Aqil umais anak cerdas dan berakal yang penuh cinta itu arti dari namanya. Dia adalah seorang Gus di ponpes Al-akbar milik abunya, abu Haikal.
Suatu malam Aqil pergi keluar pondok untuk menjenguk sahabatnya yang terbaring sakit di rumah sakit, tapi siapa sangka dia harus membawa seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA untuk ia nikahi. Bukan sengaja tapi terpaksa tidak terpaksa juga karena permintaan terakhir sahabatnya sebelum meninggalkan dunia. Sahabatnya itu sudah terlalu banyak membantunya selama ini jadi ia juga ingin berbalas Budi ke sahabatnya itu.
Gadis itu bernama Azura Dinara Ningrat ia sudah ngotot tidak mau menikah dengan Aqil. Tapi dari paksaan abangnya itu ia iyakan saja toh nanti juga bercerai kalau Aqilnya muak kan aku gadis bukan ahli agama apa lagi dia seorang anak pemilik pondok, lagian kenapa harus nikah sama orang yang tidak ia kenal?
Azura kan punya pacar namanya Candra dia juga gak buruk kok seumuran lagi. Tapi kenapa harus nikah dengan om om berumur seperti Gus Aqil, kata Abang "dia bisa menuntun mu ke jalan yang benar Azura", terpaksa Azura memutuskan Candra pacarnya karena itu juga permintaan abangnya. Pikir Azura
"Abang... Azura mau nikah sama dia" mengarahkan jari telunjuk nya kearah aqil. "Tapi nih ya tapiii... Abang janji harus sembuh kalo Azura nikah sama pilihan Abang" menggenggam kedua tangan Adre
"Abang gak bisa janji Azura" senyum simpul Sabari mengelus rambut adiknya itu, gadis kecil yang ia rawat selama ini. "Maksudnya?" Tanya Azura
"Engga, yaudah pulang gih udah malem kamu juga belum mandi kan masih pake baju seragam sekolah lagi, bauu tauk" menutup hidungnya seolah emang bau.
"Ihhh enak aja Azura tuh cewek sekalipun Azura gak mandi, masih wangi gak kaya Abang" menyipitkan matanya
"Iyaa iya Abang percaya" balas Andre
"qil titip adek gwe ya"
"Iya dree tenang aja, Lo cepet sehat biar gwe kgk repot sendirian ngurus bocah SMA" Andre yang mendengar kata kata Aqil yang mampu membuat Andre tertawa
"anterin adek gwe pulang ke panti ya" ucap Andre
"Yaudah gwe sama adek lu pulang dulu, cepet sehat bro" memberikan salam ala ala temen tongkrongan nya
"Dek zura juga pulang ya bang ndre" memeluk Andre yang terbaring. "Iya adik ku yang cantik, udah tu ditunggui sama calon suami" dengan nada ngeledek wkwkw
"Ihh ngeselin" nyubit perut Andre
"Sakit dek" mengelus perutnya
"Salah sendiri, yaudah Azura pulang jangan kangen Lo" berjalan keluar
"Kamu yang kangen paling!" Sedikit berteriak
"Yaudah ndre gwe pamit ya baik baik, gwe besok balik lagi"
"Assalamu'alaikum" salam Aqil
"Wa'alaikumsalam" jawab Andre
****
Paginya, suster yang biasa memeriksa Andre datang keruangan nya. Niatnya untuk mengecek pasien tapi dikejutkan bahwanya Andre sudah tidak bernyawa lagi ia memagil rekannya untuk menelfon keluarga Andre.
Sekitar kurang waktu 20 menit, setelah Azura mendapat telfon dari rumah sakit.
"Abangg Abang ndre Abang" Azura berlari kearah ruangan abangnya, terlihat ada suster di sana yang telah melepas semua alat yang menempel di badan abangnya itu.
"Sus jangan dilepas, Abang masih butuh buat hidup, gak mungkin udah ninggalin Azura tau gak" dengan nada khas orang habis nangis yang terdalam seperti habis kehilangan sesuatu yang paling berharga di hidupnya
"Abang bangun" memeluk badan Andre yang dingin, tidak ada tanda-tanda kehidupan di tubuh Andre
"Azura Udah gak punya siapa siapa lagi"
"Azura sendirian disini, kalo gada Abang"
"Azura kesepian nanti"
"Gada tempat Azura cerita keseharian Azura lagi"
"Abang ndre jahat"
"Hiks, jahat"
"Maaf mbak, jenazahnya mau di bawa keruang jenazah terlebih dahulu sebelum di pulangkan"
Azura masih terlalu lemas untuk melepaskan pelukannya itu. "Abang udah gak sakit sakit lagi ya badannya" menatap wajah Andre yang pucat
"Zura sudah, ikhlasin abangmu, mau sampe kapan kayak gini" ucap Aqil yang baru saja datang
Aqil menggendong Azura menjauh dari Andre agar bisa cepat ditangani.
Azura masih digendong oleh Aqil ia menjatuhkan dagunya ke bahu cowok kekar yang menggendong tubuh nya itu. Aqil yang dari tadi hanya bisa beristighfar di dalam hati, ia tau menyentuh yang bukan mahram nya itu hukumnya haram. Tapi Azura masih tak berdaya untuk berjalan untuk saat ini.
