Semuanya berawal dari keikutsertaanku dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Dua tahun yang lalu, aku mengenal banyak orang dari kegiatan tersebut, dari kakak kelasku hingga adik-adik kelasku. Aku adalah orang yang tidak terlalu pandai bergaul, bercengkrama dan dekat dengan orang-orang. Aku cukup cuek saat berada di dalam kegiatan itu, hingga aku tidak terlalu memperhatikan setiap kenalan baruku di kegiatan itu. Mereka mengenalku tapi aku sangat mudah melupakan mereka.
Pada awalnya aku telah terpikat pada seorang kakak kelasku atau senior dalam bahasa kami. Tidak hanya tertarik padanya kami pun sempat jadian dan memulai pacaran. Lagi-lagi karena cuekku dan kecerobohanku, kami putus hanya dalam satu bulan.
Aku merasa bersalah, lalu aku terus mencoba menghubunginya tapi dia tidak terlalu meresponku, karena itu sifat lemahku kembali, seperti biasa aku sangat sulit melupakannya. Hari berganti hari, minggu berganti bulan, lalu beberapa bulan kemudian aku chat sama salah seorang temannya. Dia dulu yang menghubungiku untuk menanyakan kabar mantanku itu. Aku cukup emosi, aku tidak menghiraukannya. Dia pun mengerti dan tidak membicarakan mantanku itu lagi.
Dia bernama denny cendana arian, dia adalah kakak kelasku, seniorku dalam kegiatanku di sekolah. Aku awalnya tidak terlalu mengenalnya, temanku yang mengenalnya bahkan sejak pertama kali dia datang ke kegiatan latihan rutin kami. Beberapa hari kami semakin dekat di media sosial melalui chat di aplikasi BBM. Tapi itu hanya beberapa hari setelah itu kami tidak berhubungan lagi. Benar-benar saat itu aku tidak mempedulikannya.
Tidak terasa sudah tiga bulan dari chat kami waktu itu kami tidak lagi chat. Aku semakin tidak bisa move on dari mantanku. Hingga suatu saat kami bertemu lagi pada kegiatan itu, kami bertiga yaitu aku, mantanku dan juga denny. Denny mulai lagi chat denganku, dari sinilah cerita yang kukenang sampai sekarang terjadi.
Mungkin dia memulai chat denganku hanya keisengannya semata dan mengisi waktu luang. Kami saling berbalas chat, membahas segala hal dan saling memperhatikan, mungkin aku yang terlalu terbawa perasaan tapi aku benar-benar merasa nyaman dengannya. Aku mulai move on dari mantanku karena dia, dia mulai membuatku menyukainya. Tidak pernah ku peduli dia itu sebenarnya siapa, aku benar-benar tidak mengenalnya sepenuhnya.
Aku menyukainya entahlah karena apa aku juga tidak tahu. Aku tidak tahu masa lalunya, aku tidak mengenal dia dari sudut pandang orang lain karena aku hanya mengenalnya dari sudut pandangku sendiri, aku juga tak diberi tahunya. Aku tidak tahu dia melanjutkan kuliah dan lulus D3. Aku tidak mengenal keluarganya. Hingga aku tahu kalau dia adalah lelaki baik dari keluarga baik-baik dan dia berpendidikan hingga sekarang telah berkerja di rumah sakit negeri di kotaku Mentok, Bangka Barat.
Dari kedekatan kami yang berlangsung berbulan-bulan tapi tidak pernah ketemu karena aku yang tidak mau, aku takut merasa gugup dekat dia. Rasa sukaku padanya pun mulai meningkat menjadi menyayanginya dan benar-benar ingin memilikinya. Tapi itu seperti mimpi bagiku walaupun saat itu aku dan dia sama-sama sendiri. Perasaan itu semakin hari semakin menggila, bebagai kode telah kusampaikan padanya tapi entahlah dia mengerti atau pura-pura tidak mengerti atau tidak mau tahu.
Aku mulai putus asa, aku mulai menjauh tapi aku tidak bisa, dia juga tetap masih menghubungiku. Hubungan kami sebenarnya tidaklah istimewa tapi entah kenapa bagiku dia sangat istimewa.
