Lagu Kukira Kau Rumah karya Amigdala mengalun menemani malam gelap tanpa bintang, ikut mengiringi rinai hujan yang terdengar samar karena telingaku tersumbat earphone.
Aku terbaring di kasur dengan mata sembab sehabis menangis. Namun deraian air mata itu kembali mengalir tanpa persetujuanku. Sial, aku terlalu menghayati lagu itu karena sangat sesuai dengan suasana hatiku saat ini.
Kemudian aku meraih buku kecil yang tak jauh dariku. Buku kecil itu adalah tempat pembuangan akhir seluruh perasaanku yang selama ini kupendam. Berkat inspirasi dari lagu Kukira Kau Rumah tersebut, buku kecil itu kembali menerima “sampah” berupa perasaan dari hatiku. Namanya juga tempat pembuangan akhir, kan?.
Ya, ini hanya sebuah puisi singkat yang mungkin tak berarti. Bukan novel yang laris dijual atau sesuatu yang sempurna di mata banyak orang. Saking tak berartinya, aku sampai bisa menebak ending dari puisi ini. Puisi itu akan kurobek, lalu kubuang dari jendela apartemenku di lantai 10, entah nanti kertas itu terbawa angin kemudian dihanyutkan oleh air hujan, atau ajaibnya sampai ada di tangan seseorang. Yang terakhir itu pasti mustahil terjadi.
Terima kasih sudah mau jadi rumahku. Perabotan rumahmu telah berjasa menemani hari yang sayu ini. Tapi sayang, atap rumahmu bocor banyak. Membuat ember lelah menyambut tetesan air itu. Jadi kasihan pada ember yang tak sanggup lagi menahan air, membuat air kembali melanjutkan perjalanannya di lantai.
Aku menengadah ke atas, atap bolong itu… Haha, ternyata Si Mega sedang bermesraan dengan air hujan. Lebih tepatnya mereka sedang berdansa, dengan kelabu sandangnya, guruh musiknya, dan kilat lampunya. Terima kasih atap bolong, kau buatku sadar. Bahwa rumah ini cuma aku pinjam dari orang lain. Makanya kualitasnya jelek, rumah ini bukan milikku tapi milik orang lain. Dan rumah ini bukan untukku, tapi untuk orang lain.
Untuk apa aku tinggal di rumah milik orang lain?. Lebih baik aku pergi saja, kasihan yang punya rumah. Sekali lagi, terima kasih atas tumpangannya. Kututup gerbang pintu rumahmu. Agar tak ada lagi orang lain yang masuk selain pemiliknya.
Cerpen Karangan: Shofia Khairatun Blog: shofiakhairatunhisan.blogspot.com