Hidupku selalu bahagia, tak ada sedih atau merasa kesepian. Kadang tersirat di benakku untuk mencoba belajar mencintai lagi. Namun sebesar apapun rasa sukaku terhadap seseorang, tetap saja cintaku hanya untuk dia, dia yang pernah aku miliki. Walau aku pernah sakit hati olehnya, tetap saja aku masih menyayanginya. Bahkan sedalam apapun luka yang pernah ia gores di hatiku, tetap aku akan memaafkannya.
Bagiku, dia seperti cinta pertama yang sulit kulupakan. Sebelum aku bersamanya, aku pernah menjalin cinta dengan yang lain. Lalu dia hadir saat aku sendiri, meskipun dari awal aku tak percaya bahwa dia adalah orang terdekatku, yaitu sahabatku sendiri. Semua kisah cintaku begitupun kisah cintanya kita sama-sama tahu.
Semuanya berubah begitu saja, perpisahan membuatku dan dia jarang bertemu. Setelah setengah tahun lamanya, akhirnya kita bertemu kembali, rasa bahagia, haru, campur aduk, pokonya bener-bener bahagia. Tiba-tiba tanpa sengaja aku bertemu dengannya di jalan, saat aku pulang sekolah.
“Hai Ra?”. Sapa Egi. “Egiiiiii…?” Aku kaget, saat liat Egi tepat didepan mataku. “Ya, apa kabar?” Tanya Egi “Baik, apa kabar juga?” “Baik”. Jawab Egi “Abis dari mana?”. Tanyaku. “Abis pulang kerja” jawabannya lagi. “Iiiiih, beda ya sekarang mah?”. Aku benar-benar pangling melihat perubahannya. “Ah masa?” Elak Egi. “Iya, bener”.
“Kangen”. Tiba-tiba Egi bilang kangen sama aku. “Iya sama, uuuh pas dulu aja gak pernah bilang kangen”. Candaku “Ya, dulu kan selalu ketemu, malah bosen liat kamu terus ra”. “Uh dasar”. Kesalku. “Bener, Egi merasa kehilangan tau. Yang tadinya kita suka berantem kaya tom & jery, eh sekarang udah gak bisa berantem lagi. Meskipun kamu nyebelin tapi ngangenin juga ya?”. Jelas Egi.
“Haha bisa aja, bener kamu juga orang yang paling nyebelin yang pernah aku kenal”. Timpalku lagi “Tapi ngangenin kaaaaan?”. Dengan PD nya. “Em, GR. Eh gi, udah sore. Balik yu?”. “Oh iya, eh Ra. Mana nomor teleponnya?”. “Oh iya, lupa. Nih!”. “Daaah?”. “Daaaah!”. kita pun berlalu begitu saja.
Malemnya HPku berbunyi, ada telepon dari nomor tak dikenal. Aku kira siapa, eh ternyata Egi. Meskipun tidak bertemu lagi, aku dan Egi masih bisa ngobrol lewat telepon. Secara biasa, Egi selalu curhat tentang hidupnya begitupun tentang kisah cintanya. Egi bilang saat itu dia sedang sendiri, dia cerita kalau pacarnya selingkuh sama temennya sendiri. Aku tak tahu pasti, dia benar apa bohong cerita semua itu padaku.
Hari berlalu begitu saja, sudah sebulan kita mengobati rasa rindu masing-masing. Perbedaan sikap dan ucapannya tiba-tiba aku rasakan, lebih perhatian, lebih sering ngobrol yang membuatku merasa aneh. Hari itu malem Jum’at tepat pada tanggal dan bulan yang cantik 06/06.
“Lagi ngapain Ra?” Dengan suara lembutnya. “Lagi tiduran aja”. Jawabku. Dari awal percakapannya biasa-biasa saja, tapi lama-kelamaan percakapannya mulai aneh. Aku benar-benar mengenalnya selama dua tahun, jadi aku tau persis perbedaan dia kaya apa, gak seperti biasanya. “Ra, Egi sayang sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar Egi?”. Tanya Egi.
Krik-krik-krik-krik aku hanya diam saja, aku bingung harus ngomong apa. “Egi juga gak tau, perasaan Egi berubah gitu saja sama kamu, Egi merasa kehilangan setelah kita jarang ketemu. Terus pas kita ketemu, perasaan Egi berbeda gak kaya dulu. Egi tau, Egi lancang bilang sayang sama kamu, tapi itu yang Egi rasakan”. Timpal Egi lagi. “Ha-ha-ha lucu”. Aku benar-benar gak percaya apa yang dia katakan.
