cuma cerita pendek and one shot
UGLY PRINCESS
✨HAPPY READING ✨
Di sebuah kerajaan lahirlah seorang Putri yang diberi nama Putri Serena adalah seorang anak raja yang bijaksana dan baik hati. Raja Mahardhika dan Ratu Maryamah adalah orang tua Putri Serena.
Putri Serena memiliki paras yang sangat cantik bak bidadari, Putri adalah wanita tercantik. Sampai-sampai membuat nenek sihir iri kepadanya dan ingin mengutuk sang Putri agar putri tidak menyaingi kecantikannya.
Saat usia Putri beranjak dua belas tahun, nenek sihir itu menjalankan rencananya. Putri akhirnya dikutuk. Wajah Putri Serena seketika berubah menjadi buruk rupa.
Nenek sihir tidak ingin jika kecantikannya ada yang menandinginya di dunia ini. Namun, kutukannya akan terlepas bersamaan dengan lenyapnya sang Nenek sihir dari bumi ini, jika ada seorang pangeran yang benar-benar tulus mencintai dan menerima sang putri dengan segenap hatinya.
Karena Putri tidak ingin membuat malu Ayahanda dan ibundanya. Akhirnya Putri bersedia untuk diungsikan ke dalam hutan.
Awalnya, Raja tidak ingin memenuhi permintaan sang anak. Akan tetapi, sang anak tetap bersikukuh. Putri tidak ingin terjadi sesuatu pada Ayah dan bundanya. Karena Putri takut nenek sihir akan berbuat di luar keinginannya. Putri tidak ingin jika kedua orang yang ia sayangi akan terancam jiwanya.
Dengan berat hati sang Raja mengabulkan permintaan anaknya. Raja pun mengasingkan Putri Kencana ke dalam hutan. Putri ditemani oleh beberapa kurcaci selama di hutan nanti.
"Ayah, biarlah untuk saat ini, Ananda akan menjauh dari Istana," ujar Putri berusaha tegar.
"Bagaimana, jika Nenek sihir itu berusaha mencelakakan kamu," balas ayahnya.
"Paman kurcaci, akan menjaga Nanda dari gangguan Nenek sihir itu," jawabnya pada ayahnya.
Terlihat kesedihan sang raja untuk melepaskan putrinya keluar dari istana.
"Putri? Ayah tidak sanggup berpisah denganmu, Nak." Sang Raja tidak bisa menyembunyikan kesedihan hatinya saat ini.
"Ayahanda, percayalah pada Ananda. Ananda, bisa jaga diri," ujarnya meyakinkan ayahnya.
"Tapi--"
"Maafkan, Nanda, Ayah." Putri bersujud di kaki sang raja dan memotong ucapan sang raja.
"Anakku, apa tidak ada cara yang lain?" tanya ayahnya.
Ibunda Ratu pun sebenarnya tidak menginginkan sang Putri pergi meninggalkan Istana. Ia tidak ingin jauh dari putri semata-wayangnya.
"Tidak! Putri tidak boleh ke luar dari Istana ini!" teriak Ibunda Ratu dari dalam.
"Ibunda? Ananda ... akan baik-baik saja. Ibunda jangan khawatir," jawab Putri berusaha tegar depan Ayah dan ibundanya.
Meskipun jauh dalam hati Putri ada kesedihan yang ia rasakan. Berpisah dengan kedua orang yang sangat dicintainya sungguh adalah sebuah keterpaksaan yang mau tidak mau, tetap ia harus jalankan. Walau semua sangat berat.
"Adinda, Kakanda tahu perasaan, Adinda saat ini. Namun, semua ini demi keselamatan putri kita," jawab raja berusaha menenangkan permaisurinya.
"Meski, sebenarnya Kakanda pun berat untuk melepaskan Putri kita," jawab Raja dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi, Kanda? Adinda tidak sanggup ... jika harus berpisah dengan Putri kita. Apalagi, dalam jangka waktu yang sangat lama. Adinda tidak bisa," mohon sang permaisuri pada sang suami.
"Adinda? Nenek sihir itu, akan terus berusaha untuk mencelakai putri kita. Jika ia tetap tinggal di Istana ini," jelas raja pada permaisurinya.
"Ibunda, ini hanya sementara waktu." Putri pun bersujud di kaki bundanya.
"Anakku, jaga dirimu baik-baik." Tangisan sang bunda mengiringi kepergian sang putri.
