☆KAN KUNANTI HARI ITU☆
Sewaktu kecil aku sangat disayang oleh kedua orang tuaku. Mereka selalu memanjakanku. Pada saat aku berumur sekitar 3 tahun, aku diberi sepeda oleh orang tuaku. Dan pada saat aku berumur 5 tahun, aku diberi sebuah boneka. Kemudian setelah aku berumur 7 tahun, aku diberi sebuah piano. Masa kecilku merupakan masa yang sangat menyenangkan, dimana aku dimanjakan dengan beraneka macam mainan. Tapi setelah aku berumur 8 tahun, masa-masa itu berangsur-angsur mulai hilang. Aku selalu berharap agar masa menyenangkan itu kembali lagi. Tetapi dugaanku salah, ternyata semakin umurku bertambah, rasa sakit pun bertambah. Aku merasa semenjak aku mempunyai seorang adik, kasih sayang orang tuaku semakin berkurang padaku. Setiap hari aku selalu dimarahi oleh orang tuaku. Aku pun sedih karena sewaktu kecil aku tidak pernah dimarahi oleh orang tuaku. Aku pun berusaha untuk menghapus kesedihan dan rada sakit didalam hatiku. Aku berfikir kalau orangtuaku masih sayang padaku. Tapi semakin aku berusaha menahan rasa sakit itu,rasanya semakin bertambah rasa sakit di hatiku. Aku tak tau bagaimana caranya agar rasa sakit itu bisa hilang dari dalam hatiku. Aku kadang berkata dalam hati, "Inikah rasanya hidup di dunia, setiap ada kesenangan pasti ada kesedihan." Kadang kala aku bertanya dalam hati. "Ya Tuhan, apakah ini takdir yang harus aku jalani? Mengapa aku harus hidup didunia yang penuh banyak cobaan? Yang seringkali cobaan itu menggoyahkan keimanan seseorang." Aku pun mencoba untuk ikhlas dalam menjalani kehidupanku. Tapi semakin aku berusaha untuk menjalaninya, semakin banyak cobaan yang muncul. Aku pun berfikir, "Mungkin Tuhan hanya ingin menguji aku, apakah aku tetap beriman dan beribadah kepada-Nya ketika aku ditimpa musibah atau malah sebaliknya.
●●●●●●
Pada saat aku berumur 10 tahun, tepatnya ketika aku masih duduk dibangku SD kelas 4, aku diberi cobaan oleh Allah SWT. Waktu itu aku diumumkan bahwa aku mendapat peeingkat tiga, aku kaget karena sewaktu aku kelas satu sampai kelas tiga aku hanya mendapat peringkat satu atau dua. Aku sedih dan aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada orangtuaku. Sesampainya dirumah, aku bertemu ibuku. Dia bertanya, "Nak, kamu peringkat berapa."
Aku hanya terdiam dan berkata kepada ibuku, "Waliku tidak memgumumkannya karena pada saat itu guru olahragaku mendapat masalah sehingga ia tidak dapat memberi kami nilai penjas. Hingga waliku belum menyampaikannya." Aku merasa bersalah karena aku tidak memberi tau ibuku kalau aku mendapat peringkat tiga. Keesokan harinya, tetanggaku yang hampir seumuran denganku memberitahu kalau aku mendapat peringkat tiga. Ibuku pun marah padaku karena prestasiku menurun. Aku pun sedih karena ibuku mengetahui-nya dari orang lain, bukan dari aku sendiri. Aku pun bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Dan setelah aku naik ke kelas 5, aku mendapat peringkat satu. Aku sangat senang karena aku dapat memberikan yang terbaik untuk orangtuaku. Tak terasa aku pun naik ke kelas 6 dan alhamdulillah aku masih mempertahankan prestasiku dan aku bisa lulus dengan nilai yang bagus.