Dipemakaman umum, Azura sudah ikhlas atas kepergian abangnya. "Azura, ikut pulang kerumah saya ya" ucap Aqil yang dari tadi menunggu Azura berdiri dari duduknya
"Sebentar masih pengen nemenin Abang disini, sebentar aja ya"
"Abang, zura pamit ya zura bakal kangen sama Abang" mencium nisan yang bertuliskan Andre williyam.
Aqil dan Azura sudah tiba di pondok Al-akbar di sambut hangat oleh Santri santriwati karena itu sudah menjadi berita di pondok itu sekarang
"Ayo turun kita temuin umma dan abu, untuk membicarakan pernikahan " ucap Gus Aqil, Azura mengiyakan saja dan turun diikuti Gus Aqil berjalan memasuki ndalem Azura sudah di tunggu oleh orang tua Aqil
"Assalamu'alaikum" salam Gus Aqil dan dijawab abu dan umma nya "wa'alaikumsalam" .
Di dalam ndalem Azura di sambut baik oleh umma dan abu Gus Aqil "masyallah nak Azura cantik sekali" puji umma Aisyah
"Trimakasih Tante" balas Azura dengan malu Malu
"jangan panggil Tante panggil umma saja nak" umma Aisyah tersenyum simpul sesambil melirik anaknya itu Gus Aqil, kini pembicaraan teralih menjadi rencana kapan dan di mana pernikahan itu di selenggarakan.
***
Di malam yang sunyi Azura masih saja menatap langit yang pekat tidak diwarnai oleh bintang dan bulan, kemana mereka menghilang? Ditemani angin sepoy sepoy khas malam hari duduk di bawah pohon mangga di halaman ndalem, di temani berisiknya santri dan santriwati yang menuju masjid bertulisan Al-akbar
"Azura, mari ikut saya solat isya berjamaah" Gus Aqil mengajak Azura untuk solat berjamaah dan diiyakan oleh Azura
"Gus saja duluan, saya nyusul" ucap Azura sebelum ia meninggalkan Gus Aqil masuk ke ndalem.
Kini Gus Aqil sudah siap untuk menjadi imam ia berdiri di sajadah memimpin yang di belakangnya lalu ia mengucapkan takbir 'Allah hu akbar' (sebelumnya sudah membaca niat nya) dan membaca surah surah pendek dengan merdu, Azura yang masih di depan mesjid pun terkagum baru kali ini ia mendapati suara dengan lantunan yang merdu siapa yang menjadi imam? Kenapa suara nya bagus sekali ia berguru dengan siapa coba?, dia juga mau tapi ia tersadar lalu buru buru memasuki masjid dan meletakan sajadahnya ke lantai sebelum ia mengucapkan niatnya.
Hari berganti hari di mana Azura sedang di rias oleh MUA pilihan Gus Aqil, hari ini bertepatan di mana ia lahir dirayakan dengan pernikahan sungguh hari yang indah tapi kenapa dia kurang bersemangat? Karena di hari pernikahan nya tidak di hadiri oleh ayahnya karena dia adalah seorang Yatim piatu sejak lahir ia juga tinggal di yayasan bersama abangnya, tidak ada sanak saudara Azura yang menghadiri acara pernikahanny.
"Nduk kenapa sedih, harusnya nak Azura bahagia hemm" tanya umma Aisyah dengan tersenyum
"umma Azura disini sendirian, ngak ada keluarga yang menghadiri pernikahan Azura umma" Azura menatap lurus ke kaca cermin yang ada di depannya
"kamu tidak sendiri sekarang ada umma abu dan calon suamimu, kita semua keluarga jadi jangan merasa sendiri ya cah ayu." umma Aisyah berusaha menghibur Azura agar ia tidak trus bersedih
"iya umma."
Kini di area mesjid sudah di penuhi oleh banyak orang dan di dalamnya ada seorang lelaki memakai baju adat nikah yang bernuansa Melayu itu sedang menggenggam erat tangan dari wali hakim "Saya nikahkan dan saya kawinkan kamu dengan Azura Dinara Ningrat, perempuan yang menjadi kuasaku, dengan mahar 5,5 jt dan 33 gram emas dibayar tunai."
Gus Aqil menarik satu tarikan Nafas sebelum ia menelontarkan sebuah kalimat "Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq" dengan satu tarikan Nafas Aqil umais berhasil mengucapkan kalimat sakral itu
"gimana para saksi, Sah."
SAHHH ucap antusias banyak orang. sungguh lega, abu Haikal tersenyum dan membacakan doa agar pernikahan antara anaknya dan Azura snetiasa sakinah mawadah warahmah.
Diikuti tangisan haru Azura entah tangis haru atau sebuah tangisan yang menyiksa dirinya, kini ia sudah benar benar menjadi seorang Isti Gus "Nduk mari kita temui suami mu" ucap umma Aisyah sambil menggenggam lembut tangan Azura
"ngeh umma"
Azura bangkit ia tidak mau berlama lama duduk di depan kaca lagi sudah terlalu muak ia menatap dirinya dengan riasan di wajahnya.