Satu tahun berlalu, setelah penolakan Zai, Susi masih menyimpan perasaan cinta yang selama ini ia pendam kepada Zai. Ia akan kembali menyatakan cintanya kepada Zai malam ini, berharap Zai akan membalas cintanya. Akhirnya Susi memberanikan diri menelpon Zai agar bisa bertemu nanti malam ditaman tempat mereka sering nongkrong.
"Halo Sus, ada apa?", tanya Zai setelah mengangkat ponsel genggamnya.
"Ehmm... Zai,, Apakah kamu sibuk nanti malam?" jawab Susi gelagapan sambil kembali bertanya pada Zai.
"Hemm.. kebetulan jadwalku malam ini sedang kosong, ada apa?" jawab Zai.
"Bisakah malam ini kita bertemu di taman biasa kita nongkrong?" tanya Susi lagi.
"Oke... Aku akan menemuimu malam ini jam 8 di taman." jawab Zai.
Malam hari, waktu yang ditunggu pun tiba. Sambil menunggu kedatangan Zai, Susi duduk dibangku taman sendirian sedang merapikan rambutnya dan mempersiapkan kata-kata yang akan ia utarakan kepada Zai.
"Eheemm.. Apa kamu sudah lama datang?" tanya Zai tiba-tiba datang mengagetkan Susi.
"Eehh... Gak kok, aku juga baru saja sampai." jawab Susi yang hampir terperanjat karena kaget.
"Ada hal apa yang mau kamu sampaikan padaku, hingga ngajak aku ketemu di taman ini berdua?" tanya Zai.
Sambil tertunduk, Susi memejamkan matanya sebentar sambil menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, memberanikan diri menyatakan cintanya kepada Zai. Susi pun menggenggam kedua tangan Zai.
"Zai..! Aa.. Aa.. akuu..."Susi bingung harus memulai dari mana kata-katanya.
"Ya.. Ada apa Sus? kenapa kau gugup seperti ini? katakan saja apa yang ingin kau katakan." tanya Zai lagi sambil menyakinkan Susi.
"Eeee... Sebenarnya aku masih mencintaimu terlepas dari penolakanmu setahun lalu. Mungkin bagimu itu waktu yang sebentar. Tapi bagiku, itu waktu yang lama yang untuk memendam perasaan cintaku ini padamu. Aku selalu merindukanku. Aku selalu memikirkanmu setiap malam sebelum tidurku. Aa.. aaku bahkan sering terbangun tengah malam karena memimpikanmu disetiap tidurku. Aku berharap itu bukan sekedar mimpi, tapi kenyataan. Berharap kamu membalas cinta ini. Berharap kita akan hidup bersama selamanya. Ini mungkin waktu yang tepat buat aku nyatain rasa cinta ini kepadamu. Karena aku udah gak sanggup lagi buat menahan dan memendam rasa cinta ini padamu. Iya.. hanya padamu..! untuk terakhir kalinya aku tanyakan padamu, Zai... Maukah kau jadi kekasihku? jadi pendamping hidupku?" ungkap Susi mengeluarkan semua unek-uneknya yang selama ini ia pendam.
"Maaf Sus..! kita tidak akan bisa hidup bersama selamanya!" jawab Zai yang membuat hati Susi seketika patah.
"Taa.. tapii... Aku sudah melakukan yang terbaik agar kau juga mencintaiku, apa ada yang kurang dengan diriku agar aku bisa memperbaikinya lagi untukmu." ucap Susi lagi.
"KREETAAKKK....." tiba-tiba suara ranting kayu patah dibalik pohon besar dekat mereka berdua duduk.
"Susaannn..!! Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Zai setelah kaget melihat Susan yang tidak sengaja mematahkan ranting kayu di balik pohon tersebut.
"Aa... Aakuu.. Maafkan aku karna mengikuti kalian kesini secara diam-diam." jawab Susan terbata-bata karena ketauan mengikuti diam-diam.
"Apa kamu mendengar semua apa yang kami bicarakan? tanya Zai lagi.
"Iyaa.. Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Maafkan aku!" jawab Susan.
"Zai... sama seperti sahabatku Susi, aku dari dulu juga sangat mencintaimu. Tapi aku gak berani menyatakannya padamu setelah melihat penolakanmu pada Susi. Aku takut kau akan menolakku juga dan membuatmu menjauh dariku. Sekarang mungkin udah saatnya aku nyatakan perasaan ini untukmu.
Zai.... Maukah engkau menerimaku jadi kekasihmu?" lanjut Susan, menyatakan perasaannya kepada Zai.
"Susan... Maaf... Kita juga tidak akan bisa hidup bersama." jawab Zai.
"Kenapa Zai..? Apakah diantara kami berdua tidak ada yang bisa meluluhkan hatimu? Bahkan aku rela bila harus melihatmu hidup bersama sahabatku." tanya Susi ingin mengetahui alasan kenapa Zai menolak ia dan Susan.
"Susiloo... Kamu itu harusnya sadar, kalau kita ini sama-sama laki-laki. Bahkan buah jakunmu lebih besar daripada buah jakunku." jawab Zai mengatakan alasannya menolak mereka berdua.
"Dan kamu juga Susantoo..! Kamu seharusnya sadar kalo kamu juga laki-laki. Bahkan badanmu lebih kekar daripada badanku, bulu dadamu juga lebih lebat daripada bulu dadaku." sambil menunjuk Susanto, Zai mengutarakan alasannya menolak Susanto.
"Oiya ya.. aku kan cuma ngikutin ceritanya Author nya aja disini. Hehehe.." ucap Susanto.
"Iya, kita disini jadi korbannya Author, termasuk kamu Zainuddin. Ahahah..." ucap Susilo ikut tertawa juga.
"Iya benar, ingin sekali kuinjak batang lehernya. Untung aja authornya baik, tidak sombong, rajin menabung, soleh, dan ganteng pula kayak iler komodo." Sambung Zainudin.
Akhirnya, malam itu Zainudin, Susilo, dan Susanto berjanji untuk menjadi sahabat untuk selamanya. Mereka bertiga pun akhirnya menjadi trio yang menguncang dunia. Baik dalam negeri maupun luar negeri, baik dunia maupun akhirat.
.
.
.
#TAMAT