Hallo, aku Nina, seorang ibu rumah tangga berusia 20 tahun, cukup muda bukan?, aku sudah menikah dengan seorang pria dewasa yang berusia 30 tahun, dia mas Andre pria yang menurutku hampir sempurna, dengan wajah tampan rupawan dan juga mapan tentunya, siapa yang akan menolak?. Meskipun begitu aku juga memiliki warisan ayahku yang tidak di ketahui siapapun bahkan suami ku sendiri
Akan ku jelaskan bagaimana aku bisa menikah di usia muda.
Aku dulu seorang mahasiswi semester 4 jurusan tata boga, mempunyai latar belakang keluarga yang cukup kaya, ayahku adalah salah satu pengusaha sukses di bidang kuliner maka dari itu aku memilih jurusan tata boga agar nantinya aku bisa menjadi penerus perusahaan ayahku, namun tidak ada yang mengetahui nya karna memang kami lebih suka hidup sederhana dan sedikit tertutup.
Saat itu aku sedang mengerjakan tugas sendiri di perpustakaan kampus, aku bertemu dengan seorang pria yang bisa di katakan seorang penjaga perpustakaan itu, dan itu adalah mas Andre suamiku saat ini.
Mas Andre sendiri ternyata saudara jauh dari rektor tempat ku berkuliah. Orangnya tidak sombong bahkan sangat ramah, melihat sifatnya itu membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.
Berselang dua Minggu kami sering bertemu dan berbincang ia langsung mengatakan ingin menikahi ku, wow singkat bukan. Belum lama kenal namun sudah berani mengajak ku menikah. Apa aku menerimanya?
Tentu saja tidak. Aku tidak ingin tergesa-gesa, umurku juga masih muda, bahkan mengenal nya saja belum.
Aku menawarkan diri untuk berpacaran dulu dengannya. Meskipun awalnya dia keberatan tapi akhirnya dia setuju. Kami berpacaran selama kurang lebih 6 bulan, dan saat itu aku merasa sudah cukup siap jika menikah.
Tapi tentu saja tidak semudah itu, ayahku tidak setuju, ia mengatakan bahwa mas Andre pria yang tidak baik, aku langsung marah karena saat itu aku masih labil dan belum bisa berfikir dengan baik, bisa di katakan aku bulol atau bucin. Aku kabur dari rumah lalu mengajak mas Andre untuk kawin lari. Dia setuju bahkan keluarga nya juga setuju.
Tanpa banyak persiapan akhirnya aku dan dia resmi menikah sirih, menjadi suami istri dan acara pernikahan kami juga sangat sederhana, juga tanpa restu orang tua ku. Benar, aku menikah dengannya tanpa restu ayah dan ibu ku. Aku juga kabur dari rumah dan tidak lagi meneruskan pendidikan ku.
Disinilah aku, di sebuah perumahan sederhana, kehidupan kami pas-pasan meski suamiku saat ini sudah memiliki pekerjaan yang mapan, kami juga sepakat untuk menunda memiliki anak karena ekonomi kami yang belum stabil, mas Andre saat ini bekerja menjadi dosen di salah satu universitas swasta yang cukup terkenal.
Meskipun begitu, keadaan ku cukup baik, mas Andre juga memperlakukan ku dengan baik dan memberiku nafkah yang lumayanlah walaupun tidak banyak, meskipun saat weekend dia sering dinas di luar kota.
Selama 2 tahun terakhir, rumah tangga kami baik-baik saja, seperti biasanya, aku mengurus rumah dan juga suamiku. Tapi lambat laun keadaan rumah tangga kami mulai tidak baik
Entah bagaimana awalnya, tapi aku merasa bahwa suamiku perlahan mulai berubah semenjak dia pulang ke rumah ibunya. Suamiku berubah, ia mulai jarang pulang ke rumah, biasanya dia pergi hari Sabtu dan Minggu saja, bahkan saat aku ajak bicara pun dirinya terlihat enggan menanggapi
Bahkan dirinya sempat bertanya apakah aku punya warisan dari keluarga ku atau tidak, walaupun ada tapi aku tidak bisa memberitahu nya, karena ku pikir kami masih bisa makan dan hidup dengan baik, kecuali jika kami tidak memiliki uang sama sekali aku baru akan memakai warisan ku itu. Aku hanya menggeleng pelan saat dia bertanya.
Suatu hari aku meminta uang darinya, sebenarnya itu jatah bulanan yang rutin suamiku beri untuk ku. Namun tak biasanya dia telat memberikan uang itu
"Berhemat lah mulai saat ini", ujarnya kemudian memberikan uang 500 ribu kepada ku. Aku hanya diam dan menerima uang itu. Kemudian dia pergi meninggalkan ku tanpa menyentuh sarapan yang sudah ku buat untuk nya.
Aku memandang kosong uang di tanganku, biasanya suamiku memberikan uang bulanan satu juta, itupun untuk keperluan rumah, listrik, air juga bahan masakan.
Apa dia belum gajian, pikirku saat itu.
Kejadian itu ku anggap biasa, selagi dia tidak melakukan perselingkuhan. Bukankah biasa jika di rumah tangga ada masalah. Anggap saja ini cobaan kami dalam berumah tangga.
Tapi perubahan suamiku tak hanya di situ, awalnya dia pelit, lama kelamaan dia seakan lupa kalau aku istrinya, dia sekarang hanya memberiku uang 300 ribu sebulan. Aku pusing memutar otakku, bagaimana uang segitu bisa cukup sebulan.
Padahal kalau di pikir, gaji dosen itu lumayan banyak. Apalagi suamiku rutin keluar kota saat weekend. Kemana sisa uangnya yang lain, pikirku.