Akhirnya perpisahan itu pun terjadi. Putri dengan terpaksa keluar dari Istana. Untuk menghilangkan jejaknya. Putri menyamar menjadi rakyat biasa. Ia menutupi wajahnya, dengan sehelai kain agar tidak ada yang bisa mengenali wajahnya.
_____
Perjalanan Putri kini dimulai, beberapa kurcaci mengawal sang putri, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada diri sang putri.
Berhari-hari lamanya, putri dan para kurcaci berjalan keluar-masuk kampung dan melewati banyak rintangan. Tidak lama kemudian sang putri dan para kurcaci mulai memasuki hutan.
Mereka mencari tempat yang paling aman untuk bersembunyi dan setelah mendapatkannya, para kurcaci pun mulai menjalankan tugasnya. Ia membawa Putri Kencana bersembunyi di dalam sebuah gua. Gua yang tidak pernah terjamah oleh satu manusia pun.
"Paman, Putri lapar." Terlihat putri memegang perut.
"Sebentar, Paman akan mencarikan Putri makanan," jawab salah satu kurcaci.
Kurcaci yang lainnya, menjaga putri dari gangguan Nenek sihir.
"Putri, sabar ya, Nak. Semoga ini cepat berlalu."
"Iya, Paman. Terima kasih, karena Paman Kurcaci sudah rela mengorbankan waktu untuk Putri dan menjaga Putri," tutur sang putri.
"Putri, ini sudah menjadi tugas dan kewajiban kami untuk menemani putri dan kami tidak ingin nenek sihir terus melukai putri," jawab Kurcaci berbaju hijau ke arah Putri Serena.
___
_______
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Tanpa terasa, Putri kini sudah beranjak remaja. Usianya sudah memasuki tujuh belas tahun.
Bertahun-tahun lamanya ia harus terpisah dari ayah serta bundanya.
"Ayah, bunda apa kabar kalian di sana?" Kesedihan sering nampak di wajah Putri Kencana, saat mengingat keduanya.
Ada sebuah kerinduan yang terpendam dalam hati Putri, kerinduan ingin berkumpul bersama Ayah serta bundanya. Akan tetapi, Putri harus bisa menerima kenyataan pahit ini.
"Apa, kutukan Nenek sihir ini, selamanya akan menimpaku? Dan sampai kapan aku terus bersembunyi di gua ini? Apakah selamanya?" Sang putri berbisik sedih.
Sampai-sampai putri belum sekalipun terlihat keluar dari dalam gua. Ia takut, jika Nenek sihir akan menemukan jejaknya. Namun, rasa penasarannya membuat Putri nekat untuk keluar dari gowa dan tidak mempedulikan, ancaman Nenek sihir. Ternyata, salah satu kurcaci mengikuti putri diam-diam.
Begitu putri akan melangkah keluar, tiba-tiba kurcaci itu berteriak ke arah sang Putri.
"Putri, Berhenti! Jangan keluar, Putri!"
Langkah Putri akhirnya tertahan dan ia pun kembali masuk. Putri duduk di sebuah batu besar.
"Kenapa, sih! Kenapa, aku harus, dikurung?" sungut Putri sebel.
"Putri, maaf. Kami tidak ingin seseorang menyakitimu di luar sana. Keselamatan Putri, adalah tanggung jawab kami, semua," jelas salah satu kurcaci.
"Raja telah memberikan kami amanah untuk menjaga Putri," sela kurcaci yang lainnya.
"Iya, maafkan Putri, Paman," ujar Putri Kencana.
"Iya Putri, ini kami lakukan agar Putri tidak disakiti oleh si Nenek sihir," imbuh kurcaci yang berbadan tambun.
Suatu hari para kurcaci pergi mencari makanan dan kayu bakar, para kurcaci meninggalkan sang putri sendirian. Putri menggunakan kesempatan ini.
"Aku ingin mencari suasana segar di luar sana. Sebelum Paman Kurcaci kembali," gumam sang putri.
Tak lama kemudian putri berhasil keluar dari gua. Tak lupa, putri menutupi wajahnya dengan sehelai kain. Karena ia tidak ingin orang lain melihat cacat di wajahnya dan putri pun mulai berjalan sambil bersenandung kecil.
Ternyata, ada seseorang yang mengintip sang putri diam-diam. Ia terus memperhatikan sang putri. Namun, putri sedikit pun tidak menyadari, kehadirannya.
''Merdu, sekali suaranya," lirih sang pangeran tak henti menatap ke arah putri.
"Pengawal, apa kamu mengenal siapa gadis, itu?" tanya pangeran menunjuk putri yang berada tidak jauh dari tempat di mana ia berada.