●●●●●●
Hari pun berganti minggu, minggu pun berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Akhirnya aku pun melanjutkan sekolahku ke jenjang yang lebih tinggi. Saat aku duduk di bangku kelas satu SMP, aku diberi cobaan lagi oleh Allah SWT. Prestasiku menurun lagi, pada semester 1 aku mendapat peringkat 2 dab pada saat semester 2 aku mendapat peringkat 3. Kemudian pada saat semester 3 aku mendapat peringkat 4. Aku sedih karena semakin aku berusaha untuk menjadi yang terbaik, semakin kegagalan itu menghampiriku. Disisi lain aku mendapat kabar kalau nenekku jatuh sakit. Aku sangat sedih melihat keadaan nenekku. Karena tidak ada satu pun obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Padahal kami sekeluarga sudah berusaha mencari obat kemana-mana. Kami pun hanya dapat berdoa semoga nenek bisa sembuh seperti sedia kala. Tapi sampai saat ini tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau nenek bisa sembuh dari penyakitnya. Aku pun sedih melihat nenekku yang harus menahan penyakitnya selama berbulan-bulan. Dia tidak seperti dulu lagi, tubuhnya kurus kering dan bahkan hampir tidak dapat kukenali lagi. Pada suatu malam, ada sesuatu yang aneh pada nenekku. Dia selalu mengucapkan hal-hal yang menurutku ganjil. Malam itu nenekku selalu memyebut nama orang-orang sudah lama meninggal dunia.
Ibuku pun berkata, "Bu, jangan selalu berkata seperti itu, pamali Bu." Keesokan harinya nenekku melarang ibuku pulang kerumah. Dan ibuku pun menurutinya. Lagi-lagi aku merasakan hal aneh pada sikap nenekku, tapu aku tidak terlalu memperdulikan sikap nenekku. Aku tetap saja berangkat ke sekolah tanpa ada rasa khawatir. Dan aku pun belajar seperti biasanya. Tapi pada saat istirahat, aku merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Tapi aku mencoba untuk tetap tenang.
Hingga pada saat jam terakhir, ayahku datang dan berkata,"Nak, kamu harus pulang cepat karena nenekmu meninggal dunia."
Dengan berat hati aku menjawab,"Nanti sebentar aku pulang, Pa. Soalnya aku harus mengikuti ulangan harian dulu. Aku janji setelah selesai ulangan, aku akan segera pulang."
Ayahku pun berkata, "Kalau begitu papa pulang dulu ya, Nak. Dan jangan lupa untuk cepat pulang."
Aku pun menjawab, "Pasti Pa, aku janji." Guru agamaku pun datang dan segera membacakan soalnya. Setelah ibu guru membacakan soalnya, aku pun mengerjakannya. Dalam menyelesaikan ulangan harian tersebut, aku terus memikirkan nenekku. Tapi untunglah aku masih bisa tetap tenang dan mengerjakan soal ulangan tersebut. Setelah selesai, aku pun pamit pada ibu guru untuk pulang keeumah. Dalam perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya menangis memikirkan kepergian nenekku. Setelah sampai dirumah, aku pun langsung lari menuju jasad nenekku. Dan air mataku tak henti-hentinya membasahi pipiku. Aku tak menyangka kalau nenekku bisa secepat ini meninggalkan kami.
●●●●●●
Kini aku hanya bisa ikhlas untuk menerima semuanya. Dan aku bersyukur karena dengan musibah itu, aku biaa semakin dekat denga Tuhan. Dulu aku selalu menunda-nunda shalatku. Tetapi sekarang alhamdulillah saya tidak pernah lagi meninggalkan shalat. Dan saya pun berusaha melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Dan aku pun mencoba untuk mulai memikirkan bagaimana caranya agar aku masih bisa meraih prestasi. Aku pun belajar dwngan sungguh-sungguh dan setiap selesai shalat, aku selalu berdoa semoga aku dapat membahagiakan orangtuaku. Dan aku dapat mencapai impianku. Bagiku kebahagiaan orangtuaku merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang anak. Tapi saat aku sedang berusaha ibuku malah berkata padaku, "Kamu itu sudah mati-matian belajar. Tapi kamunya mendapat peringkat empat."
