Saya adalah seorang Malaikat, saya tinggal di surga bersama dengan para hamba yang taat kepada Tuhannya. Setiap hari saya melakukan tugas dengan senang hati, karena saya mencintai Tuhan yang saya sembah.
Setiap hari, setiap waktu, hingga setiap saat saya terus berdoa dan menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang dengan murah hatinya memberi saya seluruh nikmat yang tak terhingga. Tapi, terkadang saya sempat iri ketika melihat manusia. Saya ingin merasakan menjadi mereka walau hanya sehari.
Suatu hari, Tuhan memberi saya kehormatan untuk mencoba bagaimana rasanya menjadi manusia. Dan saya menyetujuinya, saya tidak bisa dan tidak mungkin menolak kehormatan yang diberikan okeh Tuhan yang selalu saya agungkan. Dengan hanya satu kalimat pendek, saya telah dibuat-Nya menjadi manusia.
Tubuh yang saya gunakan berjenis kelamin laki-laki. Semua bentuk manusia yang saya miliki berwarna putih kecuali bibir saya yang berwarna kemerahan dan mata saya yang berwarna hitam. Tubuh ini sangat indah, sungguh kuasa-Nya yang sangat besar membuat hati ini semakin ingin memuji-Nya.
Saya diturunkan ke bumi, namun saya tidak dibekali apapun selain kain yang manusia sebut pakaian untuk menutupi semua yang tak boleh diperlihatkan.
Saya begitu bingung, namun saya pun begitu kagum atas kuasa-Nya. Dengan kedua kaki baru saya, untuk pertama kalinya saya menapaki jalanan di bumi sebagai manusia.
Ketika saya terlena pada keindahan ciptaan-Nya, saya lupa untuk bersyukur. Saya memohon ampun pada Tuhan yang Maha Pengampun, kemudian bersyukur atas nikmat-Nya.
Di tengah kekaguman saya, saya merasakan suatu perasaan aneh yang pertama kali saya rasakan. Letaknya di tempat yang disebut perut.
Saya menghampiri seseorang yang lewat di hadapan saya. "Permisi, " ucap Saya kepada seorang wanita.
"Ada apa, ya? " tanyanya.
"Saya merasakan sesuatu yang aneh di perut saya, rasanya tidak nyaman dan perut saya berbunyi beberapa kali, apa anda tau apa yang terjadi dengan perut saya? " tanya saya sesopan mungkin.
Wanita itu tersenyum, "itu artinya kamu lapar, " jawabnya ramah.
"Apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan lapar? "
"Tentu saja makan, apa kamu tidak punya uang? "
"Tidak, saya tidak punya sesuatu yang anda sebut uang itu. Apa tidak ada cara lain agar saya bisa menghilangkannya? "
"Tidak ada, " jawabnya yang membuat saya sedikit khawatir. Saya tidak tahu banyak hal tentang bumi, dan saya diturunkan kemari tanpa dibekali pengetahuan apapun.
"Ayo ikut aku, aku akan membelikanmu makanan, " ajaknya. Saya mengangguk kemudian mengikuti jalannya wanita itu. Saya tidak tahu kemana dia akan mengajak saya pergi, sehingga saya berdoa meminta perlindungan Tuhan dari bahaya apapun yang dapat terjadi.
Wanita itu membawa saya ke sebuah tempat, kemudian menyuruh saya duduk berhadapan dengannya. Wanita itu memanggil seorang wanita lainnya dan mengatakan ingin memesan sesuatu yang belum pernah saya lihat bentuknya, ataupun dengar namanya.
"Tunggu sebentar, makanannya akan datang setelah beberapa saat, " ucapnya. Saya mengangguk kemudian mengucap Terima kasih.
Setelah beberapa saat, seorang wanita datang membawa banyak benda yang mungkin adalah makanan, kemudian meletakkannya dihadapan saya.
"Silakan dimakan," ucap wanita yang membawa saya ke tempat ini. Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih padanya.
Saya tidak langsung makan, karena Saya tidak mengerti caranya. Wanita itu mengambil sebuah benda berair kemudian melakukan gerakan yang mungkin mereka sebut makan.
Saya meniru apa yang dilakukan wanita itu. Ketika makanan berair masuk ke dalam mulut saya, saya merasakan perasaan bahagia. Hal baru yang sangat menakjubkan terus berdatangan di hidup saya.
Semua makanan, baik yang berair maupun kering mengisi perut saya hingga saya merasakan hal yang baru lagi di perut saya. Lagi lagi saya tidak tahu apa namanya.
"Nama saya lily, siapa namamu? " tanya wanita itu sembari tersenyum. Saya memuji Tuhan atas keindahan senyumnya.
"Saya... " saya berhenti bicara, saya tidak boleh memberi tahu nama asli saya pada manusia. Saya harus menjawab apa? "Saya... tidak punya nama, " ucap saya. Saat ini saya bukanlah seorang malaikat, saya seorang manusia saat ini, sehingga saya butuh nama baru. Wanita itu menatap saya, ia membuat beberapa gerakan wajah yang tak saya mengerti.
"Boleh kuberi kamu nama? " tanyanya.
"Dengan senang hati, " balas saya.
