“Dia orang yang aku cintai, orang yang aku sayangi, tapi dia pergi ninggalin aku di hari jadianku dengannya… hiks… hiks… hiks” tangisannya semakin menjadi “Mungkin sebenarnya dia tak ingin meninggalkanmu, tapi ini semua takdir tidak ada yang bisa melawan tadir Manda” “Sudah jangan menangis hapus air matamu” ucap Dodon sekali lagi tangan mengusap air mata di pipi gadis itu
Hari pun berganti di taman kota duduk seorang gadis, gadis itu seperti menanti sesuatu yang tak akan pernah datang. Dari arah belakang sosok pria cupu dan wajahnya terlihat buruk menghampirinya “Manda” lirih Dodon “Raka” jawab gadis itu refleks dan menoleh ke sumber suara “Maaf” ucap gadis itu sekali lagi, kepalanya tertunduk air matanya kembali membanjiri pipi manisnya “Tak apa, aku tau perasaanmu. Kehilangan orang yang kita cintai memang suatu hal yang sangat menyakitkan” “Kamu memang benar, memang mudah memulai cinta tapi sangat sulit tuk mengakhirinya” “Jangan bersedih, Raka pasti akan sedih bila tau kau disini bersedih karnanya” “Raka aku tau hidup tanpamu memang sangat menyakitkan, tapi aku akan berusaha tersenyum untukmu Raka” ucap gadis itu senyuman pun kian muncul di raut wajahnya. Dodon tersenyum melihat gadis yang berada di sampinya itu perlahan lahan mulai tersenyum.
Hari-hari sudah mereka lalui, Manda sudah mulai nyaman di dekat dodon karena dia selalu menjadi Dewa penolongnya. Hal itu menimbulkan kecemburuan di hati Briyan pria yang sejak dulu mencintai Manda dan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkannya.
“Manda” ucap Briyan “Briyan, ada apa?” “Lo nanti mau nggak gue ajak jalan-jalan?” “Maaf ya Briyan aku udah ada janji mau ke toko buku sama Dodon, udah ya aku pergi dulu pasti Dodon udah nungguin” Manda berlalu meninggalkan Briyan yang dikecamuki rasa marah dan cemburu “Awas lo Dodon gue bakalan bikin perhitungan sama lo”
Disisi lain Bela berniat mencelakai Manda “Manda” ucap Bela “Iya Bela, ada apa?” “Gue mau minta maaf sama, gue udah banyak salah sama lo. Gue nyesel udah jahatin lo” “Aku udah maafin kamu kok Bela” “Makasih ya, eh Manda kamu temenin aku ya ke perpustakaan” “Pasti aku akan temenin kamu kok”
Di sisi lain Dodon menguping pembicaraan mereka, Dodon curiga ada sesuatu yang akan dilakukan Bela dia pun membuntuti mereka dan benar dugaan Dodon sebuah balok kayu muncul ke arah Manda dengan seketika Dodon berlari menyelamatkan Manda “Manda awas” BRUKKKK balok itu tepat mengenai pundak Dodon dan seketika Dodon tak sadarkan diri
Di depan pintu kamar rumah sakit Manda sangat cemas, tak beberapa lama dokter itu keluar “Bagaimana keadaan teman saya dok?” “Adek tidak usah kuwatir, teman adek tidak apa-apa, hanya saja terdapat luka kecil di bagian pundaknya” “Syukurlah, apa saya boleh masuk dok?” “Tentu saja, kalau begitu saya permisi sebentar”
Pintu rumah sakit terbuka seorang pria terbaring di atas kasur rumah sakit, air mata Manda menetes melihat sosok yang terbaring di depannya adalah Raka. pria yang selama ini mengaku sebagai Dodon adalah orang yang ia cinta “Raka” lirih Manda “Manda, aku bukan Raka aku Dodon Manda” “Hentikan sandiwara ini Raka, aku sudah tau semuanya. Tadi ibu kamu datang dan menceritakan semuanya”
“Manda maafin aku, aku sudah membohongimu, aku melakukan ini karna aku ingin selalu di dekatmu menjagamu tapa kau tau siapa aku sebenarnya. Manda aku merasa tak pantas memilikimu karna keadaanku yang seperti ini dengan wajah yang buruk” “Kumohon jangan katakan seperti itu, Raka aku mencintaimu, aku tidak peduli apapun keadaanmu asalkan aku bisa bersamamu aku sudah bahagis. Cinta bukan apa yang dilihat tapi apa yang dirasakan. Aku ingin bersamamu sampai akhir waktu “makasih Manda, kamu sudah mau menerima aku apa adanya”
SELESAI
Cerpen Karangan: Kunta Nurhayati Blog / Facebook: Kunta Nurhayati