Di tepi pantai yang sepi, seorang gadis bernama Amara duduk memandangi laut yang luas. Udara hangat dari angin laut berdesir lembut di rambutnya, sementara ombak yang tenang datang dan pergi dengan irama yang mengalun, seolah berbicara pada dirinya. Di sanalah dia, tempat yang dulu selalu dia datangi bersama ayahnya. Sejak ayahnya pergi, Amara merasa seperti ada yang hilang dalam hidupnya.
Setiap kali dia duduk di sana, mendengar suara ombak, dia selalu teringat pada ayahnya yang dulu sering berkata, "Laut ini seperti kehidupan, Amara. Ombaknya datang, lalu pergi. Begitu juga dengan segala hal yang ada di dunia. Tidak ada yang abadi." Kata-kata itu terus berputar dalam pikirannya. Namun, meskipun dia sering mendengar nasihat itu, Amara tidak bisa mengerti. Kenapa ombak harus datang dan pergi? Kenapa harus ada perpisahan dalam setiap pertemuan?
Suatu sore, saat matahari mulai terbenam dan langit menghangatkan cakrawala dengan warna oranye keemasan, Amara duduk lebih lama dari biasanya. Ombak datang lebih keras malam itu, seakan ingin mengajak dia bicara lebih dalam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang belum bisa dia pahami.
“Tuhan, mengapa ombak ini datang, lalu pergi lagi?” gumamnya pelan.
Tiba-tiba, di kejauhan, dia melihat seorang pria tua duduk di pasir. Rambutnya putih, dan matanya penuh kebijaksanaan. Tanpa ragu, Amara mendekat dan duduk di sampingnya.
“Anakku, ombak datang dan pergi bukan karena ia ingin meninggalkan kita,” kata pria tua itu dengan suara lembut. “Ombak itu mengajarkan kita tentang perubahan. Setiap kali ia datang, ia membawa sesuatu yang baru. Dan ketika ia pergi, ia membawa serta kenangan-kenangan yang mungkin kita butuhkan untuk tumbuh. Begitu juga dengan kehidupan. Setiap pertemuan, setiap perpisahan, adalah bagian dari perjalanan kita. Tidak ada yang abadi, tapi itu membuat setiap momen menjadi berharga.”
Amara memandang ombak yang datang dan pergi, mendengarkan suara yang semakin jelas di telinganya. Kini, dia mulai memahami. Kehidupan, seperti ombak, selalu penuh perubahan. Kadang-kadang datang dengan kebahagiaan, terkadang dengan kesedihan. Tapi setiap gelombang yang pergi meninggalkan pelajaran, dan setiap gelombang yang datang memberikan harapan baru.
Dengan perlahan, Amara merasakan kedamaian di hatinya. Dia tahu bahwa perpisahan dengan ayahnya bukanlah akhir dari segalanya. Seperti ombak yang datang dan pergi, kenangan bersama ayah akan tetap hidup di dalam dirinya, memberi kekuatan dan semangat untuk melangkah ke depan.
Laut pun tampak tenang, ombaknya tidak lagi membuatnya bingung. Amara tersenyum, menatap langit yang semakin gelap. Ombak akan selalu datang, lalu pergi, tapi ia tahu, setiap kali itu terjadi, hidup akan terus berjalan, membawa pelajaran dan keindahan yang tak pernah berhenti.