"kesal sekali, kenapa kakak memakan puding kesukaan milikku!"
Yin Li memilih bermain game online di ponselnya untuk mengurangi rasa kesal pada kakaknya yang kerap dipanggil Yin Lao.
Lelah bermain Yin Li pun akhirnya tertidur.
~~~~~~~~~~
"Hei, bangun."
Kedua mata itu berlahan terbuka, memperlihatkan manik-manik mata yang cerah. Pandangan Yin Li buram dan berlahan menjadi jelas.
Sosok pria tampan dihadapannya menatapnya dengan bingung.
"Kamu siapa?"
"Anda menggunakan bahasa yang tidak sopan di awal pertemuan," timpal pria itu.
Yin Li berdiri dan melangkah mundur, pandangannya yang kebingungan nampak jelas saat menyadari sekelilingnya adalah sebuah hutan yang luas.
"Kau ingin tetap disini atau pergi keluar dari hutan?"
"Ini dimana, kenapa aku bisa disini?"
Seorang pria lainnya datang dan menyerang mereka. Pria dihadapannya segera menangkis serangan itu dan menarik Yin Li dalam dekapannya.
Mereka berdua terbang diatas pedang milik pria yang sedang mendekap tubuh Yin Li agar tidak jatuh.
Yin Li tidak berani bergerak sedikitpun dan memilih memeluk pria itu agar dirinya tidak melihat kebawah.
Sekarang mereka telah berada di sebuah Desa. Cukup ramai karena mereka melalui pasar Desa yang disebut Desa Xi'an.
"Kenapa membawaku?"
"Karena kamu harus bertanggung jawab," ucap pria tersebut sebelum menegak segelas minuman ditangannya.
"Apa? Apa yang kulakukan?"
"Kenapa bertanya, apa karena kamu tidak sadarkan diri saat terjatuh dari langit?"
"Apa maksud Anda, bagaimana aku bisa terjatuh, lihat pakaianku.."
Ucapan Yin Li terhenti saat menyadari pakaian yang ia kenakan bukanlah miliknya.
"Ini baju siapa? Kenapa aku mengenakan ini?"
"Kenapa bertanya padaku, sejak awal kamu mengenakannya."
Yin Li pun melihat sekelilingnya, bahasa yang orang-orang gunakan sedikit lebih formal dari pada umumnya. Bahkan pakaian mereka terlihat kuno.
"Tahun berapa sekarang?"
"Kenapa bertanya?"
"Katakan saja!"
"400."
Saat Yin Li terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar, pria itu beranjak pergi.
"Tunggu!"
Pria itu berhenti tanpa menoleh hingga Yin Li berada disampingnya.
"Ada apa?"
"Kenapa? Kamu yang membawaku kemari, aku tidak tahu apapun."
"Apa saat terjatuh kepalamu terbentur hingga tidak ingat apapun?"
"Sepertinya tidak."
"Lalu mengapa tidak tahu apapun?"
"Ada yang ingin aku katakan, tapi tidak bisa disini."
Pria itu tidak menjawab dan kembali melangkah pergi.
Kini mereka telah berada dijalan menuju pegunungan. Sepi dan hening, bahkan suara belalang pun tidak terdengar.
"Bagaimana aku memanggilmu?"
Pria itu tidak menjawab dan terus berjalan.
"Hei, kamu dengar aku kan?"
"Chang Zhu."
"Oke tuan Chang Zhu, namaku Yin Li dan aku dari masa depan."
Pria itu berhenti dan melihat sekilas Yin Li dan kembali melangkah.
"Sepertinya kamu tidak percaya, tapi itu benar. Aku bermain game dan tertidur, hingga bangun dihutan itu."
"Hei, aku serius!" Lanjut Yin Li.
"Lalu kenapa tidak kembali kemasamu?"
"Bagaimana aku tau, datang kemari secara tiba-tiba."
Pria itu tiba-tiba saja menodongkan pedangnya tepat kearah Yin Li.
"Hei.. Hei.. Apa yang kamu lakukan?"
"Menjauh dariku!"
"Jahat sekali, akukan hanya butuh seseorang untuk membantuku kembali."