"Tidak, Pangeran! Kami pun baru pertama kali melihat gadis itu," jawab salah seorang pengawal.
Pangeran terus menatap putri. Netranya tak berhenti menatap ke arah sang putri dan mengagumi suaranya yang begitu merdu.
"Pangeran? Jangan bilang, kalau ... Pangeran jatuh hati pada gadis itu," ujar pengawal menggoda pangeran.
Belum sempat Pangeran menjawab tiba-tiba ....
"Kraaak!"
Tanpa sengaja pangeran menyentuh ranting yang ada di sampingnya dan membuat sang putri terkejut. Putri baru menyadari, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya, tetapi putri tidak mengetahui itu adalah seorang pangeran.
Putri berlari menjauh dari tempat itu. Putri Kencana tidak menoleh ke belakang. Putri terus berlari.
"Tunggu!" teriak sang Pangeran
Sedikitpun sang Putri tidak menoleh ke arah suara itu. Pangeran terlihat kecewa dengan kepergian putri.
"Siapa, dia?" gumam Pangeran.
"Semoga, kelak aku bertemu dengannya lagi," bisik Pangeran ratara berharap.
Dengan perasaan hampa, Sang Pangeran kembali ke Istananya.
Sementara Putri terlihat termenung, ia kembali mengingat peristiwa yang baru saja dia alami.
"Siapakah, dia?" Putri bertanya pada dirinya sendiri.
"Apa, dia mata-mata Nenek sihir itu?" Kembali Putri bertanya sendiri.
"Wajahnya yang rupawan membuat jantung ini berdetak lebih cepat dan membuat hatiku merasakan getaran yang belum pernah kurasakan sebelumnya," lirih Sang Putri.
"Tidak! Tidak mungkin! Ini tidak akan pernah terjadi. Ia tidak akan menyukai gadis buruk rupa sepertiku." Putri terlihat bersedih dan ia menepis pikiran itu jauh-jauh.
"Impian ini tidak akan pernah menjadi kenyataan. Aku harus sadar itu," lirih Putri dan ia terlihat berputus asa.
Di tempat Pangeran ....
Setelah pertemuan dengan sang Putri, Pangeran kini tak berhenti mengkhayalkan Putri.
"Mengapa dia menghindar dan berlari meninggalkanku? Ada apa dengan gadis itu?" bisik Pangeran bertanya pada dirinya sendiri.
"Apa, aku akan bertemu dengannya lagi?" Pangeran tampak bersedih. Angannya terus memikirkan gadis khayalannya. Semenjak hari ini, hanya gadis itu yang ada dalam khayalan Pangeran Satria.
"Mungkinkah gadis itu yang selama ini hadir dalam mimpiku? Apa, benar dia gadis itu?" Pangeran terus mengkhayalkan gadis impiannya.
__________
Beberapa hari kemudian pertemuan sang pangeran dan putri kembali terjadi tanpa sengaja. Hari ini, sang putri berjalan-jalan sambil bersenandung kecil. Putri menikmati harinya, karena hari ini semua Paman Kurcaci pergi mencari makanan dan kayu bakar. Kesempatan ini tidak disia-siakan sang putri.
"Suara itu, suara itu ... aku seperti pernah mendengarnya," bisik sang pangeran bertanya-tanya.
"Aku harus berusaha untuk bisa menemukan pemilik suara itu." Pangeran Ratara berujar pada dirinya.
Pangeran pun mengitari tempat itu. Netranya tiba-tiba tertuju pada gadis yang sedang duduk menatap rumput hijau. Namun, kehadiran pangeran membuat putri terkejut seketika.
Ia berusaha untuk menghindari pangeran, akan tetapi pangeran menghentikan langkah Putri.
"Tunggu! Kamu jangan pergi dulu!"
Pangeran Satria berusaha menahan Putri untuk tidak pergi.
Putri menghentikan langkahnya, "Ada apa? Apa ... yang Anda inginkan dari, saya?" tanya Sang Putri menunduk.
"Kenapa, kamu selalu menghindar? Apa aku terlalu buruk di matamu?" Pangeran bertanya pada Putri.
Sesaat Putri terdiam bibirnya seakan tak mampu mengucapkan kata-kata. "Apa, maksud pertanyaan, anda?" Putri menjadi bingung.
"Maaf! Aku masih tidak mengerti! Dengan apa yang anda katakan." Putri menjawab sambil menunduk. Ia tidak mampu menatap ke arah sang pangeran.
