Seorang wanita cantik bernama Sesylia Anastasya, berusia 25 tahun, berkulit putih dengan tinggi badan semampai, yang memakai celana jeans panjang berwarna hitam dan jaket kulit hitam dengan kacamata hitam tak luput menutupi mata indahnya, tengah berdiri di hadapan seorang pria bertubuh tinggi, gagah nan tampan dengan di dampingi beberapa pria bertubuh tinggi, berwajah seram. Mereka adalah orang-orang yang selalu mendampingi wanita yang biasa dipanggil Sesyl itu kemanapun dia pergi. Bisa dikatakan mereka adalah bodyguard Sesyl.
Sesyl tengah berada di sebuah Villa di tengah hutan yang mana tempat transaksinya bersama client. Tempat itu sengaja di peruntukan untuk bertransaksi bisnis ilegal miliknya. Yaitu, memperjual belikan kulit binatang Harimau beserta taring Harimau dan hewan-hewan lainnya seperti Gajah yang hanya diambil gadingnya. Meski ilegal, bisnis itu membuatnya dapat meraup untung besar dan memiliki apapun yang dia inginkan. Dia menjalankan bisnis itu sejak 4 tahun lalu saat usianya masih 21 tahun. Saat itu, dirinya terpaksa melanjutkan bisnis ilegal sang papa setelah papanya mengembuskan napas terakhir karena dirinyalah satu-satunya penerus keluarga Baskoro Tjandra.
Bukannya tak takut menjalankan bisnis ilegal tersebut. Tentu saja hewan-hewan itu dilindungi oleh undang-undang negara. Bahkan terkadang Sesyl ingin mengakhiri bisnis tersebut dan tak ingin terlibat lebih jauh lagi. Nyatanya, dia memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarga satu-satunya yang kini tinggal bersamanya, yaitu sang mama. Sesyl tentu tak ingin membawa sang mama hidup dalam kesusahan ekonomi.
Sesyl memerintahkan bodyguard-nya untuk meletakan sebuah peti berukuran cukup besar di atas meja besar tepat di hadapan pria itu yang mana adalah client yang akan melihat barang yang ada di dalam peti tersebut. Sesyl pun memerintahkan bodyguard-nya untuk membuka peti tersebut dan pria itu tampak tersenyum simpul melihat sebuah gading yang cukup menarik minatnya.
"Tiga Puluh Lima Ribu US Dollar, net!" ucap Sesyl tanpa basa basi.
"Deal," ucap pria itu sambil menyodorkan tangannya. Sesyl pun menyambut tangan pria itu dan berjabat tangan tanda tercapainya kesepakatan tersebut. Pria itu memerintahkan bodyguard-nya untuk memberikan sebuah koper berisikan uang yang Sesyl minta dan pria itu memberikannya pada Sesyl. Sesyl tak bodoh, dia tak menerima pembayaran dalam bentuk cash. Tentu saja itu bisa menjadi boomerang baginya jika sewaktu-waktu terjadi masalah yang tak diinginkan.
"Saya hanya menerima chek," ucap Sesyl dan pria itu pun memberikan sebuah chek yang bertulisakn nominal yang sudah disepakati bersama dengan bertanda tangan nama pria tersebut. Pria itupun pergi setelah transaksi itu selesai.
"Bos! Ada orang asing berjaket kulit hitam datang membawa pistol. Sepertinya, mereka adalah Polisi!" ucap bodyguard Sesyl yang berjaga di depan Villa tersebut yang menyadari adanya kedatangan seseorang yang dia yakini adalah seorang Polisi. Sesyl mengehela napas dan tampak tenang. Dia menyimpan chek tersebut ke tempat yang menurutnya aman dan tak akan tersentuh oleh Polisi sekalipun.
"Saya akan keluar," ucap Sesyl dan melangkah dengan santai keluar Villa. Tak lupa dia membuka sebuah permen karet dan memakannya.
