Aku adalah seorang wanita yang berasal dari suatu desa, desa yang terpencil, kecil yang tak banyak orang mengetahuinya, aku terlahir dari sebuah keluarga yang harmonis, memiliki seorang ayah ibu yang sangat menyayangi aku, mereka adalah ayah dan ibu yang sangat romantis dan saling membahagiakan satu sama lain. Kehidupan rumah tangga mereka adalah cerminan nyata yang ingin sekali aku tiru untuk kehidupan rumah tanggaku kelak. Ibu yang selalu mencintai ayah dengan sabar dan setia. ayah yang selalu ingin menjaga ibu dan selalu ingin berada di samping ibu tidak dapat dipungkiri lagi, ayah sangat menyanyangi ibu bagaimananpun keadaanya, itulah mereka keluarga harmonis yang aku punya.
Sekarang aku melanjutkan study sarjana di suatu university, aku dari sekian banyak wanita yang masih belum paham mengenal yang namanya cinta, aku belum bisa menggambarkan cinta itu seperti apa, tetapi aku dapat merasakan cinta itu bagaimana? terkadang banyak yang mengatakan kalau aku adalah wanita yang kolot yang tidak tahu dunia luar, mereka mengatakan aku wanita yang ketinggalan zaman karena tidak mengenal yang mamanya cinta, mereka mengatakan aku adalah gadis desa yang super polos dalam bahasa kekinian. Mereka anak kota sebagian dari mereka banyak yang mengartikan tentang cinta? Menurut mereka, sesuatu yang ternilai itu adalah cinta!!! Mereaka juga mengartikan, “cinta itu adalah pemberian”, “cinta itu kasih sayang” “cinta itu punya Kehangatan” “cinta itu kebahagiaan”
Aku sendiri sejak lama mencoba mencari tahu definisi cinta yang sebenarnya. Sejak pertama kali mengetahui kosakata (cinta) aku sering mencari-cari bahkan juga belajar mendefinisikan sendiri apa itu cinta bedasarkan apa yang aku ketahui dan aku amati. Tapi sekian lama aku belajar membingkainya menjadi sebuah definisi yang pasti cinta tidak pernah cukup menetap di dalam suatu makna saja. Iya bisa menjadi berubah dan berbeda, tergantung siapa yang memekainya, yang jelasnya tidak ada definisi yang pasti, karena cinta itu cuma bisa dirasakan. Seperti keheranan yang aku rasakan ketika memmbaca buku tentang cinta hanya banyak definisi cinta yang diartikan oleh pakar cinta dan para ahli cinta.
“Ya” yah jelaslah banyak pendapat para ahli namanya juga buku, secara etimologi teryata cinta itu tidak dapat diartikan, cinta itu hanya dapat dirasakan, dinikmati dan dibayangkan. Seperti kopi panas yang kopinya dirasakan dan dinikmati, hari demi hari, waktu demi waktu, silih berganti dan akupun mulai melanjutkan cerpen yang aku tulis, (tik.. tikkk.. tik..) jam dinding terus berputar, detik, menit pun terus berganti, hari demi hari sudah terlampaui.
Bahkan ada pepatah berkata “cinta itu seperti angin, kamu tidak bisa melihatnya bahkan kamu dapat merasakan, merasakn hembusan angin, merasakan dinginnya angin yang menyentuh pori-pori bulu roma tanganmu, kedamaian, ketenangan dapat diberikan dari sebuah sembusan angin, itulah cinta”.
Datanglah bermalam sekali. Masuk dalam mimpi yang indah di sebelah tempat tidurku, berisian dengan jendela, ada lemari kaca berdinding bata dan aku tidur disitu di kasur yang kapasnya sudah tipis dan dingin. Aku berkhayal dan terus berkhayal dengan senyum tipis yang selalu terpancar.
Sampai detik ini aku belum bisa memberi arti pada setiap senyum tipis yang terpampang di rahang kekarnya, tak jarang senyum itu kucuri lewat pandanganya, apakah senyum itu hanya pura-pura saja, pura-pura seperti ada duka yang mendalam di dalam senyum tipisnya itu ada apa dengan senyum yang misterius itu apa mungkin ia pernah memiliki suatu keinginan tetapi tak kesampaian karena takdir, suratan, nasib atau musibah tiba-tiba merenggutnya? (arrrrhhhhh apa yang kupikirkan ini)
“Kenapa?” “kenapa dengan diriku” bertanya sendiri dalam hati, “Apaa yang sedang kurasa?” “Apa yang sedang ku pikirkan, apakah ini rasa lara yang tak berkesudahan, hati mengertilah, mengertilah untuk sejenak mengerti untuk tidak membesit luka untuk sebentar saja di hati ini”.