Aku sangat sedih karena yang seharusnya aku membutuhkan dorongan dan motivasi dari orangtua, tapi orangtuaku malah berkata yang tidak baik padaku. Aku mulai putus asa dengan perkataan ibuku, tapi aku mencoba tegar, dan berpikir kalau semua itu adalah mungkin. Dan aku tidak peduli dengan seberapa sulitnya aku bisa menggapai semua itu. Dan ternyata Tuhan mengabulkan doaku. Pada saat semester empat ternyata aku diumumkan kalau akulah yang menjadi peringkat pertama. Aku sangat senang karena usahaku selama ini tidak sia-sia. Aku pun bertekad untuk tetap menggapai impianku.
●●●●●●
Tak terasa aku pun naik ke kelas tiga dan alhamdulillah aku bisa mempertahankan prestasiku. Dikelas tiga, ada pengalaman yang tidak biaa saya lupakan yaitu ketika aku dan teman-teman merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan maulid tersebut diselenggarakan disekolah. Kami pun segera berkumpul untuk mendiskusikan tentang bahan, alat dan tempat yang akan digunakan dalam merancang hias telur. Setelah selesai berdiskusi, kami pun langsung pulang kerumah masing-masing. Keesokan harinya, kami pun berkumpul ditempat yang telah disepakati sebelumnya. Setelah semuanya hadir, kami pun membagi 2 kelompok. Kelompok pria membuat kerangka bangunan masjid sedangkan kelompok wanita memasak bahan-bahan yang sudah dibeli. Setelah kelompok pria selesai membuat kerangkanya, kami pun segera menghiasnya. Kami mengerjakan semua itu sampai jam 12.00 malan. Kami ingin memberi yang terbaik untuk kelas kami, karena sebelumnya kelas kami tidak pernah mendapat juara. Setelah selesai, kami pun peegi tidur. Tak terasa matahari pun mulai terbit, kami pun segera berkemas untuk menuju ke sekolah. Sebelum kami membawa hasil karya kami ke aula, kami sempat berfoto bersama. Kami pun membawa hasil karya kami ke aula. Acara pun dimulai. Acara pertama dibuka dengan mengucapkan basmalah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Kemudian dilanjutkan lagi dengan sambutan-sambutan. Setelah itu dilanjutkan dengan acara berikutnya. Acara demi acara telah dilaksanakan dan berlangsung dengan baik. Tepat pada pukul 12.00, tibalah waktunya pengumuman pemenang lomba hias telur. Pada saat pembacaan pemenang lomba hias telur, dada kami berdebar-debar. Kami takut kalau usaha kami akan sia-sia. Tanpa disangka ternyata kelas kamilah yang mendapat juara pertama. Kami sangat senang karena usaha kami pun tak sia-sia. Dalam perayaan maulid itu, kami mendapat suatu pelajaran bahwa apabila kita melakukan sesuatu secara bersama-sama, maka apa yang kita lakukan akan mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa.
●●●●●●
Tak terasa sebentar lagi kami mengikuti ujian naaional. Dan ujian inilah yang menentukan lulus-tidaknya seorang siswa. Kami pun belajar dengan sungguh-sungguh. Selain kami belajar dipagi hari, kami juga belajar disore hari. Selain itu, kami melakukan pra ujian. Dalam pra ujian yersebut kami seakan-akan mengikuti Ujian Nasional. Dalam pra ujian tersebut, kami dilatih mengerjakan soal-soal dan menghitamkan lembar jawaban. Dalam pra ujian pertama, aku memperoleh nilai yang kurang sempurna. Nilai matematika 3,75; Bahasa Indonesia 6,40; Ipa 5,00; dan Inggris 5,00. Kemudian beberapa minggu kedepan, kami melakukan pra ujian untuk kedua kalinya. Dalam pra ujian kedua, aku memperoleh nilau yang cukup baik, Matematika 7,25; Bahasa Indonesia 9,00; nilai Ipa dan Bahasa Inggris tidak diketahui karena belum diumumkan. Kemudian satu minggu kedepan, kami melakukan Pra Ujian untuk ketiga kalinya. Dan nilai yang diperoleh siswa tidak diumumkan. Karena kami semua sibuk mempersiapkan diri mengikutu ujian sekolah dan ujian nasional.