"Angkat tangan!" perintah seorang Polisi yang menyodorkan sebuah pistol ke hadapannya. "Wow!" gumam Sesyl sambil mengangkat kedua tangannya dan tetap mengunyah permen karet kesukaannya tersebut saat melihat pria yang memintanya mengangkat tangan adalah pria yang begitu tampan, bertubuh tinggi, dan berkulit putih. Polisi itu tampak memiliki kumis tipis yang menghiasi wajah tampannya dan membuatnya tampak terlihat manis meski tengah memasang ekspresi serius.
"Geledah Villa itu!" perintah Polisi tersebut kepada bawahannya. Para bawahannya pun memasuki Villa Sesyl dan menggeledah seisi villa. Sementara Polisi itu masih tetap memperhatikan Sesyl yang dengan santainya mengunyah permen karetnya.
"Gledah wanita itu!" perintah Polisi pada salah seorang Polwan yang sengaja diajak beroperasi dengan dirinya. Sudah sejak lama Polisi mengintai kegiatan transaksi ilegal yang Sesyl lakukan, tetapi Sesyl selalu saja berhasil berkilah dan lolos dari tuduhan Polisi.
"Stop!" tegas Sesyl membuat Polwan itu menghentikan langkahnya. Sesyl membuka jaket kulit yang dia pakai dan membuat Polisi serta Polwan itu tercengang melihat tubuh bagian atas Sesyl yang begitu seksi dan hanya terbalut pakaian dalam seksi yang menampilkan belahan benda kenyal milik Sesyl. Sesyl mendekati Polisi itu dan pandangannya tertuju pada nametag yang terpasang di dada sebelah kiri Polisi itu. Demian Aksara, nama Polisi tersebut. Sesyl membuka kacamatanya, meletakannya di atas kepalanya dan memberikan jaket kulitnya pada Polisi itu.
"Periksalah!" ucap Sesyl. Demian tampak mengerutkan dahinya. Namun, sesaat kemudian dia mengambil jaket tersebut. Sesyl sontak terkejut saat Demian menutupi tubuhnya dengan jaket miliknya dan bukannya memeriksa jaketnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sesyl bingung. "Kamu menodai pandanganku dengan hanya memakai pakaian dalam seperti itu!" tegas Demian. Sesyl mengerutkan dahinya. Memangnya apa yang salah dengan pakaian dalamnya? Itu bahkan sudah biasa dia lakukan meski di hadapan pria asing sekalipun.
Duar!
Semua orang tampak terkejut saat mendengar suara tembakan dan mengenai kaca mobil milik Sesyl dan menghancurkannya.
Duar!
Lagi-lagi terdengar suara tembakan dan kali ini mengenai bahu Demian. Demian tampak meringis terkejut.
"Anda baik-baik saja, Pak?" tanya Polwan itu saat menghampiri Demian dengan cemas.
"Bersembunyilah, lindungi dirimu!" perintah Demian pada Polwan itu.
"Tapi, Pak. Bagaimana dengan Anda?" tanya Polwan itu. "Saya akan melindungi diri Saya juga," ucap Polisi tersebut.
Polwan itu lantas bergegas bersembunyi dan tak luput sebuah pistol berada di genggamannya. Berjaga-jaga jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Sesyl melemparkan jaketnya dan menarik Demian yang terlihat mulai kesakitan karena peluru yang bersarang di bahunya agar ikut bersamanya.
"Mau apa kamu?" tanya Demian sambil menyingkirkan tangan Sesyl.
"Hah ... Yang benar saja. Apa kamu mau mati? Aku tahu siapa dalang dibalik semua ini," ucap Sesyl. Sesyl menghela napas dan melemparkan jaket kulitnya. Dia bergegas menarik tangan Demian dengan sekuat tenaga. Demian terlalu banyak berpikir. Sesyl mengeluarkan pistol miliknya yang selalu dia bawa untuk berjaga-jaga dan terus berlari dengan tangan yang tak lepas memegang tangan Demian. Mereka berlari masuk ke hutan dengan jarak cukup jauh dari Villa.
Cukup lama mereka berlari. Hingga wajah Demian pucat, napasnya terengah dan dia pun tumbang seketika.