"Itu bukan urusanku," timpal Chang Zhu sembari kembali memasukkan pedang pada sarungnya.
"Ku mohon tolong bantu aku!"
Chang Zhu tidak menjawab dan terus berjalan.
~~~~~~~~~~
Kini mereka telah berada di sebuah rumah di pegunungan.
"Bicara saja dengan sepasang suami-isteri di rumah itu," ucap Chang Zhu berlalu pergi dengan mengendarai pedangnya.
"HEI, CHANG ZHU!!"
"Ada apa anak muda, kenapa berteriak seperti itu?"
"Maafkan saya, saya tidak bermaksud mengganggu."
"Kemarilah, istri saya baru saja membuat ubi manis."
Yin Li hanya duduk diam dan sesekali melempar senyum.
"Makanlah, nanti ubinya jadi dingin."
"Te, terimakasih."
"Apa pemuda tadi itu temanmu?"
"Kami baru saja kenal."
"Tidak perlu khawatir, anak itu selalu seperti itu."
"Apa Chang Zhu sering melakukan ini?"
"Melakukan?"
"Membawa orang kemari"
"Tidak, hanya ada dua orang saja."
"Siapa seorang lagi?"
"Dia seorang pria muda, saat itu dia baru berusia 8 tahun saat Chang Zhu membawanya kemari."
Merekapun melanjutkan percakapan hingga matahari terbenam. Yin Li diizinkan tinggal dirumah sepasang suami-istri yang sudah berumur tersebut.
Beberapa hari berlalu, Yin Li terus mencari cara untuk bisa kembali ke masanya. Selama disini, dirinya membantu kedua orang tua tersebut.
Bahkan ia pergi ke peramal untuk mencari jalan keluar, namun itu semua sia-sia dan uang yang ia kumpulkan hampir habis.
Saat kembali ke pegunungan, Yin Li bertemu dengan seorang pria seumuran dengannya menuju rumah yang sama. Mereka saling menatap bingung.
"Apa tuan mencari seseorang?"
"Tidak, saya baru saja turun dan kembali kemari."
"Kalian sudah datang, Chang Duo bagaimana pelatihanmu?"
"Kakek, aku terpilih menjadi murid tingkat 3 tahun ini."
"Selamat Chang Duo, hebat sekali."
Yin Li hanya terdiam melihat keakraban kedua pria dihadapannya saat ini. Merekapun masuk kedalam rumah dan berkenalan.
"Benarkah, aku pikir akan menjadi yang terakhir guru bawa kemari."
"Guru?"
"Ya, guru Chang Zhu."
"Kenapa memanggilnya dengan sebutan guru?"
"Karena dia memang seorang guru, ah benar, kalian hanya sempat berkenalan saja. Tapi aku sangat terkejut jika guru membawa seseorang kemari."
"Chang Duo, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Silahkan."
"Mengapa dia membawamu kemari?"
Chang Duo hanya menatap Yin Li tanpa mengatakan apapun. Yin Li tampak bingung mengapa Chang Duo hanya melihatnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Maaf, jika tidak berkenan mengatakannya tidak apa-apa, aku hanya bertanya saja."
"Keluargaku dibunuh oleh Dong Jing, dia seorang kepala sekte yang termasuk cukup berpengaruh."
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu mengingat itu."
"Tidak apa-apa, lagi pula itu sudah lama."
"Jadi Chang Zhu membawamu kemari karena itu?"
"Bukan, lebih tepatnya akulah yang memohon untuk ikut dengannya."
Sontak Yin Li teringat saat dirinya juga melakukan hal yang sama hingga dibawa kemari.
"Aku tidak sempat menanyakan ini kepada mereka, apakah mereka ini kakek dan nenek Chang Zhu?"
"Hahaha, kamu berpikir seperti itu ya. Bukan, mereka ini keturunan dari sahabat guru."
Yin Li mencerna maksud kalimat Chang Duo barusan. Faktanya, Chang Zhu masih terlihat sangat muda seperti seumuran dengannya. Namun mendengar fakta sebenarnya membuat Yin Li bingung.
"Apa kamu sedang bercanda?"
"Tidak, aku juga baru mengetahui itu saat umurku 15 tahun."
