“Terimakasih Anda sudah menolong saya” ucap seorang Nona pada pemuda yang sudah menolongnya dari laki-laki hidung belang. Nona cantik berparas khas Negara Kincir Angin, merasa sangat berhutang budi. Karena sudah melepaskannya dari laki-laki yang dijodohkan dengan dirinya.
Awalnya mereka dijodohkan, tetapi Putri Elsa menolak perjodohan tersebut lantaran melihat perangai buruk laki-laki pilihan Ayahnya. Merasa harga dirinya diinjak-injak sebab ditolak oleh wanita, ia memilih jalan pintas untuk bisa memiliki Putri Elsa yang kecantikannya melebihi apapun.
Bersama tiga orang temannya, ia merencanakan sesuatu yang buruk untuk Putri Elsa. Hingga akhirnya digagalkan oleh pemuda tampan, berwajah Jawa dan pandai bela diri.
“Perkenalkan saya Putri Elsa, boleh saya tahu nama Anda” ia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan putihnya disertai senyum manis, membuat mata laki-laki manapun pasti enggan untuk berkedip. Kecantikan dan keramahannya membuat ia sangat disukai oleh siapapun.
“oh, saya Sastrawan Adiguna” pemuda tampan berkharismatik itu setengah terkejut menjawab sapaan gadis jelita yang ada di hadapannya. “Anda baik-baik saja, ada yang terluka?” gadis cantik itu kembali berbicara dengan lirikan mana menelisik mencoba mencari tahu keadaan laki-laki yang sudah menyelematkannya. “Saya baik-baik saja Nona, tidak usah khawatir” jawaban yang begitu tegas namun terdengar lembut. “Baiklah jika kamu tidak terluka, saya akan segera pulang. Sampai jumpa Tuan Sastrawan.” Ia berpamitan pada Sastra.
Sebelum langkah kaki sang gadis menjauh, buru-buru ia memanggil “Nona, kamu pulang sama siapa?” begitu teriaknya. Merasa ada yang memanggil, Putri Elsa menghentikan langkah kakinya. “Saya pulang sendiri” jawabnya.
Merasa iba, tanpa membalas ia berjalan cepat menuju Putri Elsa dan menawarkan diri untuk mengantarkannya hingga tiba di rumah. “Boleh saya hantar Nona sampai ke rumah, saya khawatir akan terjadi sesuatu dengan Nona jika pulang sendirian”. Dengan senyum semanis gula, bahkan lebih, ia mengiyakan tawaran Sastrawan.
Di tengah malam gelap, hanya diterangi sinar bulan yang memancarkan cahayanya, menelusup hingga menembus rimbunnya dedaunan pada pohon-pohob besar yang berjejer rapi disisi jalan. Mereka berjalan berdampingan. Suasana terasa semakin sepi, mereka disibukkan dengan pikiran masing-masing.
“Terimakasih, Saya tidak akan melupakan jasa Anda Tuan Sastra” Elsa berpamitan saat sudah berada di depan rumahnya, yang hanya dijawab dengan anggukan kepala dan senyuman yang semakin membuat Elsa terpana dengan sosok yang baru ia kenali.
Setelah kejadian malam itu, mereka tak pernah bertemu lagi. Tetapi ternyata perasaan mereka sama, jatuh hati pada pandangan pertama. Dari banyak cerita, Sastrawan tahu bahwa gadis yang ia tolong adalah sook seorang putri Belanda yang terkenal dengan kecantikan dan keramahannya pada setiap orang.
Dan Elsa, ia adalah sosok Putri yang senang bergaul dengan kaum pribumi, jadi tak sulit baginya untuk mengetahui seperti apa sosok Sastrawan. Diam-diam ia mengagumi sosok Sastrawan yang gagah, ramah, penuh sopan santun, suka menolong juga berpengetahuan luas, menambah kekagumannya.
Dalam diam, mereka saling mengagumi satu sama lain. Mereka menaruh hati pada pandangan pertama. Tetapi sayang, rasa kagum dan cinta mereka takkan bersatu. Perbedaan status dan kewarganegaraan, Elsa yang merupakan Putri Belanda dan Sastrawan yang hanya seorang pribumi, menjadi penyebab utama cinta mereka terhalang.
Cerpen Karangan: Nenih Blog: penggemarsenja08.blogspot.co.id Nenih Maxy dapat dihubungi melalui akun instagram @nenihs08 Thanks