Disinilah puncaknya, saat uang 300 ribu itu habis dan entah bagaimana bisa semuanya habis bersama seperti gas dan bahan masakan, aku sungguh pusing, tapi cukup takut meminta uang darinya. Karena saat aku kemarin minta uang 5 ribu untuk jajan dia memakiku dengan suara keras
"Kau wanita yang menyusahkan, untuk apa jajan, apa uang yang ku berikan untuk mu masih kurang?" Makinya saat aku meminta jatah jajanku, padahal dulu dia dengan cuma-cuma memberikan jatah jajanku 50 ribu perbulan. Saat ini dia bukan mas Andre yang Ku kenal. Bahkan pria itu sudah mulai melakukan KDRT. Ia memukul kepalaku dengan sepatu nya
Aku terdiam, dan dia semakin menjadi-jadi, dia mulai menendang tubuhku hingga aku menangis cukup keras akhirnya dia berhenti, lalu meludahi ku kemudian pergi entah kemana. Jujur saja aku takut dan sedikit stres. Ayahku saja tidak pernah memukulku selama ini
Sampai malam pun suamiku juga belum pulang, aneh sekali. Aku berkali-kali menelfon nya, bahkan sesekali keluar karna ku pikir mas Andre sudah pulang. Tapi tidak ada, perumahan ini terlihat sepi karna sudah hampir jam 10 malam.
Karena lelah, aku memutuskan untuk kembali masuk rumah dan tidur.
Pagi nya
Tok.. tok.. tok..
Aku yang sedang mencuci piring pun langsung terhenti mendengar ketukan pintu rumahku. Pikirku suamiku sudah pulang, lalu aku bergegas mencuci tanganku dan segera membuka pintu.
Tapi alangkah terkejutnya aku melihat orang yang berdiri di hadapanku. Mereka orang tuaku. Ayah dan ibuku, aku terdiam saat mereka memelukku erat. Bahkan ibuku sudah menangis tersendu-sendu.
Badanku mendadak kaku, aku bingung harus bereaksi seperti apa. Aku kikuk. Tak lama mereka melepas pelukannya kepadaku. Ayahku menatap ku dengan teduh.
Hatiku sakit melihat ayah dan ibuku yang terlihat seperti tak terurus. Apakah mereka mencari ku selama ini?
Aku menangis melihat keadaan ibuku, awalnya ibuku sedikit berisi namun di hadapanku saat ini tubuhnya terlihat kurus. Ibuku memelukku lagi, mungkin menenangkan ku.
Tak sadar ada satu orang lagi di belakang keluarga ku. Seorang wanita dengan 2 anak, seorang bayi di gendongannya dan juga seorang balita yang mungkin berumur 3 tahun.
Tatapan kami bertemu, aku menatapnya dengan bingung. Aku langsung membawa ayah dan ibu ku juga wanita yang Ku pikir keluarga ayahku itu masuk ke rumah.
Kemudian aku ke dapur dan membuatkan teh hangat untuk mereka karna ini masih pagi, dan cuaca cukup dingin.
"Bagaimana kabarmu nak?" Tanya ayahku sembari memandang Ku dengan lembut, langsung saja aku menangis karena mengingat kejadian saat suamiku memukul ku.
Kedua orangtuaku langsung memelukku dan ikut menangis seolah-olah tahu apa yang di rasakan oleh anaknya.
Tapi tak berselang lama saat aku mendengar suara anak dari wanita yang ada di samping ibuku.
"Ma itu papa?" Tunjuk balita itu pada foto pernikahan ku dan suamiku yang terpajang di ruang tamuku.
Deg...
Aku langsung terdiam
Mengetahui aku yang Tengah syok. Perlahan-lahan ayah dan ibuku mengenalkan siapa wanita itu.
Lebih kagetnya lagi saat aku mengetahui bahwa wanita itu adalah istri sah suamiku dan kedua anak itu adalah anak suamiku.
Aku menangis meraung-raung meratapi nasibku. Aku yang begitu ceroboh dan tidak berpikir panjang hingga tak menyadari bahwa aku menikah dengan suami orang, aku langsung saja bersujud di hadapan wanita itu dan meminta maaf sebesar-besarnya.
Baiknya wanita itu, ia langsung memelukku seperti tahu apa yang ku rasakan. Di hari itu juga, aku langsung memutuskan untuk bercerai dari suamiku dan memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua ku.
Yang ku ketahui dari istri sah mantan suamiku adalah dia istri pertama yang menemani suamiku dari 0, bahkan katanya bukan hanya aku satu-satunya istri dari mas Andre, masih banyak lagi istri-istrinya di luaran sana.
Setelah itu aku langsung mengurus surat cerai kami, tidak sulit karena di bantu oleh ayah Ku. Aku enggan melihat mas Andre lagi, juga aku masih trauma dengan pria. Bahkan terkahir ada kabar yang ku dengar bahwa saat ini mas Andre sudah di pecat dan tengah menganggur, karma pria itu, aku senang mendengarnya.
Tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi dengan mas Andre dan juga istrinya itu. Aku sudah melepaskan pria itu dan memulai lembaran baru, aku tengah sibuk menata karirku, dan mulai berkuliah lagi sekaligus mulai belajar berkerja di perusahaan ayahku.
Hingga akhirnya aku sudah wisuda dan sukses di perusahaan ayahku, di akhir cerita aku di pertemukan dengan teman lamaku Bagas, yang ternyata aku di jodohkan dengannya di hari pertama pertemuan kami. Meskipun agak takut tapi aku percaya bahwa pilihan keluarga itu yang terbaik.
Semoga kita di jauhkan dari pria-pria seperti itu di dunia ini.
Belajar dari cerita ini. Jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Kenali bebet bibit bobot pasangan mu sebelum menikah.
See you letter
END