"Darimana kamu mengetahui itu?"
"Dari para tetua di Sekte Zhu Qing."
"Tempat apa itu?"
"Tempat perguruan di pegunungan, Sekte itu ternyata di pimpin oleh Chang Zhu sejak 150 tahun lalu."
Mendengar itu Yin Li semakin pusing, namun ia tidak bisa tidak percaya pada hal seperti itu di masa ini.
~~~~~~~~~~
Sudah satu bulan sejak Yin Li mengetahui fakta mengenai Chang Zhu. Mungkin dimasa ini masih banyak yang memiliki umur panjang. Namun dengan fisik yang sama selama 150 atau bahkan ribuan tahun adalah hal yang jarang sterjadi selain mereka yang dipercaya sebagai hidup abadi atau seorang Dewa.
Beberapa Minggu terakhir Yin Li diam-diam berlatih bela diri. Bahkan saat berlatih ia terkejut dengan ingatan dan tubuhnya yg bisa mengingat dan bergerak dengan cepat. Hingga pelatihannya berkembang dengan pesat.
Satu bulan berlalu Chang Duo berpamitan untuk kembali ke perguruan. Yin Li yang mendengar itu mengejar Chang Duo yang baru saja mengeluarkan pedang dari sarungnya.
"Tunggu!"
Chang Duo melihat ke arah suara yang dia dengar. Yin Li berlari menghampirinya dengan buru-buru hingga ia hampir saja terjatuh.
"Apa..hos.. aku boleh..hos.. ikut?"
"Kenapa ingin ikut?"
"Aku ingin menemui Chang Zhu."
"Selama tujuh tahun berlatih, aku bahkan hanya bisa bertemu dengannya beberapa kali."
"Lalu untuk apa dia menjadi guru?"
"Dia hanya melatih murid tingkat akhir."
"Intinya aku kesana saja dulu, bertemu atau tidak itu urusan belakangan."
"Maaf, aku tidak bisa membawamu."
"Kenapa?"
"Hanya mereka yang ikut seleksi yang bisa masuk ke perguruan. Bahkan sanak saudara tidak dapat masuk tanpa undangan."
"Sesulit itu?"
"Maaf, aku harus pergi sekarang, jika bertemu dengan guru akan aku sampaikan jika kamu ingin bertemu."
"Baiklah, hati-hati."
Chang Duo hanya tersenyum dan berlalu pergi dengan mengendarai pedangnya. Yin Li tampak sedih karena dia tidak dapat pergi.
~~~~~~~~~~
"Sudah setahun mengapa Chang Duo belum kembali?"
"Dia hanya kembali setahun sekali."
"Apa tempatnya sangat jauh?"
"Bisa dibilang begitu, tapi kakek juga tidak pernah pergi kesana."
"Ini ubinya Nek."
"Terimakasih, beristirahatlah."
Yin Li pergi ke depan rumah, duduk di bawah pohon sambil mencabut rumput yang tumbuh liar disekitarnya. Dia terus berharap jika dirinya bisa kembali ke masa depan.
"Yin Li."
Yin Li mendongakkan kepalanya melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.
"Chang Duo."
Mereka berdua saling berbagi cerita sembari menikmati manisnya ubi bakar yang masih hangat.
"Hampir saja lupa, dua bulan lalu aku bertemu dengan Chang Zhu, dia ingin aku memberikan ini padamu."
"Buku apa ini?"
"Lihatlah saja."
Yin Li membuka buku itu lembar demi lembar yang berisikan gambar dan penjelasan mengenai gerakan bela diri.
"Ini untukku?"
"Tentu."
"Kenapa dia memberikan ini."
"Aku memberi tahu guru jika kamu belajar bela diri dari buku yang kamu dapatkan di pasar. Ini salah satu buku tingkat 1 Sekte Zhu Qing, simpan baik-baik dan kembalikan setelah selesai."
~~~~~~~~~~
Yin Li berjalan-jalan di pasar setelah mengantar pesanan ubi manis kepada pembeli. Matanya tertuju pada kerumunan orang yang sedang melihat acara pameran tari.
"Wah, indah sekali gerakannya."
"Dia seperti seorang Dewi."