“Ko malah ketawa, apanya yang lucu?”. Egi berusaha serius. “Ya aneh aja gi, mana bisa?”. Jawabku heran. “Ya bisa lah, apa yang gak bisa?” Jelas Egi “Ya gak percaya aja, Egi Saputra yang aku kenal, suka sama cewek yang cantik, menarik. Terus aneh aja gitu suka sama Rara Amelia yang punya tampang biasa saja bahkan tidak cantik sama sekali?”. Jelasku.
“Ra, Egi gak suka kamu bilang kaya gitu, Egi gak liat kamu dari apa yang kamu punya, kamu itu orang yang buat Egi nyaman, kamu lucu yang bikin Egi ketawa dan ngangenin, Egi juga bahagia kalau ngobrol sama kamu. Jadi apa yang aneh?”. Jelasnya lagi. “Ya aneh aja”. Jawabku.
Aku benar-benar gak percaya apa yang terjadi, dan aku gak pernah berpikir semuanya akan seperti ini. Yang aku tau Egi adalah sahabatku, tidak pernah tersirat di benakku kalau Egi akan menyukaiku lebih dari sahabat. Percakapan aku berlalu begitu saja, aku tidak pernah menjawab “iya atau tidak”.
Semua berjalan begitu saja, sangat membahagiakan. tapi, entah apa?. Ternyata aku mulai menyayanginya juga, dan kupikir aku sudah benar-benar menerima cintanya dengan perasaanku. Aku sudah mulai berani mengatakan sayang, bahkan aku bahagia ketika Egi mengatakan sayang juga kepadaku. Tak pernah tersirat di benakku kalau aku akan menjalin cinta dengan sahabatku.
Walau dari awal aku tak pernah percaya, namun dengan waktu yang lama, Egi mampu buktikan ketulusannya dan membuatku menyayanginya juga. Aku tau resiko yang harus kuhadapi kedepannya, Egi bukan pria yang setia terhadap satu hati. Aku kenal Egi dengan baik, dia pria playboy, mantannya banyak sana sini.
Setelah aku berikan seluruh perasaanku, aku malah merasa takut kehilangannya. Takut Egi akan mencintai orang lain dan meninggalkan aku seperti wanita-wanita lain yang pernah dia cintai dulu. Dan ternyata dugaanku benar, Egi mencintai orang lain. Hubunganku dengan Egi berakhir begitu saja, tanpa kata putus bahkan tanpa penjelasan yang pasti.
Aku tau, dari awal aku tidak pernah menjawab “iya atau tidak”, dalam hubungan itu, tapi aku menjawab dengan perasaanku tanpa kata terucap namun rasa yang menjawab. Mengatakan putus rasanya tidak pantas aku ucapkan, hanya bisa menghilang dan menghindar. Aku dan Egi tidak lagi kontekan, aku memutuskan untuk menghindarinya dan belajar menyembuhkan luka karena kesalahanku. Yang telah memberikan perasaanku seluruhnya untuknya.
Aku kecewa, aku tak percaya Egi tega lakukan itu padaku. Kalau bukan Egi yang memulai semua itu, aku tidak mungkin menyayangi Egi segitu besarnya. Aku tak percaya, Egi berani lakukan itu seolah-olah seperti sama orang lain padahal aku sahabatnya sendiri. Aku gak habis pikir, kenapa Egi tega lakukan itu padaku?. Dan sekarang aku telah kehilangan orang yang aku cintai sekaligus sahabat.
Dua tahun berlalu, aku masih sendiri tanpa ada yang mengisi kekosongan hatiku. Aku tidak bisa mencintai orang lain ataupun belajar mencintai lagi, mungkin karena aku belum bisa move on. Ya… itu yang teman-teman aku katakan, aku adalah korban gagal move on. Selama ini aku berusaha fokus pada kuliahku, aku selalu berpikir, sendiri bukan hal yang buruk. Biar orang diluar sana mengejekku “jones”. Padahal memang iya, tapi aku tidak pernah merasa terpuruk dengan keadaanku yang seperti ini.
Hidupku fine fine aja, aku punya keluarga yang selalu suport aku, sahabat yang baik, juga aku tidak mempermasalahkan statusku yang jomblo. Aku juga sudah memaafkannya, Egi tetap kuanggap sebagai sahabatku. Meski aku dan Egi tidak sedekat dulu. Hanya bisa saling menyapa, menanyakan kabar bahkan seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Aku terus berusaha bagaimana caranya mengembalikan hubungan sahabat seperti dulu lagi.
Mencoba kontekan lagi, dan akhirnya kita dekat lagi. Walaupun kedekatan itu tidak seakrab dulu, masih terasa asing dan berbeda. Suatu malam saat Egi nelpon, kita sama-sama menceritakan masa lalu dan tanpa sadar suasana mencengkam begitu saja. Egi mengingatkanku masa-masa terindah yang pernah aku lewati bersamanya. Membuatku ingin menangis, begitupun dengan Egi.