'Sial' umpat Sesyl saat Demian sudah tak sadarkan diri.
Sadar dirinya terus saja dikejar oleh beberapa orang bersenjata, yang terus saja melemparkan tembakan, Sesyl pun membalasnya dengan tembakan dari pistol miliknya. Dia tampak beradu tembakan dengan beberapa orang tersebut dan Sesyl tak menyerah begitu saja. Mereka tak tahu, Sesyl adalah penembak handal yang sudah sejak duduk di bangku SMA diajarkan oleh sang papa. Namun, keadaan tak memungkinkan untuk membuatnya menunjukkan seluruh keahliannya karena kesulitan membawa Demian ikut bersamanya.
Sesyl melemparkan sebuah batu yang dia ambil tepat di hadapannya ke arah berlawanan agar orang-orang yang mengejarnya itu beranggapan bahwa dirinya berlari ke arah terlemparnya batu tersebut. Sementara Sesyl menyeret Demian ke balik pohon besar dan menyandarkan tubuh Demian di pohon tersebut. Sesyl memutar otaknya, mencari cara agar pendarahan di bahu Demian dapat mereda. Pandangan Sesyl tak sangaja tertuju pada kaos yang Demian pakai dibalik jaket kulitnya. Sesyl membuka jaket kulit Demian dan merobek kaos Demian lalu membalutkannya pada luka tembak di bahu Demian.
Sesyl menghela napas lega saat pendarahan di bahu Demian sudah mulai mereda. 'Sial, mereka mencoba bermain-main denganku! Dan chek itu, aku yakin itu palsu, cerboh sekali kau Sesyl!' batin Sesyl merutuki kebodohannya. Dia sudah meyakini hal buruk akan terjadi, tetapi tak menyangka dirinya masih saja tertipu bahkan setelah sekian kali dapat mengantisipasinya. Sesyl yakin betul, penembakan itu dilakukan oleh client-nya yang tadi melakukan transaksi dengannya.
Tangan Sesyl tak sengaja menyentuh kulit Demian, ternyata Demian demam. Sesyl melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan lagi-lagi menghela napas. Dia tak cemas karena dia selalu membawa alat pelacak yang terhubung dengan anak buahnya yang tentunya akan selalu menemukan keberadaannya di saata genting seperti saat ini. Namun, Entah mengapa Sesyl justru cemas pada keadaan Demian. Wajah pria tampan itu tampak semakin pucat dan tubuhnya benar-benar demam. Sesyl tersadar hanya memakai pakaian dalam saja dan jaketnya tertinggal di depan Villa karena dia terburu-buru berlari menarik Demian tadi. Sesyl membuka kaos yang Demian pakai yang sempat dia robek tadi dan memeluk tubuh Demian.
***
Waktupun berlalu, hari sudah semakin gelap dan Sesyl pun terlelap karena lelah berlari cukup jauh ke dalam hutan. Sesyl terbangun saat ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya.
"Bos! Apa Bos baik-baik saja?" tanya seorang pria yang ternyata bodyguard-nya. Sesyl mengangguk dan teringat pada Demian. Sesyl melihat ke samping dan tak menemukan Demian di sampingnya.
"Dimana Demian?" tanya Sesyl. Bodyguard itu tampak mengerutkan dahinya. Namun, sesaat kemudian dia mengerti maksud Sesyl. "Di sana! Sedang mendapatkan pertolongan medis tim kita," ucap bodyguard sambil menunjuk ke arah Demian berada.
Bodyguard Sesyl memberikan sebuah jaket pada Sesyl dan Sesyl pun memakainya, kemudian menghampiri Demian. "Bagaimana keadaannya?" tanya Sesyl. "Pelurunya sudah dikeluarkan, dia akan baik-baik saja. Demamnya akan cepat reda," ucap Dokter yang biasa menangani masalah medis Sesyl bersama pekerjanya. Sesyl pun bernapas lega. Mereka semua pun keluar dari hutan itu dan pergi menuju ke Rumah Sakit. Sesyl menginginkannya agar Demian mendapatkan perawatan terbaik.