Bagaimana tidak terkagum-kagum, seseorang yang sedang menari itu sangatlah cantik ditambah lagi dengan tariannya yang indah.
Saat Yin Li terpesona dengan sang penari, ia mendapati sosok seseorang yang tidak asing baginya.
Yin Li mengikuti sosok tersebut, namun setelah sampai di perbatasan Desa. Sosok tersebut menghilang dari pandangannya.
"Aku yakin sekali itu dia!"
"Untuk apa mengikutinya?"
Yin Li berbalik melihat seseorang yang tepat berada di belakangnya. Perawakan seorang pendekar dengan baju hitam dan paduan merah memandanginya dengan bingung.
"Anda mengenal orang tadi?"
"Tidak juga."
"Anda tahu namanya?"
"Apa saya harus menjawab itu?"
"Untuk meyakinkan jika dia Chang Zhu."
"Ya, itu dia. Saya tidak tahu jika dia dekat dengan seorang gadis."
"Kami hanya saling kenal, tidak sedekat itu."
"Baiklah."
Pria itu menarik lengan Yin Li keluar dari Desa.
"Hei Anda mahu membawa saya kemana?"
"Hanya di depan sana."
~~~~~~~~~~
Kini mereka telah berada di sebuah pohon besar tidak jauh dari Desa. Pohon yang rindang dan memiliki banyak cabang pada batangnya sangat nyaman untuk bersantai.
"Maaf saya membawamu kemari, karena ada yang ingin saya tanyakan padamu."
"Tanyakan saja."
"Apa kamu masih berpikir untuk kembali?"
"Kembali?, Tunggu.. apa maksud Anda dengan itu?"
"Kamu bukan dari sini, bukan di kehidupan ini."
"Bagaimana Anda tahu?"
"Saya ditugaskan untuk mengamatimu sejak dua hari kamu berada dirumah sepasang suami istri itu."
"Apa Chang Zhu yang menugaskan Anda?"
"Bukan."
Yin Li tampak bingung, jika bukan Chang Zhu yang memintanya lalu siapa?
"Lalu.. Siapa yang memberikan Anda tugas?"
"Chang Duo."
'Chang Duo? Apa Chang Zhu memberitahunya? Tapi untuk apa? Bahkan kami belum saling mengenal saat itu'pikir Yin Li.
"Kenapa dia melakukannya."
"Karena dia terus mengatakan jika kamu adalah kekasihnya."
Sontak Yin Li terdiam seribu bahasa. Bagaimana sesorang yang tidak saling kenal berpikir demikian?
Yin Li berusaha berpikir jernih mencerna maksud dari ucapan pria tersebut.
Yin Li tersenyum tidak menyangka dan berkata, "Anda sungguh mempercayai itu?"
"Jika dia jujur padamu, dia akan mati."
"Apa? Bagaimana bisa, hanya mengatakan itu dia akan mati."
"Hubungannya dengan seseorang tidaklah baik, kamu akan mengetahuinya sendiri. Tapi tujuanku kemari karena hal lain."
"Hal lain?"
"Seperti pertanyaan saya sebelumnya, apa kamu masih berpikir untuk kembali?"
"Te, tentu saja. Walaupun saya tidak tega meninggalkan kakek dan nenek. Tapi saya juga punya keluarga."
"Ambil ini, dia memberikan ini pada saya. Dia ingin kamu kembali."
"Chang Duo?"
Pria itu tidak menjawab pertanyaan yin Li.
"Makan saja, tapi sebelum itu silahkan berpamitan dengan mereka berdua. Biar saya yang akan memberi tahu Chang Duo jika kamu telah kembali ke masa mu."
"Ini bukan racun kan?"
"Sepertinya kamu tidak tahu mengenai buah permohonan Dewa yang langka. Sulit untuk mendapatkannya walaupun tingkat kultivasi tinggi sekalipun."
"Saya ada baca itu di buku catatan kakek, maaf saya meragukan Anda sebelumnya. Terimakasih."
"Baiklah, tugas saya sudah selesai, permisi."
"Tunggu, bagaimana saya memanggil Anda."
"Ying Ruo."
