seakan para iblis di sana tidak senang membuat keributan. Pasalnya, mereka tidak ingin iblis Durgasthala----yang sering dikenal dengan nama Sang Tuan----mendatangi mereka, menghukum mereka karena ketahuan melakukan kejahatan. Sang Tuan ibarat seorang dewa yang bersembunyi di balik topeng iblis. Selama ribuan tahun berkelana di dunia iblis dan manusia, tidak ada satu pun iblis yang pernah melihatnya berbuat jahat terutama kepada manusia. Padahal sebagi iblis, berbuat jahat adalah hal yang wajar. Namun, semenjak Sang Tuan muncul, iblis-iblis terpaksa menjadi baik agar tidak dibantai olehnya.
Kini Sang Tuan telah tiba di durgasthala, puncak gunung Rudhira. Di sebelahnya, berdiri seorang iblis perempuan berpakaian merah dan berambut pirang. Perempuan itu mengenakan mahkota emas permata merah di kepalanya. Keduanya baru saja kembali setelah menjelajah berbagai tempat demi mencari pedang suci dan lonceng pusaka walau hasilnya sia-sia.
Sang Tuan menghela nafas pelan, mendongak sejenak untuk memandangi Durgasthala, satu-satunya bangunan dari dunia iblis yang juga bisa dilihat oleh manusia.
“Pencarian kali ini tidak berhasil. Saya akan mencarinya lagi setelah beristirahat sejenak di Durgasthala,” ucap Sang Tuan datar.wajahnya tampak lelah, tapi harapan terpancar jelas dalam bola matanya yang kelam. Karena ia harus segera menemukan pedang suci dan lonceng pusaka agar bisa kembali ke dunia dewa dan membersihkan diri dari segala kutukan yang menyelimuti tubuhnya.
“Saya akan kembali menemui Anda, Tuan,” balas perempuan di sebelahnya sembari menoleh ke arah Sang Tuan dan tersenyum yakin.
Sang Tuan mengangguk tegas.
“Di pencarian selanjutnya, saya harus benar-benar mendapatkan pedang suci dan lonceng pusaka.”