Pagi pun tiba, kini aku masuk kuliah pukul 07.00 pagi, setelah siap mengenakan pakaian aku pun beranjak dari kamar tercintaku “Brummm… brummm… brummm” memanaskan kereta kesayanganku dan setelah itu aku mulai berangkat, aku menikmati hari-hariku, aku merasakan keindahan pagi, aku membayangkan desa kebanggaanku, “andaikan ini di desa betapa amat nyamannya udara yang aku hirup dipagi ini” gumanku dalam hati. Aku wanita yang gampang dalam mengagumi dan gampang juga dalam membenci, aku juga wanita yang amat mistrius yang hanya ada pada diriku.
Silih berganti hari Waktu telah berlalu, hati berengut perih dengan kebahagian, meski lara tak mampu mengukir sebuah kata, tapi lidah mulai bergerak untuk mengatakan apa yang tak bisa aku katakan, jari jemariku menari seakan ikut merasakan kebahagian, tapi mulut dan lidahku membungkam seakan tak mampu mengucapkan, pana, lara, gelisa dirasakan oleh tubuhku, pikiranku tak karuan melayang-layang terbang seakan tak ingin jatuh.
Ohhh hati, teryata aku mulai jatuh cinta, aku mulai menyayangi seseorang, tapi cinta ini tak terbalaskan, hanya bertepuk sebelah tangan, aku kecewa ketika aku melihat photo yang ada di dalam layar hpnya, teryata itu adalah photo tunangannya, teryata orang di luar sana benar, mereka bilang “kalau kita berani jatuh cinta maka kita harus berani patah hati dan kecewa, ungkapan itu memang ada benarnya, terluka, kecewa dan marah menjadi satu yang aku rasakan di dalam hati ini, entalah mungkin aku sudah amat jatuh cinta dengan pria idamanku, dan akhirnya aku patah hati dan kecewa.
Terimakasih, nasihat lama itu amat benar sekali, aku tidak akan pernah menagis karena sesuatu, aku wanita kuat yang harus tersenyum walau kecewa sekalipun, rasa sakit, masa depan, semua mimpi-mimpi semua akan berlalu seperti sungai yang mengalir.
Terkadang, ketika sendiri merenungi apa yang dikatakan temanku ternyata ada benarnya juga, saat ini hatiku hancur seharusnya aku tidak membiarkan semudah ini dengan sedalam ini entah dengan alasan apa aku sampai mengaguminya sedalam ini yang akhirnya membuatku jatuh di dasar jurang yang amat dalam sehingga tak seorang pun yang mengetahui dan tak seorang pun yang mampu menolongku.
Karena pada hakikatnya, apa yang harus terlepas darimu adalah sesuatu yang tidak berhak kamu miliki semua akan berangsur hilang dan pergi, jangan ditahan, jangan dipakasa untuk tetap ada, masih bertahan pun sama saja yang ada malah kamu yang kecewa, lapangkanlah semua memang harus dilepaskan segera, semangkin cepat kau terima dan ikhlas semangkin allah memberikan jalan terbaik.
Lagi-lagi kesunyian, jam menunjukan pukul 09 lewat 34 hati ini masih saja sakit sesuatu yang tak mampu kutuntaskan, membuatku lemah, apalah dayaku hanya wanita malang yang mencintainya, yang mengaguminya tampa alasan yang pada akhirnya aku terjerumus akan manisnya rasa, akan pahitnya kepedihan, amat kusayangkan aku bukan wanita beruntung yang dapat menginginkannya, biarkan semua ini menjadi suratan yang dikenang dengan dalamnya cinta yang akhirnya menjadi penyakit lara dengan kekecewaaan yang mendalam seperti terbesit 1000 pisau.
Selesai
Cerpen Karangan: Mujayana Blog / Facebook: Minhatul Mujayana