Aku merasa menjadi perempuan/istri yang paling bahagia di dunia. Cinta dan limpahan kasih sayang, aku dapatkan dari suamiku, walau kami belum di karuniai buah hati. Tetapi kami tidak mempermasalahkan itu.
"Mas, jangan terlalu malam pulangnya, takutnya jalan semakin macet" Kataku sembari merapihkan dasi yang sedikit miring di leher suamiku.
"Baiklah tuan putri" Jawabnya, lalu mengecup keningku sekilas.
Tak pernah sekalipun aku meragukan cinta dan kesetiaan suamiku. Mas Rijal selalu berkata bahwa aku lah satu-satunya wanita yang bertahta di hatinya.
"Kamu adalah satu-satunya wanita yang akan menua bersamaku" Itulah kata yang selalu ia ucapkan ketika kami selesai bercinta.
Hingga rasa curigaku untuk pertama kalinya pada Mas Rijal, kala dirinya pulang dalam keadaan mabuk, dan tubuhnya bau parfum pria.
"Bau parfum siapa ini?"
Hatiku membatin, karena tidak familiar dengan wangi parfum itu.
Hingga satu kalimat yang di ucapkan Mas Rijal membuatku syok dan ingin sekali menjerit.
"Ricko sayang, biarkan aku mabuk sampai puas" Racau suamiku.
Ricko? Apa yang di maksud suamiku adalah teman sekantornya yang bernama Enriqo? Sayang? Dan apa itu? Hatiku mulai dilanda rasa panas bak kobaran api.
"Aku puas denganmu Ricko. Kau bisa memuaskanku lebih dari istriku" Ucapnya lagi di selingi tawa khas orang mabuk.
Tak terasa air mata sudah rembes keluar dan lama-kelamaan menjadi deras. Aku harap ini mimpi, tetapi Ya Tuhan ini nyata. Dan suamiku, suami yang aku benggakan ternyata menyimpan kebusukan dan dosa yang teramat besar. Oh tuhan aku di hianati. Aku di duakan dengan seorang pria. Suamiku ternyata seorang penyuka sesama jenis.
Aku pun dengan beraninya mengecek ponsel suamiku dan ternyata isinya chatan dari Ricko dengan kata-kata mesra, kata-kata puitis, kata-kata pujian, ungkapan cinta sebelum tidur dan tentu saja ada bagian kata-kata yang vulgar yang sangat menjijikan.
Aku menjerit sekuatnya berharap rasa pengap di dada akan sedikit berkurang.
"Kamu menjijikan" Hanya itu kata-kata yang terlontar dari mulutku.
Hingga pagi pun tiga. Suamiku bangun dari tidurnya. Ia mendapatiku sudah duduk di depannya dengan tatapan murka.
"Sayang, kenapa kamu melihatku seperti itu?" Suamiku belum menyadari apapun.
"Sejak kapan kau menjadi kau sodom?" Tanyaku.
Ada semburat pucat di wajahnya, tetapi ia buru-buru menguasai keadaan.
"Aku tidak mengerti!" Ucapnya.
"Aku yang tidak mengerti padamu, mas. Sejak kapan kau menyimpang? Jujur lah kau gay kan?" Tanyaku lagi.
Tak ada celah berbohong, akhirnya ia mengakui semuanya.
"Laknat kau mas! Kau membawa penyakit dari luar dan kau bercinta denganku! Aku kecewa padamu" Aku berteriak murka padanya.
"Maafkan aku Liez, aku salah. Aku hanya ingin memenuhi fantasi ku"
"Kau sudah menjijikan di mataku. Haram hukumnya diriku disentuh lagi olehmu. Aku akan menuntut cerai darimu" Aku sungguh tak terima dan langsung berlari ke kamarku untuk membawa semua baju-bajuku.
Mas Rijal menyusulku. Ia tak mau bercerai. Ia janji akan meninggalkan Ricko, tetapi demi Tuhan aku tidak peduli.
Aku pergi, tak memperdulikan lagi suaranya yang keras memanggiku untuk kembali ke rumah itu.
Jika aku memaafkan dia, sama saja aku berdosa. Dan aku tak ingin bila aku di sentuh bekas ia menyentuh sesama jenis
Kami resmi bercerai akhirnya. Tetapi ia selalu menghubungiku mengajakku kembali. Dan aku tidak akan pernah memperdulikannya......