Ying Ruo pun pergi dengan mengendarai pedangnya tanpa suara sedikitpun. Yin Li berlari menuju tempat ia tinggal saat ini dengan menggenggam buah kecil berwarna putih kehijauan.
~~~~~~~~~~
"Kakek.. Nenek.."
"Pelan-pelan nanti kamu terluka!"
Yin Li mengatur irama nafasnya yang memburu karena berlari. Ia pun memeluk erat sang nenek tanpa mengatakan apa-apa.
"Yin Li, ada apa?"
"Kakek, nenek, seseorang memberikanku buah Dewa Permohonan."
"Apa Ying Ruo yang memberikan buah itu padamu?"
"Kakek mengenalnya?"
"Dulu saat kami masih berusia belasan tahun, Ying Ruo lah yang mengantarkan buah Dewa Permohonan itu pada kami."
"Bukankah buah ini sangat langka? Hal apa yang membuatnya memberikan buah ini pada kalian?"
"Karena kami adalah Dewa yang gagal, namun Ying Ruo memberikan kami kesempatan untuk bisa hidup sampai saat ini."
"Siapa sebenarnya Ying Ruo ini?"
"Karena Ying Ruo adalah penjaga pohon buah Dewa Permohonan.
Seketika Yin Li merasa takjub setelah mengetahui bahwa Ying Ruo adalah seseorang yang penting.
"Yin Li, kembalilah. Keluargamu pasti mencemaskan kamu saat ini."
"Kakek, nenek, terimakasih telah mengizinkanku tinggal disini."
"Kamilah yang merasa beruntung kamu tinggal disini, kamu telah banyak membantu kami Yin Li."
Setelah berpamitan Yin Li pun memakan buah permohonan tersebut dengan penuh harap bisa kembali ke masa dimana dia seharusnya berada.
Tubuhnya mulai memudar seperti hologram dihadapan sepasang kekasih tua itu dan menghilang.
~~~~~~~~~~
Seorang gadis terbaring di atas bed sebuah Rumah sakit dengan alat bantu pernapasan.
Sepasang suami-isteri berusia sekitar 45 tahun duduk dengan raut wajah sedih disamping bed. Selang beberapa menit tombol panggil Dokter di bunyikan tanda pasien membutuhkan pemeriksaan.
Gadis itu mulai membuka matanya perlahan. Pandangannya yang kabur berlahan menjadi lebih jelas.
"Sayang, syukurlah kamu bangun nak."
Yin Li hanya diam masih merasa sakit di kepalanya.
~~~~~~~~~~
Beberapa Minggu setelah Yin Li sadar dari komanya, ia dengan sang kakak Yin Lao pergi ke kuil untuk berdoa.
Setelah selesai mereka pergi kesebuah rumah makan yang tidak jauh dari kuil. Duduk menunggu makanan datang dengan bermain ponsel masing-masing.
Yin Li melempar pandang keluar jendela, matanya terbelalak saat mendapati sosok seseorang yang ada di penyebrangan. Yin Li pamit kepada kakaknya untuk pergi keluar sebentar.
Saat dia sampai di penyebrangan, ia tidak menemukan seseorang yang tidak familiar baginya. Padahal jarak antara mereka tidak jauh, seharusnya orang tersebut masih ada disekitar sini. Namun tetap saja Yin Li tidak dapat menemukannya.
~~~~~~~~~~
Hari demi hari berlalu, tiba saatnya Yin Li kembali ke bangku kuliah setelah 1 bulan mengalami koma. Orang-orang mempertanyakan mengapa Yin Li bisa tiba-tiba koma sedangkan dia tidak memiliki penyakit apa pun. Yin Li tidak dapat menjelaskan apa-apa pada mereka.
~~~~~~~~~~
Kini Yin Li telah lulus kuliah dan bekerja disebuah rumah sakit ternama. Dirinya sangat terkenal dikalangan Dokter muda. Yin Li salah satu orang yang berhasil mendapat gelar Dokter muda berpengaruh besar.
Suatu saat, ia pergi menghampiri seorang pasien di taman rumah sakit. Seorang anak kecil berusia 6 tahun korban kecelakaan tabrak lari. Kondisinya semakin membaik dibawah perawatan Yin Li.