Wanita itu sedang berpikir, sesekali mata cokelatnya menatap keatas dan sesekali melihat kesekeliling tempat ini.
"Hmm... Bagaimana kalau Shiro? Dalam bahasa Jepang artinya putih. Menurutku itu nama yang bagus karena hampir seluruh bagian darimu berwarna putih, " ucapnya kemudian tersenyum. "Ah, tapi itu kalau kau mau, aku tidak memaksa kok, " jelasnya.
Saya tersenyum, ini adalah perasaan bahagia dengan bentuk yang berbeda dari apa yang saya dapatkan semasa menjadi malaikat. Hal baru yang membuat saya merasakan sensasi baru di tubuh baru saya. Saya merasakan detakan yang lebih kuat di dada saya, dan perasaan hangat yang menyelimuti tubuh saya. Terutama di bagian wajah.
"Terimakasih, itu nama yang sangat indah. Saya benar benar menyukainya, " ucap saya kemudian kembali tersenyum.
Wanita itu menggaruk tengkuknya, "syukurlah kalau kau menyukainya. Ngomong ngomong, warna rambutmu itu... Apakah asli? Ah, itu... aku hanya penasaran karena rambutmu terlihat sangat indah" ucap wanita itu.
Saya mengangguk, "tentu, Tuhan yang memberikannya. Saya pun merasa ini adalah bentuk ciptaan yang sangat indah, " ucap saya.
"Sepertinya kau orang yang sangat religius, ya? "
"Hidup saya memang sepenuhnya hanya untuk-Nya dan untuk menyembah-Nya. "
"Baiklah, kau memang orang yang sangat religius. "
Terdengar suara getaran dari benda kotak kecil di atas meja. Wanita itu mengambilnya, sedikit menekan nekan benda itu dengan jari jempolnya kemudian menempelkannya ke telinga kanannya. Kemudian wanita itu bicara dengan benda kotak kecil itu.
"Iya, iya... Baiklah, " ucapnya akhirnya, kemudian menaruh benda kotak kecil itu ke sebuah tempat kecil berwarna coklat yang dia bawa sedari tadi. Saya tidak tau apa namanya.
"Maaf, Shiro, saya ada urusan penting. Saya tidak bisa menemani kamu lebih lama, " ucapnya. Dia membawa pergi barangnya meninggalkan saya bahkan sebelum saya sempat menjawab perkataannya.
Saya berdiri dan mengikuti wanita itu, entah mengapa saya merasa tidak ingin berpisah darinya.
Wanita itu berlari, kemudian sebuah mesin bergerak yang setahu saya namanya adalah mobil menabraknya. Semua kejadian itu terjadi begitu saja tanpa sempat saya cegah.
"Lily! " teriak saya. Selama diciptakan, inilah kali pertama saya berteriak. Dan itu terasa tidak baik.
Saya mendekat ke arah wanita yang kini dikerumuni banyak orang itu. Wanita itu berlumur cairan merah kental. Saya tau apa yang terjadi, saya juga tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi kenapa? Rasanya dada saya sakit dan sesak. Pandangan saya mengabur karena air yang menggenang di mata saya, beberapanya bahkan telah terjatuh. Dan tenggorokan saya terasa tandus.
Wanita itu—Lily—kini dalam keadaan yang disebut manusia sebagai meninggal. Saya tau ini bukan kehidupan akhirnya, masih ada kehidupan abadi di surga atau neraka tergantung pada amalnya. Tapi... Ini sangat menyakitkan. Mengapa ini sangat menyakitkan? Mengapa manusia sanggup menjalani semua ini? Apakah manusia memang seistimewa ini? Saya tidak mengerti mengapa saya mendapat kehormatan ini.
Kenapa ini semua terjadi pada hamba Ya-Tuhanku? Apakah hamba kurang taat? Apakah tutur kata hamba kurang halus? Adakah kesalahan yang luput hamba sadari wahai Tuhanku yang Maha Pemurah?
Kemudian dia datang—pembawa pesan Tuhan.
"Wahai ◼◼◼ , aku diperintahkan untuk membawamu kembali. Janganlah kamu bersedih. Sesungguhnya Tuhan amat menyayangimu, dia hanya ingin membuatmu yang sempat iri pada manusia mengerti bahwa di dunia ini tak ada yang abadi selain diri-Nya, " ucap sang pembawa pesan.
Akhirnya saya mengerti alasan Tuhan membuat saya merasakan semua ini. Tuhan mengerti rasa iri saya, Ia membuat saya merasakan semua ini kemudian mencoba memberi tahu saya tanpa harus bicara bahwa hanya Ia lah yang abadi di dunia ini dan semua rasa iri saya adalah sebuah kesia siaan. Tanpa mengucapkan apapun, Tuhan memberi tahu saya bahwa ia menyayangi semua hambanya dan memberikan porsi kebahagiaan yang sama besarnya bagi setiap orang, namun tentu dengan cara yang berbeda.
Ya Tuhanku, maafkan hambamu yang sempat mengeluh ini, sebelumnya hamba hanya belum mengerti apapun. Kini ketika hamba telah mengerti, hamba hanya akan terus bersyukur atas kehidupan penuh nikmat yang telah diberikan pada hamba.