Ainun ia berusia 17 tahun sekarang. Terlahir dari keluarga yang harmonis dan selalu pengertian. Sejak kecil Dia berputar hanya dengan orangtua dan adiknya, karena
Dia merasa hanya mereka yang selalu ada untuknya begitupun sebaliknya. Mereka selalu ada untuk satu sama lain, dalam keadaan suka maupun duka. Aku terlahir dengan fisik yang sangat lemah selalu ada waktunya aku mendatangi seorang dokter untuk memeriksakan keadaanku , hal ini menjadi awal dari semua masalah dalam hidupku yang menjadikan aku dipaksa keadaan untuk menjadi dewasa. Hal ini berawal dari masa kecilku.
Pada masa kecilku aku tinggal di kota Bandung dengan keluargaku, saat ini aku belum memiliki seorang adik. Dan setiap tahunnya aku selalu pulang kampung. Saat kepulangan kami disaat aku berusia 5 tahun aku mengetahui alasan kami tinggal di Bandung selain untuk mencari pekerjaan orang tuaku, ternyata mereka memilih ke Bandung karena ibuku tak kuat dengan keluarga yang lain yang selalu menghinanya. Ibuku selalu menangis karna cacian dan hinaan yang didapatnya, mengetahui ini ayahku memutuskan untuk pergi merantau ke Bandung dengan membawa ibu dan aku yang pada saat itu aku masih berumur 40 hari. Saat mengetahui cerita ini aku masih belum paham apa yang ibuku maksud.
Tahun berlalu begitu cepat tak terasa aku sudah berusia 8 tahun dan saat ingin aku telah memiliki seorang adik perempuan, jarak umur kami 6 tahun. Aku mendapatkan adik disaat aku naik kelas 2 Sekolah Dasar. Saat ini aku telah bersekolah di kampung halamanku karena aku sudah tidak tinggal di Badung. Kami memilih untuk menetap dan membangun rumah di kampung, namun hanya aku dan ibuku ,ayahku masih berada di sana untuk mencari uang. Kami menjalani hidup yang bahagia, namun itu tak bertahan lama . Aku jatuh sakit yang mengharuskanku selalu kontrol kedokter setiap bulannya. Saat ini ayahku sudah tak lagi ada di Bandung beliau memilih membuka usaha disini. Jatuh sakitnya aku menjadi awal ekonomi keluargaku terganggu, orang tuaku mulai meminjam uang untuk pengobatan ku yang cukup mahal. Suatu saat aku melihat ibuku menangis, beliau menangis karna disaat orangtuaku ingin meminjam uang kepada budhe ku yang cukup kaya dibandingkan dengan keluarga yang lain dia mendapatkan tolakan , namun bukan itu yang menjadi alasannya menangis ternyata kaka ayahku yang
pertama,alias budhe ku yang lain mengatakan
sesuatu yang menyakitkan, " Buat apa cari uang tapi hanya untuk diberikan kepada dokter, pantesan nggak kaya-kaya". Deg jantung ibu bergetar sakit mendengar ucapan tersebut ditambah dengan ucapan " Buat apa kedokter palingan cuma sakit biasa , punya anak nggak guna". Hancur sudah perasaan ibu . Ayah datang dan langsung membalas " Kami mencari uang untuk anak kami dan juga apa kami pernah meminta anda membiayai pengobatan anak kami.kami berusaha menyembuhkan penyakit anak kami kedokter karena dia ahlinya dan kami menginginkan anak kami sehat. Uang bisa dicari lagi tapi tidak dengan nyawa anak kami." Budhe hanya diam membisu mendengar ucapan ayah. Akhirnya mereka pun berangkat kedokter dengan bantuan dari teman Ayah. Setiap kedokter kami selalu berangkat bersama-sama di iringi canda tawa walaupun sebenarnya selalu ada kecemasan orang tua ku, terhadap keadaannya.
Pada saat Aku naik kelas 4 SD, sesuatu terjadi kepadanya sebuah hinaan ia dapat dari budhe nya. " Kamu kenapa nggak ikut dirias buat karnaval,'' budhe berkata.Aku hanya menjawab dengan senyum dan anggukan kepala. " Ouh yah kamukan terlahir dari Ayah dan Ibu yang nggak mungkin bisa ngasih yang kamu pengin, kamu kalau lahir dari orang tua nggak ada untungnya, nggak seperti azam dia pasti beruntung terlahir dari orang tua yang selalu ngasih dia apapun", katanya sambil senyum mengejek. Hancur hati Aku memendengar nya ia sakit hati karna disaat budhe nya mengatakan itu banyak orang yang mendengarkan dan membicarakan dia, mereka menghina bukan hanya Aku tapi mereka pun membicarakan orang tuanya. Aku pun pamit pulang , dia belari kencang dengan air mata yang jatuh ke pipinya. Saat di rumah dia menangis sesegukan hingga Ibunya datang bertanya kepada nya " Kenapa kamu menangis nak, apa yang terjadi nya", tanya ibu dengan muka bingung nya. Aku tidak berani menceritakannya karna dia takut itu akan menyakiti hati ibunya. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Ibu diam membisu melihat anaknya menangis. Hari hari berlalu penghinaan dan ejekan bukan hanya itu Aku menerima banyak ejekan yang hampir mbuat mentalnya terganggu, dari mulai fisik yang disebut seperti tulang hidup, hanya karena dia memiliki fisik yang sangat ramping diakibatkan karna banyak mengonsumsi obat. Aku menjalani pengobatan selama 6 bulan yang mengakibatkan fisiknya berubah drastis. Dari semua hal yang terjadi padanya ia bersyukur memeiliki keluarga yang selalu ada untuknya.