Entah siapa dia. Namun indah saja jika menatap wajahnya. Ayu dan menyejukkan pandangan. Entah secerdas apa seniman yang telah membentuk wajahnya. Kedua matanya sendu dan agak sipit, namun sorot matanya yang lembut seolah-olah memancarkan pesona firdaus dari kedua bilahnya. Bola matanya hitam pekat, menandakan ketegasan dan kelembutan. Lalu, dihidupkan di atas kedua matanya alis berwarna hitam pekat, yang sama pekatnya dengan bola mata itu. Alisnya melengkung indah, dan tersusun rapi. Bentukan yang hanya mungkin apabila seorang pengukir menggoreskan pahatannya yang terindah dalam selembar papyrus.
Dahinya tidak begitu lebar atau terlalu sempit. Ada rambut-rambut tipis yang tumbuh dan menyerubungi dahinya. Menambah pesona dan keindahan. Hidungnya mancung dan agak kecil. Ia seolah bukan keturunan murni Ibu Pertiwi. Senyumnya merekah dan lembut, menyiratkan pesona penghuni surga. Tak sedikitpun titik lekuk tak sempurna di dalam senyumnya. Ukiran tipis di kedua ujung bibirnya lebih indah dari sehelai mahkota mawar merah jambu. Dan deretan gigi yang tersusun rapi, semakin memberi kehangatan saat menatapnya.
Pipinya merona. Menyiratkan keharuman bunga mawar yang bermekaran. Ada sepasang cekungan kecil yang segera menjadi lesung apabila helaian mahkota mawarnya tersungging atau tersenyum. Lembar-lembar pipi indahnya yang suci, tak tergerus oleh tangan-tangan jahat. Lembaran suci yang menanti seorang yang akan menjadi imamnya kelak.
Wajahnya berhiaskan kerudung berwarna ungu. Selembar kerudung selembut sutra yang melindungi mahkotanya yang indah. Melindungi keindahan seorang malaikat yang tak ingin terjamah oleh mesin peradaban. Ia bagaikan berlian yang hanya bisa dilihat dibalik etalase toko.
Tangan lembutnya memegang setangkai mawar merah yang kemudian diciumnya. Melingkar pula sebuah arloji berwarna putih di pergelangan tangannya yang tak kalah oleh kelembutan awan.
Itulah gadis di laptopku. Gadis yang belakangan ini menemani hari-hariku. Gadis yang dengan pesonanya saja sudah membuat aku bahagia dibuatnya. Gadis yang hanya dengan senyumannya yang berlesung saja, sudah mampu menghapus rasa gelisah dan gundah di hatiku. Gadis yang entah ada di mana. Gadis yang entah siapa. Tapi ia tersenyum indah, menatapku penuh makna.
Januari, 2012
Cerpen Karangan: Muhammad Riandi Blog / Facebook: Muhammad Riandi