●●●●●●
Tak terasa tiga minggu telah berlalu, kami pun siap untuk mengikuti Ujian Sekolah yang diselenggarakan selama enam hari. Setelah kamu mengikuti ujian sekolah, kami pun bersiap-siap untuk mengikuti Ujian Nasional. Sebelum mengikuti ujian nasional, kami menyelenggarakan doa bersama disekolah. Dalam rangka doa bersama, kami semua berdoa semoga kami dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Setelah acara doa bersama selesai, kami semua bersalaman dengan guru, aku tak kuasa menahan air mataku. Aku sedih karena sebemtar lagi aku berpisah dengan guru dan teman-teman. Sebenarnya berat sekali meninggalkan mereka, tapi apalah daya aku haris tetap melanjutkab pendidikanku kejenjang yang lebih tinggi lagi. Tak terasa, tibalah waktunya kami mengikuti Ujian Nasional yang diselenggarakan selama 4 hari. Aku dan teman-teman berusaha dengan baik untuk mengerjakan soal ujian tersebut. Tak terasa waktu pun berlalu. Kini kami hanya menunggu pengumuman kelulusan. Tapi sebelum pengumuman kelulusan diumumkan, malamnya aku bermimpi kalau aku mendapat peringkat dua.
Keesokan harinya, aku pun berkata dalam hati, "Ya Tuhan, kalau memang mimpi itu bemar, maka selama dua hari hujan tak akan turun. Dan apabila selama tiga hari hujan tidak turun, maka aku mendapat peringkat satu. Tetapi apabila hujan turun selama 3 hari berturut-turut, maka aku akan mendapat peringkat tiga. Ya Tuhan, berilah aku petunjuk-Mu."
Dan ternyata selama dua hari, hujan tidak turun. Aku masih tidak percaya dan kuyakini dalam hati kalau aku mendapat peringkat satu. Sebelum pengumuman kelulusan diselenggarakan, terlebih dahulu perpisahan. Acara perpisahan tersebut sangatlah sederhana, tapi kami senang karena kami dapat merayakan acara perpisahan secara bersama-sama. Acara perpisahan pun berjalan dengan lancar. Dan setelah acara demi acara selesai, akhirnya acara perpisahan pun selesai. Tak terasa hari pengumunan kelulusan pun tiba. Yang menyampaikan pengumuman tersebut adalah wakil kepala sekolah. Saat wakil kepala sekolah membacakan pengumuman tersebut, aku dan teman-teman deg-degan. Wakil kepala sekolah pum menyampaikan siapa saja siswa yang masuk sepuluh besar. Beliau menyampaikan kalau yang menduduki sepuluh besar atas nama Putra Astaman, yang menduduki peringkat kesembilan atas nama Ramlah Ramdani, yang menduduki peeingkat kedelapan atas nama Rizky Amaliah. Peringkat ketujuh atas nama Andi Erniwati, peringkat keenam atas nama Fachruqi Waris, peringkat kelima atas nama Andi Rina Purnama Indah, peringkat keempat atas nama Wilis Milayanti, peringkat ketiga atas nama Nurhikmah Aulia, dan peringkat kedua atas nama Ira Novia Sari. Dan yang menduduki peringkat pertama atas nama Ulfa Amalia. Dan ternyata mimpiku benar.
●●●●●●
Hari pun berganti bulan dan bulan berganti tahun. Akhirnya aku melanjutkan pendidikanku kejenjang yang lebih tinggi lagi. Sebelum peresmian menjadi siswa SMA Negeri 1 Bontobahari, sebelumnya kami mengikuti kegiatan Baksos. Selama tiga hari dan kegiatan Mos selama tiga hari. Tak terasa tibalah pembagian kelas. Dan ternyata aku duduk dikelas sepuluh enam. Harapanku untuk dapat duduk dikelas sepuluh satu kini hanya bagaikan angin yang berlalu. Aku tidak bisa menerima semua itu karena banyak orang mengatakan kalau sepuluh enam itu hanya kelas tambahan. Tapi aku mencoba untuk menerimanya dengan ikhlas dan berpikir kalau itu semua adalah takdir yang sudah digariskan oleh Allah SWT. Aku pun menjalani kehidupanku dengan mempunyai harapan besar. Setiap hari, aku mengusahakan untuk tidak datang terlambat kesekolah. Dan aku pun berusaha belajar dengan baik.