***
Beberapa hari berlalu sejak kejadian di dalam hutan. Apa yang Sesyl lakukan demi menyelamatkan Demian tak lantas menyurutkan kasus hukum yang menjeratnya. Dirinya harus membayar denda dan beruntunglah hanya menjadi tahanan rumah dan wajib lapor saja.
Hingga masa tahanan itu berakhir, Demian dan Sesyl menjadi dekat dan tampak beberapa kali menghabiskan waktu bersama disaat keduanya memiliki waktu senggang. Sejak kejadian itu pula Sesyl menghentikan bisnis ilegal yang dijalaninya. Meski awalnya terasa berat karena teringat pesan almarhum sang papa, tetapi justru Demian lah yang menyadarkannya saat Demian pernah mengatakan sesuatu padanya ketika mereka tengah menghabiskan waktu bersama di suatu hari.
'Percayalah, papamu akan tetap bangga padamu, meski kamu tak melanjutkan bisnis ilegal miliknya. Aku yakin, dia saat ini tengah melihatmu. Memperhatikan putri kesayangannya dan merasa menyesal karena telah melibatkanmu dalam bisnis ilegal itu. Dan dia akan lebih bangga padamu, saat kamu melakukan apa yang hatimu ingin lakukan, bukan karena keterpaksaan,'
Dan, di sinilah Sesyl berada saat ini. Di sebuah restoran yang menjadi tempat janjian bertemu dengan Demian karena Demian tengah memiliki waktu senggang. Mereka akan makan malam bersama. Sesyl tampak terkejut saat ada sebuah buket bunga mawar merah di hadapannya. Dia menoleh ke arah belakang dan tampak pria tampan tengah menyunggingkan senyum manis padanya. Ya, siapa lagi jika bukan Demian.
"Ada apa? Kenapa memberiku bunga?" tanya Sesyl bingung. "Ada sesuatu yang spesial," ucap Demian tersenyum dan duduk berhadapan dengan Sesyl. Sesyl tak mengerti maksud Demian. Dia pun tampak acuh dan meletakan bunga itu di atas meja. Keduanya memilih memesan makan malam dan melanjutkan makan malam bersama.
Selesai makan malam, Demian meminta seorang pelayan untuk mengambilkan sebuah cake yang sudah dia pesan sebelumnya. Demian memberikan cake itu pada Sesyl dan meminta Sesyl mencobanya.
Sesyl mengerutkan dahinya saat menyendok sedikit cake dan terlihat sebuah benda mungil bulat berwarna silver dengan sebuah berlian kecil yang menghiasi benda mungil tersebut yang adalah sebuah cincin. Sesyl melihat Demian yang tampak tersenyum padanya.
"Menikahlah denganku! Jadilah pendamping hidupku, menemaniku hingga masa tuaku. Jadilah Istriku, dan Ibu dari anak-anakku," ucap Demian.
Sesyl tampak syok. Dia pun terdiam untuk sesaat.
"Apa kamu sedang melamarku?" tanya Sesyl memastikannya sekali lagi.
Demian menggenggam tangan Sesyl dan mengecup punggung tangan Sesyl. "Ya, aku melamarmu menjadi Istriku. Aku mencintaimu, Sesylia Anastasya!" tegas Demian. Lagi-lagi Sesyl terdiam untuk sesaat.
"Aku juga mencintaimu, Demian," ucap Sesyl.
Demian tersenyum bahagia mendengar kata cinta dari Sesyl. "Apa itu artinya, kamu menerima lamaranku?" tanya Demian memastikan.
Sesyl pun mengangguk. Demian tersenyum lebar. Dia bahkan terlonjak girang saat bangun dari duduknya dan menarik tubuh Sesyl ke pelukannya. Sesyl hampir saja terjatuh jika saja Demian tak menahan tubuhnya.
"Terimakasih, Sayang. Aku mencintaimu, benar-benar mencintaimu," ucap Demian.
"Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu," ucap Sesyl dan membalas pelukan Demian. Pelukan keduanya cukup erat, seolah tak ingin saling melepaskan diri satu sama lain.