Delapan bulan berlalu kami selalu chattingan. Hingga suatu hari aku melihatnya memasang foto bersama seorang wanita berjilbab, setelah kutanya dia pun menjawab itu pacar barunya. Betapa sakitnya ku saat itu apa yang bisa ku lakukan, aku pun memberikan selamat padanya. Aku mulai mengatur langkah untuk mundur perlahan karena aku takut terjatuh bila ku terburu-buru. Aku tidak akan menganggunya lagi pikirku, walaupun itu sangat berat. Tapi hanya sekitar tiga minggu mereka pacaran tiba-tiba aku mendengar darinya sendiri mereka sudah putus. Aku pun sangat senang dengan itu. Aku pun tidak segan untuk dekat lagi dengannya.
Semakin hari setelah putusnya dia dengan pacarnya aku mulai gelisah. Entah kenapa aku selalu memikirkannya seperti aku takut dia akan bersama yang lainnya pula atau balikan dengan mantannya itu.
Pikiranku yang benar-benar kalut saat itu, ingin rasanya aku marah, berteriak, berlari, apapun itu agar aku bisa lebih tenang. Ternyata sama sekali tidak ada gunanya. Aku terus galau memikirkan dan merasakan kegelisahan hatiku. Entah dari mana aku dapat motivasi mengungkapkan perasaan.
Suatu hari, dihari pikiranku benar-benar sangat bodoh. Aku mengetikkan semua isi hatiku dan aku berpikir untuk mengirimkannya pada dia. Aku merasa ragu tapi aku menguatkan hatiku kalau perasaanku ini harus kusampaikan. Aku menyampaikannya padanya, aku mengungkapannya, aku menyayanginya. Aku benar-benar merasa malu tapi aku mengungkapkannya. Aku tidak memintanya menjadi pacarku tapi mungkin dia salah arti dia bilang dia hanya menganggapku adiknya. Jujur aku kecewa aku mulai takut kalau kami akan saling menjauh. Walaupun pada ketikan itu aku memintanya menjauh tapi aku takut aku yang tidak bisa menjauh. Baginya pasti sangat mudah menjauhiku tapi bagaimana denganku? Setelah kejadian itu aku dan denny benar-benar menjauh seolah dia malas mengetik bahkan malas untuk membaca pesanku.
Dua bulan setelah kejadian itu dia jadian dengan wanita lain, yang lebih pantas bersamanya, yang setara dengannya, wanita yang lulusan sarjana di universitas ternama di kota Bandung. Sedangkan aku hanyalah anak SMA yang baru mau lulus, aku membenci kejadian itu. Tapi aku menyayangi dia, aku bahagia melihat dia bahagia. Aku semakin menjauh tertutup awan, biarpun hanya awan yang menutupiku sedetik pun tak pernah ada niatan dia menghapus awan yang seperti asap itu. Aku sangat terpukul, aku terjatuh lalu harus bangkit sendirian. Entahlah, aku harus fokus pada kepentinganku saat itu yaitu aku melanjutkan kuliah di sebuah universitas negeri ternama di provinsiku.
Beberapa bulan kemudian aku mengetahui mereka putus, aku tidak tahu penyebab hubungan pasangan cukup dewasa itu putus tapi aku senang mereka putus. Dua minggu kemudian aku menghubunginya, setelah sekian lama, aku menanyakan kabar kakakku itu. Dia baik-baik saja tapi sungguh kami benar-benar tidak bisa seperti dulu lagi. Coba saja aku bisa menghapus ingatan dia tentang pernyataan perasaanku padanya waktu itu aku pasti akan bisa dekat lagi dengannya walau hanya melalui chat, aku pasti tidak melarangnya pacaran, aku mungkin akan mendengar curhatannya dan itu pasti sangat menyenangkan. Ah sudahlah semua itu tidak mungkin.
Sekarang kami masing-masing meskipun ku selalu mencari tahu kabarnya. Mimpiku tentangnya masih panjang bahkan menembus waktu di masa depan. Begitu banyak mimpi yang kubuat dengan dia, yang mana isinya hanyalah aku ingin dia bahagia denganku nanti ataupun bukan denganku. Mimpi yang bertebaran itu biarlah selalu kutebarkan karena ku percaya suatu saat dia akan mengambil mimpiku itu dan menjadikannya nyata. Aku mungkin terlalu naif untuk mengatakan ini tapi merasakan dan mengartikan perasaanku padanya selama ini aku bisa mengatakan “Aku mencintainya setulus hatiku”.
Cerpen Karangan: Sofia Blog / Facebook: Sofia Via