●●●●●●
Tapi lagi-lagi ada satu hal yang membuatku bersedih yaitu setiap ada guru yang masuk mengajar dikelas kami, pasti ada guru yang mengeluh. Entah itu menyangkut sikap siswa laki-lakinya maupun perempuannya atau menyangkut kebersihan dan cara berpakaian. Aku sangat sedih karena aku tidak berhasil mengajak teman-temanku untuk menunjukkan kalau kami bisa menjadi yang terbaik, walaupun kemi kelas tambahan. Disisi lain ada lagi satu masalah yang membuat aku bersedih. Sewaktu aku pulang terlambat, ibuku marah dan berkata, "Apa yang kamu kerjakan disekolah, sampai-sampai kamu pulang terlambat? Jangan-jangan kamu berkeliaran dan nongkrong ditempat-tempat yang tidak jelas!"
Aku pun langsung berkata, "Aku terlambat pulang karena pada waktu itu kami ulangan harian pertama matematika."
Aku pun sedih karena orangtuaku tidak memepercayaiku. Dan aku yakin kalau ibuku marah kepadaku karena dia khawatir padaku.
Keesokan harinya tiba-tiba kepalaku sakit, tapi aku menyembunyikan rasa sakitku dari orangtuaku. Aku mencoba untuk tetap tegar dihadapan orangtuaku. Karena aku tidak ingin orangtuaku cemas memikirkan aku.
Aku pun berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, berikanlah aku kesehatan dan lindungilah aku dari segala marabahaya." Dan ternyata tuhan mengabulkan doaku. Alhamdulillah aku dapat menahan rasa sakit ini. Setiap selesai shalat, aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku dan keluargaku selalu diberi kesehatan dan diberi ketabahan dalam menjalani kehidupan ini.
●●●●●●
Seiring bertambahnya umur, aku pun semakin mengenal kehidupan didunia ini. Aku melihat berbagai macam tingkah laku manusia. Ada yang kaya tapi lupa beribadah kepada Allah, karena sibuk mmenjaga harta bendanya. Ada pula yang miskin dan lupa untuk beribadah kepada Allah, karena sibuk mengumpulkan dan mencari uang. Dan adapula yang menderita sakit dan tidak lagi beribadah kepada Allah, karena sibuk untuk mencadi obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Aku bersyukur karena semenjak aku masuk sekolah di SMA, banyak pelajaran yang dapat kupetik. Dan setelah beberapa bulan aku bersekolah disini, ternyata sifat guru-guru yang mengajarku berbeda-beda. Ada yang langsung dapat dipahami sifatnya, adapula yang sifatnya susah untuk ditebak. Tapi mereka mempunyai satu tujuan, mereka hanya ingin mencerdaskan kami, sebagai peserta didik. Tapi dari sekian bangak guru, ada guru yang menurutku sangat bagus. Guru itu namanya hampir sama tapi bidang studi yang diajarnya berbeda. Sebenarnya semua guru itu bagus karena Ia ingin memberi yang terbaik untuk anak-anak muridnya.
●●●●●●
Dan aku yakin dibalik musibah yang menimpaku pasti suatu saat akan ada hari dimana aku akan mendapatkan kebahagiaan itu. Dan aku akan tetap menanti hari itu. Hari dimana aku dapat meraih impianku dan membahagiakan orangtuaku, serta hari dimana aku mendapat pelukan kasih sayang dari orangtuaku. Aku yakin suatu saat nanti, hari itu sendiri yang akan menghampiriku. Dan aku rela menunggu berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Tapi yang pasti aku akan berusaha untuk mengejar impianku selama ini. Dan tidak lupa berdoa kepada Allah, karena Allah-lah yang menentukan hidup dan mati seseorang. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, semoga apa yang kita usahakan dapat berjalan baik dan sesuai keinginan kita. Aamiin.
☆TAMAT☆