"Qian," panggil seorang pria yang tidak jauh dari Yin Li dan anak itu berada.
"Ayah."
Yin Li terbengong melihat betapa tampan pria yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Beberapa menit berlalu, anak tersebut telah kembali ke kamarnya sedangkan Yin Li dan pria itu masih berada di taman.
"Putra Anda terlihat jauh lebih sehat sekarang."
"Terimakasih telah merawatnya."
"Itu sudah menjadi tugas saya."
Pria itu tidak menjawab, hanya diam dan melihat kesana kemari seperti mencari seseorang.
"Sepertinya istri Anda tidak datang beberapa hari ini."
"Ibunya tidak datang beberapa hari?"
"Iya, jadi saya khawatir dan terus kemari untuk menemaninya."
"Jadi Anda tidak tahu jika istri Anda tidak datang?"
"Tolong jangan katakan itu!"
"Maaf, saya tidak bermaksud menyinggung Anda."
"Dia bukan istriku dan Qian bukan Putraku."
Yin Li terdiam, dia ingat jika anak itu memanggilnya ayah. Lalu mengapa ia mengatakan jika mereka bukan istri dan anaknya.
"Maaf saya harus pergi."
"Chang Zhu," teriak seseorang sambil berlari ke arah mereka.
Sontak Yin Li terkejut, bukan hanya rupa mereka yang sama, namun juga nama mereka.
"Hai Yin Li, lama tidak berjumpa, sudah berapa abad."
"Ying Ruo?"
"Ternyata masih ingat ya."
"Dia tidak hidup selama kita," timpal Chang Zhu.
"Benar juga."
Yin Li tidak mampu mengatakan apapun, sudah berapa lama mereka hidup. Apa masih ada manusia abadi di zaman ini.
~~~~~~~~~~
Setelah pertemuan itu, mereka bertiga sering bertemu didekat rumah sakit. Lebih tepatnya Ying Ruo lah yang memaksa mereka.
"Chang Zhu, sampai kapan kamu seperti ini. Kita sama-sama berutang Budi, tapi kapan aku matinya?"
"Jika hutangku terbayar apa kau bisa mati, sepertinya itu mustahil."
"Paling tidak aku bisa tidur tanpa terbangun."
"Hei, lagi bahas apa, apa yang tidur tanpa terbangun?"
"Haha.. itu aku, aku ingin tidur tanpa terbangun."
"Kenapa? Bukankah kamu penjaga buah Dewa permohonan?"
"Aku tidak dapat menggunakannya, sering ku coba," ucap Ying Ruo lesu.
Setelah selesai makan malam, Ying Ruo pergi lebih dulu dengan alasan sakit perut. Yin Li dan Chang Zhu kembali diselimuti rasa canggung.
"Chang Zhu, apa selama ini kamu tau keberadaanku disini?"
"Tidak."
"Jadi kalian benar-benar hidup abadi seperti ini tanpa tujuan?"
"Tentu saja kami memiliki tujuan."
"Apa tujuan itu berhubungan dengan kehidupan kalian?"
"Ya, kami harus mendapatkan tujuan itu."
Yin Li bingung dengan ungkapan Chang Zhu, ada hal lain yang ingin ia tanyakan. Namun Yin Li takut membuatnya tersinggung.
"Sepertinya banyak hal yang kamu pikirkan."
"A, tidak, aku hanyan teringat kakek dan nenek, apa mereka baik-baik saja?"
"Mereka sudah bahagia sekarang."
Yin Li hanya diam, dia tahu benar maksud dari ucapan Chang Zhu barusan. Kakek dan nenek telah menjadi manusia biasa, tidak ada namanya hidup abadi.
"Chang Duo, apa dia juga.."
"Jangan tanya tentangnya!"
Setelah mengatakan itu Chang Zhu berdiri dan keluar dari Restoran. Yin Li menyusulnya dengan perasaan bersalah, walaupun ia tidak tahu mengapa Chang Zhu menjadi kesal saat membahas Chang Duo.
"Chang Zhu, maaf aku tidak bermaksud menyinggungmu."
Chang Zhu tidak menggubris Yin Li dan tetap berjalan.
Namun tiba-tiba Chang Zhu berhenti dan hampir saja Yin Li menubruknya.
