“Derrrtt… derrrrtt…” Kulihat layar smartphone milikku. Hatiku tak karuan mendapati dia ternyata mencoba menghubungiku ditengah padat merayapnya jadwal latihan dari si pelatih. Tak menunggu waktu lama kusapu layar smartphoneku dan mendapati 1 pesan WhatSapp yang berisi pesan singkat namun menenangkan sejenak fikiranku tentang apa yang terjadi padanya disana. “Aku baik baik saja, jangan khawatir ” Itulah isi pesan darinya, sejenak aku termenung, apa benar dia baik baik saja? Tak lama berselang kubalas pesan singkatnya dengan sigap dan terburu buru, hingga mungkin diapun binggung dengan balasanku.
Malam mendera dan aku gelisah, pesan singkat darinya tetap membuatku tak dapat memejamkan mata barang sedetikpun, hujan rintik rintik dan bulan yang menyembunyikan sinarnya mendukungku untuk merenung malam ini. Kuputuskan untuk membuka kelambu kamar dan menarik kursi menghadap keluar hingga kulihat rembulan yang enggan menunjukkan sinarnya malam ini.
Duduk dengan keadaan seperti ini membuatku tenang, jam berdetik dan akupun bagai terhipnotis, bagai sihir yang memikat aku kembali, kembali mengingat pada waktu pertama kali aku bertemu dengan kekasihku. Pertama kali aku bertemu dengan seseorang yang saat ini benar benar aku harap kehadirannya.
Awal mula ku bertemu dengannya ialah di salah satu sosial media yang kala itu begitu digandrungi oleh anak anak remaja. Saat itu yang aku fikirkan hanya sekedar iseng dan mengusir kebosanan yang ada. Lambat laun waktu berganti aku semakin terhanyut dalam alur ini, terpesona oleh fitur fitur yang diberikan oleh sosial media ini dan hingga suatu hari kudapati pesan masuk yang ditujukan padaku. Karena rasa keingin tahuan yang begitu besar, akhirnya aku membukanya.
“Hy, selamat malam” sapanya singkat padaku kala itu Ragu ragu akupun membalasnya “hy, selamat malam juga?” “Apakah aku mengganggu?” “Tidak ” “Baiklah kalau begitu, boleh saya berkenalan?” “Boleh saja”
Begitulah kami saling menyapa dan memberikan kabar setiap kami memiliki waktu, memberi kabar satu sama lain sudah menjadi kebiasaan bagi kami berdua. Dia menanyakan nomor hpku dan kami saling menukar nomor hp kala itu. Hingga akhirnya detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.
Tak terasa sudah 3 bulan kami saling memberi kabar, memberi perhatian, memberi dukungan satu sama lain. Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin dipenghujung bulan maret dia menanyakan sesuatu yang jauh diluar dugaanku.
Kala itu ragu ragu ku mendengar Smartphoneku bergetar dan berbunyi nyaring. Hingga akhirnya aku sadar sepenuhnya dan melihat layar smartphone milikku, ada namanya disana. Namanya bertengger di layar smartphoneku dengan gagahnya. Dengan angkuh kuambil samsung itu dan kuangkat telepon darinya.
“Hy… selamat malam” Sapanya padaku “Hy… selamat malam” Jawabku mengulangi perkataannya “Kamu lagi sibuk?” Tanyanya ragu ragu “Tidak.. ada apa?” “Hmmm… jadi… saya mau bertanya sesuatu ke kamu.. hmmm… ” “Mau bertanya apa?” Ada sedikit ketakutan saat aku menjawabnya “Kita memang belum pernah bertemu sebelumnya, tidak pernah bertatap langsung sebelumnya, tapi kenapa rasa ini muncul? Kenapa saya merasakan sesuatu?” “Sesuatu? Maksudnya?” Aku bingung dibuatnya, aku tak mengerti apa maksud dari ucapannya
“Baiklah jadi begini, Kita memang belum pernah bertemu sebelumnya, tidak pernah bertatap langsung sebelumnya, tapi tidak tau kenapa saya bisa suka sama kamu” suaranya terdengar gagah di telingaku “Tapi bagaimana bisa?” Tanyaku selidik “Saya tidak tau, apakah kamu merasakan apa yang saya rasakan?” “Saya… hmmm… saya…” “Saya apa?” “Saya… tidak tau” jawabku tak jujur Terus terang saja, saya memang sudah jatuh hati, entah mengapa dan bagaimana bisa saya jatuh cinta padanya. Dengan seseorang yang tidak pernah saya temui sebelumnya.
“Kalau saya meminta kamu untuk jadi kekasih saya, kamu mau?” Tanyanya “Saya… hmmmm” “Saya serius, mari kita jalani ini bersama” Entah darimana datangnya alibi itu, kata kerja dengan ejaan AYO membuatku terbuai hingga akupun menjawab “Iya saya mau, mari kita jalani ini bersama sama”
Tak terasa hubungan kami berjalan mulus tanpa hambatan, hingga tak selang beberapa lama, dia mengatakan sesuatu yang membuatku cukup stress dibuatnya. Siang itu aku menerima pesan singkat darinya “Saya sudah ada di kotamu, temui saya di terminal sekarang!” Bagai petir di siang hari, saya terkejut. Saya bingung harus bagaimana. Apa yang harus saya lakukan? Saya juga dalam keadaan masih memakai seragam dinas. Akhirnya lama ku berfikir dan memutuskan untuk menemuinya di terminal.
Perjalanan terasa begitu jauh bagiku. Entah mengapa dadakupun tak berhenti bermain gendang, dag dig dug… apa ini? Kenapa denganku? Setelah sekitar 3 bulan berkenalan dan berpacaran kini dia menemuiku, Dia… dia ada disini
Tak lama berselang akupun sampai pada tempat yang dia instruksikan padaku. Aku memarkir motor matic honda kesayanganku dengan dada yang bergemuruh. Aku melihat kiri kanan tak ada tanda tanda orang lewat, berbekal photo di smartphone samsungku, aku mengedarkan pandanganku berharap mendapati sosoknya ada disana. 5 menit tak kunjung kulihat.
Tak lama ada pesan masuk, ternyata dari dia, kubuka dan kubaca pesan itu “Saya ada di belakangmu” Sontak aku berbalik ke belakang dan ingin rasanya aku teriak jikalau aku bisa. Tapi aku tak bisa. Suaraku tiba tiba hilang dan digantikan dengan senyuman.
Dia menangkap semua gelagatku, dia mengerti dan mencoba mencairkan suasana dengan mengajakku bicara. Entah apa yang kami bicarakan tapi aku merasa aku senang, duduk berdua dengannya. Bercengkrama basa basi yang indah.
“Teng… teng… teng…” Lamunanku terhenti kala aku dikejutkan oleh dentuman jam yang nyaring. Sekali lagi aku tersenyum. Indah rasanya mengingat hal itu. Kali pertama kami berkenalan dan bertemu.
Lalu tak berselang 5 menit aku memutuskan untuk tidur dan memejamkan mata.
Aku hanya ingin meminta pada tuhan Jaga dia untukku Tuhan Lindungi dia untukku Tuhan Jauhkanlah dia dari marabahaya Tuhan Aku menunggunya disini Tuhan Satukanlah kami suatu hari nanti Tuhan Jangan jadikan jarak ini sebagai penghalang bagi kami Tuhan. Amin
Cerpen Karangan: Jenny Ria Hartiwi Blog / Facebook: Jenny Ria Hartiwi