Egi merasa sangat bersalah terhadapku dan meminta maaf, karena telah menyia-nyiakanku dan menyakitiku dulu. Aku hanya bisa menangis, karena dulu aku tidak pernah mendengar kata maaf terucap langsung dari bibirnya. Egi hanya menghilang begitu saja tanpa kata maaf dan penjelasan yang pasti. Malam itu benar-benar suatu momen yang takan terlupakan, aku bisa mendengar langsung kata maaf darinya. Aku dan Egi mengatakan perasaan masing-masing, agar semua jelas dan tak ada yang kita sesali nantinya.
“Gi, sebenarnya aku masih sayang sama kamu. Itulah alasan mengapa aku masih sendiri sampai saat ini”. Jelasku “Maafin Egi Ra?, Egi bener-bener gak tau. Egi bodoh sampai tidak tau semua itu!”. “Iya gak apa-apa, aku cuman mau kamu tau perasaanku, agar aku bisa hapus perasaan ini supaya kita tetap sahabatan. Maafkan aku, kalau aku masih sayang sama kamu gi!”.
“Ra, maafin Egi juga!. Sebenarnya Egi masih sayang sama kamu, cuman Egi malu udah nyakitin kamu, tapi kamu masih mau maafin Egi”. Jelas Egi “Ga apa-apa gi, yang sudah biarkan berlalu. Sekarang kita tetap bisa sahabatan kan?”. Tanyaku “Ra….?”. “Ya?”. “Aku sayang sama kamu”. Jelas Egi “Sayang?. Kamukan punya pacar, udahlah gi, ga usah becanda!”. Timpalku.
“Serius, Egi sekarang lagi sendiri. Bener?”. Egi berusaha meyakinkanku “Gak percaya”. Jawabku tak percaya. “Ya udah kalau gak percaya”. Rajuk Egi “Dih ngambek, ya gimana gak percaya. Orang pernah dibohongin”. Jelasku “Itu kan dulu Ra, serius. Egi mau kita ngulang lagi dari awal!”. Jelas Egi lagi “Maksudnya balikan?”. Tanyaku heran. “Iya, mau gak?”. “Gimana ya?. Aku pikir-pikir dulu, nanti aja ya jawabnya?”. “Ya udah gak apa-apa sayang”. “Ih udah berani bilang sayang”. Kataku.
Malam itu bener-bener campur aduk ada haru juga bahagia, lega bisa ngeluarin unek-unek selama ini. Dan saat itu juga aku dan Egi kembali merajut kasih untuk kedua kalinya. Aku benar-benar bahagia, bahagia sekali, hidupku yang tadinya gelap kini terang kembali.
Tapi setelah satu bulan berlalu, aku merasa ada yang berbeda. Ada yang Egi sembunyikan dari aku, entah?. Aku merasa takut kehilangan Egi untuk kedua kalinya. Akhirnya aku berusaha mencari tau apa yang terjadi, saat itu juga aku menemukan jawabannya. Aku tidak percaya, hatiku sakit bahkan lebih sakit dari apa yang pernah kurasa dulu.
Air mataku bahkan tidak bisa menetes sedikitpun, aku berusaha untuk tidak menangis. Aku malah tertawa, tidak percaya, ini hanya mimpi, ya hanya mimpi. Aku berusaha tegar, namun tak bisa aku pungkiri hatiku merasakan sakit yang teramat sakit. Tubuhku lemas tak berdaya, namun aku berpikir mungkin inilah akhir yang terbaik untukku dan untuknya.
Ada alasan mengapa aku tidak bisa mencintai orang lain, karena aku masih berharap untuk bisa bersamanya lagi. Namun saat CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI MEMBUATKU KEHILANGAN DIA UNTUK SELAMANYA. Egi akan mengikat janji suci dengan orang lain, tak banyak yang ingin kukatakan, selain berkata.
“Semoga kamu bahagia bersamanya!”. Ucapanku Dan dia hanya mengatakan. “Maafkan aku!”.
Aku hanya tak habis pikir, mengapa Egi ingin merajut cinta yang sudah lama usang, jika akhirnya dia kembali merobeknya hingga bekoyak koyak tanpa bentuk yang tersisa. Hatiku hancur berkeping-keping bahkan aku tak bisa menyusun puing-puing cinta itu kembali utuh.
Cerpen Karangan: Siti Nurlaeli Blog / Facebook: Siti Nurlaely Nama Siti Nurlaeli, Tempat/Tgl Lahir, Lebak, 10 Desember 1997