"Jika aku mati, apa kau akan menanyakan hal yang sama?" Tanya Chang Zhu berbalik menghadap Yin Li.
"Te, tentu saja bagaimana mungkin tidak."
"Kau benar-benar tidak ingat apapun Yin Li!"
"Apa? Apa yang tidak aku ingat?"
"Lebih baik kau tidak tahu."
"Kenapa? Kenapa aku tidak harus tahu hal yang berhubungan denganku?.. Chang Zhu, ku mohon katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku bisa sampai ke masa kalian dan mengalami koma?"
"Kau akan menyesal jika mengetahui itu."
"Chang Zhu, mungkin sebelumnya kita hanya bertemu satu kali, tapi sekarang kita jadi sering bertemu. Aku sadar setiap kali kita bertemu kamu selalu gelisah. Apa aku melakukan kesalah Chang Zhu?"
Tanpa mengatakan apapun Chang Zhu tiba-tiba (sensor)😗 Yin Li. Anehnya ingatan-ingatan yang tidak pernah Yin Li tahu muncul di kepalanya.
~~~~~~~~~~
Flashback
Kilatan pedang memenuhi langit malam, suara pedang beradu tak henti meramaikan malam yang hening.
Chang Zhu dan Rang Duo (Chang Duo) saling menyerang. Yin Li hanya bisa melihat amarah kedua orang tersebut karena dirinya berada di dalam sihir pengikat yang sulit ia lepaskan.
"Lepaskan Yin Li."
"Untuk apa aku melepaskan tangkapan yang lezat atau.. Lebih baik jika aku membunuhnya saja."
"RANG DUO!"
"Satu serangan, tidak akan sakit."
Rang Duo melempar 3 mata pisau ke arah Yin Li. Chang Zhu dengan gesit menangkis ketiga mata pisau tersebut. Namun Yin Li menghilang.
"Yin Li!"
"Kau bahkan tidak bisa menjaga seorang gadis Chang Zhu."
Chang Zhu dengan cepat kembali menyerang Rang Duo dan berhasil menusuk jantungnya. Namun suara seseorang dibelakangnya membuatnya terkejut.
"Bukan aku yang membunuhnya, sungguh gadis yang malang."
Wujud Rang Duo dihadapan Chang Zhu berubah menjadi Yin Li. Tubuh Chang Zhu gemetar hebat dan tanpa sadar air matanya mengalir membasahi kedua pipinya.
"Yin Li!"
"Chang Zhu," ucap Yin Li dengan suara lirih.
Chang Zhu mendekap tubuh Yin Li yang berlumuran darah segar akibat tusukan. Chang Zhu tidak kuasa menahan airmata dan amarahnya.
Yin Li tersenyum,"ini bukan salahmu Chang Zhu."
"Yin Li."
Tangan Yin Li yang tadi menyentuh pipi Chang Zhu kini telah jatuh tak bertenaga. Yin Li kehilangan nyawanya ditangan Chang Zhu.
Kisah manis mereka berakhir tragis dimalam pernikahan Chang Zhu dan Yin Li.
~~~~~~~~~~
(Kembali kemasa depan)
Yin Li menangis dalam dekapan Chang Zhu yang terus mengucapkan maaf pada Yin Li.
"Tidak, ini bukan salahmu Chang Zhu, bukan."
"Maaf."
Yin Li memeluk erat Chang Zhu, mereka sudah tidak perduli sekalipun orang-orang melihat mereka.
"Akhirnya kutukan ini berakhir," ucap Ying Ruo yang sedang bersembunyi dibalik pohon bunga hias.
Tubuh Ying Ruo mulai memudar dan ia segera berlari menghampiri Chang Zhu dan Yin Li.
"Terimakasih dan aku turut bahagia kalian bisa kembali bersama."
Itu adalah ucapan terakhir dari Ying Ruo sebelum tubuhnya benar-benar menghilang.
Tamat.
Kira-kira ini tetap jadi cerpen atau jadi Novel ya?
Kalaupun jadi Novel sudah spoiler dong
:(
Terimakasih telah membaca, kalau ada masukan komen saja dan jangan lupa MANGGA MANISNYA..