"Sudah dua kali kita bertemu? Namun, mengapa kamu selalu menghindar dariku?" tanya Pangeran ke arah putri.
"Karena saya merasa ... saya tidak pantas." Putri menunduk.
"Apa, maksud perkataan, kamu?" Pangeran menjadi bingung mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Putri.
Putri kembali terdiam, ia tak mampu menatap wajah pria yang ada di hadapannya. Putri merasakan jantungnya berdetak semakin kencang tatkala ia menatapnya.
Hal yang sama pun dirasakan Pangeran ratara. Tatkala ia menatap Putri yang ada di hadapannya, jantungnya berdetak semakin kencang.
"Maaf, i--ijinkan saya pergi, sekarang," pamit Putri Kencana tanpa berani menatapnya.
"Tolong, jelaskan dulu. Apa, aku terlalu buruk? Apa, aku tidak pantas, untukmu?" Pangeran Ratara bertanya ke arah Putri Serena.
"A-apa, maksud, dari ucapan, Anda?" tanya Putri bingung.
"Semenjak pertemuan pertama kita, aku berharap ... aku bisa bertemu dengan dirimu lagi," ungkap Pangeran ratara
"Ternyata, permohonanku terkabul." Kembali Pangeran ratara berbicara pada putri.
"Aku yakin, Anda akan menyesal nantinya dan akan menarik perkataan Anda kembali, setelah Anda melihat wajah saya," jawab Putri padanya.
"Tidak! Apa dan bagaimanapun kamu ... aku tidak akan pernah menyesal dan dari pertemuan pertama kita, aku sudah jatuh hati padamu. Aku mencintaimu dengan segenap hatiku, yakinlah."
Pangeran ratara berusaha meyakinkan Putri. Namun, Putri masih ragu dengan perkataan pria yang ada di hadapannya.
'"Jika saya berbohong, saya akan menerima balasannya," ujar Pangeran ratara sekali lagi.
"Baiklah, saya percaya dengan ucapan, anda," jawab Putri.
Begitu Putri membuka kain penutup wajahnya. keajaiban tiba-tiba terjadi pada putri. Wajah buruknya, seketika berubah menjadi cantik jelita.
"Ja--jadi, benar ...? Ka--kamu Putri yang selalu hadir di dalam mimpi-mimpiku?"
Pangeran Ratara tak berhenti memandangi Putri yang cantik bak bidadari, yang saat ini ada di hadapannya.
"Apa, kutukan ini telah lepas dari diriku?" bisik Putri bertanya.
"Putri, mau kah ... kamu menjadi permaisuriku," pinta Pangeran memohon.
Tiba-tiba para kurcaci berdecak kagum melihat kecantikan Putri Serena.
"Putri, wajahmu telah berubah. Kecantikan Putri Serena telah kembali lagi!"
"Kita, harus merayakan hari bahagia, ini."
Kurcaci-kurcaci itu terlihat bahagia. Melihat Sang putri dan Putri Serena masih ragu apa yang dikatakan para Paman Kurcaci padanya.
"Pangerannya gagah dan Putrinya cantik," timpal kurcaci lain.
''Apa benar yang Paman katakan?"
"Benar! Putri Kencana tidak memiliki wajah buruk lagi. Putri sekarang begitu cantik seperti bidadari," jelas salah satu kurcaci itu menjelaskan kepada Putri Kencana.
Sungguh, Putri Kencana tidak menyangka kutukan Nenek sihir itu akhirnya terlepas dari dirinya.
"Putri, mau kah, kamu menjadi istri dan permaisuriku." Pangeran Ratara bersujud di hadapan Putri Serena.
"Terima! Terima ... terima! Terima, Putri!" teriak para kurcaci bersorak gembira.
"Iya, a--aku, mau," jawab Putri Serena malu-malu.(〃゚3゚〃)
"Terima kasih, Putri." Kebahagiaan terlihat di wajah Pangeran Ratara .
Putri Serena, Pangeran Ratara juga para kurcaci kembali pulang ke Istana. Raja dan Permaisuri bersuka-cita menyambut kedatangan anaknya, Putri Serena .Tidak ada lagi mendung yang menyelimuti kerajaan. Semua sudah berlalu.
Tidak berapa lama pernikahan Putri Serena dan Pangeran Ratara pun dilaksanakan. Putri kini tidak takut lagi, karena Nenek sihir sudah lenyap dari muka bumi. Keduanya kini hidup berbahagia untuk selama-lamanya.
#Tamat
terinspirasi cerita (snow white x ****)