Di rumah kos tua di pinggir tanjakan. Siang itu cuaca mendung. Pepohonan menari bergoyang ditiup angin. Truk Tua merayap pelan dengan gemuruh mesin dan kebulan asap Hitam. Dua sahabat karib Toyik Dan Jarot bercengkerama diselingi tawa gelak-gelak keduanya. Entah berapa bungkus rokok yang sudah dihabiskan. Gelas kopipun tinggal menyisakan hitam di pantatnya.
Toyik meraih gitar butut yang bergantung di dinding, jari jemarinya menari di leher dan perut gitar. Mengalunlah lagu “Masih Kau Yang Di Hatiku” Karya Deddy Dores.
Masih engkau yang s’lalu ada Di dalam setiap cerita S’lalu saja namamu aku bawa Saat ku ungkapkan tentang cinta
Ingin aku berkata jujur Apa yang ada di hatiku Betapa ku rindukan dirimu Semestinya kini engkau tahu
Namun aku tak habis mengerti Hidup kita bagaikan kereta api Seiring namun s’lalu tak bertemu Tak percaya tapi nyata Haruskah semuanya kini Menyatu hanya di dalam mimpi Sepanjang musim yang telah berlalu Masih engkau yang ada di hatiku
Ingin aku berkata jujur Apa yang ada di hatiku Betapa ku rindukan dirimu Semestinya kini pun engkau tahu
Namun aku tak habis mengerti Hidup kita bagaikan kereta api Seiring namun s’lalu tak bertemu Tak percaya tapi nyata Haruskah semuanya kini Menyatu hanya di dalam mimpi Sepanjang musim yang telah berlalu Masih engkau yang ada di hatiku Sepanjang musim yang telah berlalu Masih engkau yang ada di hatiku..
Ketika dentingan gitar belum berakhir. Datang bertamu sesosok gadis cantik, seksi penuh pesona. Ternyata dia Kartika. Nama yang pernah aku tulis di buku harianku. Nama yang telah lama hilang. Entah apa yang mendorongnya datang ke pondok tua ini. Aku masih tertegun dalam lamunanku.
“Mas boleh masuk nggak?” Kartika menegur dengan seunyuman manisnya. Yah senyuman yang pernah menemani hari-hariku bersamanya. “Oh iya, silakan masuk Tika” Sambil kujabat tangannya. Kupersilahkan duduk di bangku bambu tua. Toyik tanpa kuminta segera ke belakang mangambil segelas air bening, untuk tamuku yang Bening.
Cukup lama aku berpisah dengannya, sedikit kikuk ketika harus berjumpa lagi. Lamunanku meloncat 1 tahun kebelakang. Saat itu ketika masih menjalin cinta dengan Kartika. Aku pernah melakukan satu kesalahan. Aku tergoda dengan gadis berambut panjang. Aku menduakan cinta Kartika. Aku begitu bodoh, Kartikapun pergi dengan luka.
“Mas…” teguran Katika membuyarkan lamunanku. “Kok malah diam dan melamun?”
“Gimana kabarmu Tika?” “Baik Mas” “Tika tahu dari mana, aku ada di sini?” “Tami mas yang kasih tahu”
Kesempatan langka ini aku sampaikan, rasa penyesalan dan permintaan maaf. Benang layangan yang putus mungkin tersambung lagi. Tapi hati yang terluka tidak mudah terobati. “Tika, maafkan salahku”. “Ya mas, aku sudah melupakan semuanya”
“Oh ya, adakah hal penting yang ingin kau sampaikan padaku?” “Iya nih mas, aku ada tugas sekolah yang belum selesai. Minta tolong diajarin”. Kartika, masih duduk di kelas 3 SMA. Sedang aku Mahasiswa semester 4. Mahasiswa bengal tapi banyak teman suka nyogok sebungkus rokok untuk diajarin atau minta contekan.
“Ah dari dulu, kau ini masih malas aja belajar”. ledekku “Bodo ah, pokoknya minta diajarin”. Tika merengek manja seperti anak kecil minta permen. “Tapi ada syaratnya” godaku. “Ajarin…” “Ogah” “Ya udah, Syaratnya apa?” “Rokok Dji Sam Su 12 pak, ayam putih Mulus, telur angsa, dan kembang 7 rupa” “Syarat apaan, kaya mbah dukun saja” “Ogah”. “Syaratnya ganti ini aja”
Cuuup… Tiba-tiba mengecup pipiku sambil tersenyum manja. Aku tersentak, mataku terbelalak, jantungku berdetak kencang. Bahkan buah kelapa pada berjatuhan. Ternyata Toyik sedang memetik kelapa muda, untuk kami nikmati bersama.
Cerpen Karangan: Anan Sukanan Facebook: facebook.com/skennanda