Seorang gadis berjalan menuju halte dalam keadaan basah karena hujan yang turun. Tanpa tau harus kemana lagi ia menpakkan kakinya. Suara mobil dan motor yang melaju membuat hujan semakin deras. Terlihat gadis itu memakai t-shirt hitam dan jelana jens dengan muka lebam setelah menangis. Tiba tiba seseorang menyelimuti pungungnya dengan jaket biru tua yang hangat.
“kalo hujan hujanan nanti sakit” kata cowok di belakangnya. “terima kasih” ucap gadis itu dengan mengeluarkan senyuman manisnya. “kau kenapa? Kulihat dari jauh kau menangis?” tanya dia. “aku tak apa, mmm jaket ini akan kukembalikan esok disini. Busku sudah samapai aku pergi dulu” kata dia meningalkan cowok itu dan masuk ke dalam bus.
Ia menyandarkan kepalanya pada kaca bus dan mengingat peristiwa tadi.
“apa yang kamu lakuin disini?” tanyaku. “entahlah mungkin hubungan kita akan berakhir sampai sini” kata cowok dengan lagak yang cool. “apa semua ini karena karen?” tanyaku padanya mungkin statusnya saat itu adalah akhir dari kisah asmaraku dengannya. “ya kau pintar sekali bee. Aku pun tak perlu jelasin ke kamu” katanya santai. “jadi apa arti selama 1 tahun ini?” tanyaku. “mungkin itu hanya tempat pelariaanku saja. And thanks atas tempat pelarian itu” katanya sambil berdiri dari bangkunya. Sebelum ia pergi. Aku menyiram pakaiannya dengan teh yang kuminum ke kemeja putih yang ia kenakan. “mungkin ini tepat kau terima” kataku pergi meningalkannya.
Esoknya tepat jam 4 sore seperti kemaren aku berada di halte itu. Setelah menungu hampir 15 menit ia datang. “maaf aku telat, soalnya tadi ada urusan mendadak” katanya sambil tersenym padaku. “iya tak apa. Ini jaketmu terima kasih” ucapku sambil menyerahkan jaketnya. “tak usah ambil saja jaket itu, aku hanya ingin menemuimu lagi” katanya. “tapi…” sebelum aku menyelesaikan kataku dia “namaku Adlin kau?” tanya dia. “Aku rain” kataku. “hujan?” tanyanya. Emang namaku Rain yang artinya hujan. “ya hujan” balasku sambil tersenyum. Saat itu aku melewati sore itu denganya ya Adlin. Entah mengapa ia membuatku tersenyum setelah kejadian kemarin.
“jadi kenapa kau kemarin?” tanya dia. “aku habis putus sama pacarku”. “kenapa kau menangis? Kau masih pelajar harusnya kau fokus sama sekolahmu. Kau berpacaran berapa lama?” tanyanya. “1 tahun”. “dasar bocah. Tau rasanya sakit hati kan? Jangan ulangi lagi sembelum kau lulus sekolah” katanya bijak. “iya”
Sampai rumah. “terima kasi atas segalanya” kataku sambil tersenyum manis. “ya, udah ya esok aku akan menjemputmu di sekolah” sebelum aku tanya dia langsung ngilang aja. Apa ke sekolah diantar dia? Beneran?. oh ya umur Adlin dan aku hanya selisih 2 tahun. Dia sekarang adalah mahasiswa di kotaku.
Esoknya pulang sekolah. “gimana sekolah hari ini?” tanyanya. “berjalan sesuai rencana tapi…” “tapi kenapa apa cowok eh mantanmu itu?” tanyanya. “ya dia mebuatku cemburu dengan pacar barunya” jelasku. “owh biasa tuh kisah asmara. Jangan sedih keep smile ya”.
Setiap hari dia selalu menjemput dan mengantarku sekolah. Dan setiap minggu ia selalu mengajakku jalan kemanapun yang kumau. Dia mengenalkanku ke teman temannya. Entahlah apa aku menyukainya? Atau hanya kagum denganya?. makin lama aku mengenalnya lebih dalam dan lebih jauh.
Sudah 1 minggu ia tak menjemputku lagi. Dan aku pun tanya pada teman dekatnya. “mas dit, Adlin kemana?” tanyaku. “aku juga kurang tau Rain 1 minggu yang lalu ia bilang mau balik kampung” kata mas Dito. “kampungnya di mana mas?” tanyaku. “palembang. Katanya ibunya sakit”. “tapi kenapa ia tak menghubungiku?” tanyaku. “aku tak tau nomornya tak aktif. Nanti kalo mas Dito dapet kabar nanti aku bilangin ke kamu”. “makasih ya mas”
Hmmm aku sudah nunggu dia sampe 2 minggu tanpa kabar darinya. Makin kesel aku sama dia. sms gak ada jawaban telepon nomor gak aktif.
Tiba tiba mas Dito Telepon. “halo mas, ada apa?” tanyaku. “ibunya Adlin gak ada Rain. Rencana kita mau kesana habis ini kamu mau ikut?” ajak dia. “iya mas aku siap siap nanti kutunggu di bandara”.
Rindu? Iya. Sedih? Juga iya-Duka. Sampai sana aku melihat Adlin katanya sih ibunya sudah dimakamkan. “kamu yang sabar ya” ucapku. “eh Rain kamu ikut kesini juga?” tanya dia dengan wajah kaget. “iya, kamu yang sabar”. “maafin aku gak kabarin kamu. Sinyal di sini susah” kataya sambil menyandarkan kepalanya pada pundakku. Dan aku mengelus ngelus pungungnya. “iya gak paapa. Apa kau akan kembali?” tanyaku. “ya aku akan kembali minggu esok, mmm gimana wisuda kamu? Katanya kamu habis wisuda?” tanya dia. “lancar. Nilaiku juga lumayan bagus. Makasih atas dukunganmu” kataku. “sama sama dan sekarang kau boleh menjalin kisah asmara lagi bersama siapa pun yang kau mau” katanya. “hehehe iya”.
Setelah ia kembali ia mengajakku ke taman kota. “siapa yang menepati ruang kosong hatimu?” tanya dia. “tak ada. Hatiku masih kosong belum ada yang menepatinya. karena aku menunggu seseorang” memang benar aku mencintai Adlin. “siapa?”. “kamu, aku menungumu.” kataku. “aku sangat mencintaimu. Mmm apa kau mau memenuhi ruang kosong ini dan menjadi imamku?” tanyaku. “aku siap menempati ruang itu dan menjadi imammu. Aku hanya tinggal menungumu siap untuk melewati masa depan nanti”.
Ternyata tuhan memberiku hal yang lebih baik dari yang kuinginkan.
Terima kasih Adlin. Aku sangat menyayangimu.
Cerpen Karangan: Si July Cantik