Dunia sungguh kejam, dunia selalu pilih kasih, dunia tak pernah melirik orang tak mampu sepertiku, selama hidup aku tak mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya aku dapatkan, kasih sayang orang tua yang seharusnya diberikan kedua orang tua padaku, teman yang mendengarkan keluh kesahku, semua itu tidak pernah sekali pun aku dapatkan.
Aku Lee Jeno, diumurku yang ke 16 tahun seharusnya aku masih sekolah dan mendengarkan penjelasan guru namun nyatanya aku harus bekerja keras menghidupi diriku sendiri karena orang tuaku yang pergi meninggalkanku sendiri.
Hari ini aku harus bekerja mengangkut barang di pasar, aku melakukannya dari pagi hingga malam sayangnya yang kudapat bahkan tak sampai 60 ribu itupun jika tidak diambil oleh preman pasar yang seenaknya mengambil hasil kerja orang lain.
Beberapa kali aku pernah berpikir, apakah aku bisa melakukan kegiatan lainnya seperti anak-anak seusiaku pada umumnya? namun seketika aku merasa itu hal yang konyol, bagaimana bisa anak sepertiku merasakan hal itu. itu bukan bagian dari kehidupanku yang hanya dipenuhi oleh orang-orang dewasa dan pekerjaan berat.
"jeno.." aku menoleh mendapati seorang pemuda seusiaku sedang tersenyum kearahku yang sedang beristirahat dari mengangkat beban berat.
"jeno belum makan kan? ini nana bawain masakan bunda." dia Na Jaemin orang yang bertemu denganku belum lama ini.
Dia anak yang baik, anak lain mungkin tak akan memperdulikanku namun Jaemin berbeda, dia memperhatikanku, mau berteman denganku bahkan sering datang ke pasar yang kotor untuk membawakanku makanan.
"nana seharusnya gak perlu kesini." ucapku sambil membersihkan satu kursi untuk Jaemin duduki.
"nana kan mau main sama jenoo.." aku tersenyum melihatnya yang sangat menggemaskan, biasanya aku tak akan tersenyum namun pada Jaemin aku tak akan bisa untuk tidak tersenyum.
Jaemin terkadang membantuku hingga pernah dia terjatuh karena mengangkat barang yang sangat berat, tapi bukannya menangis dan mengeluh dia malah tertawa dan mengatakan tak apa padaku, Jaemin bagaikan malaikat yang sangatlah baik dan juga pembawa kebahagiaan untuk orang disekitarnya.
Terkadang saat aku main kerumahnya dia akan menunjukan beberapa pelajaran disekolahnya padaku, dia mengajarkan banyak hal yang belum aku tau.
Tak lama lagi dia berulang tahun dan aku ingin memberikan hadiah yang indah untuknya, hadiah yang indah untuk Jaemin yang indah.
"so, do you wanna be my best friend?"
"sure."
"hahaha jeno lucuuu." lagi-lagi dia tertawa, kali ini sambil menangkup wajahku. aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum.
"lusa kan nana ulang tahun, nana mau hadiah apa?" tanyaku
"nana gak perlu hadiah kok, cukup jeno dan bunda ngerayain bareng nana udah cukup." ini yang paling mengesankan darinya, dia tak menginginkan banyak hal tapi hanya beberapa hal sederhana. Jaemin selalu bersikap apa adanya, aku menatap matanya cukup lama hingga hujan mulai turun dan mengharuskan kita berdua mencari tempat berteduh.
Tiba saat ulang tahunnya, aku datang kerumahnya yang ternyata teman sekolahnya juga datang memberikan kejutan untuknya, dari jauh aku melihat mereka yang sedang berfoto bersama. pakaian mereka benar-benar rapi dan terlihat mahal, aku jadi ragu untuk pergi kesana.
"jenooo!" itu dia tokoh utama hari ini, sangat cantik dengan jas putih.
Aku memberanikan diri menghampirinya untuk memberikan selamat, teman-temannya seperti tak suka dengan kedatanganku. "selamat ulang tahun nana." ucapku sambil memberikan kalung yang kubeli kemarin.
"kan nana bilang gak perlu hadiah jenoo.." dia menatap kalung yang ku berikan. "jeno beli ini berapa?" pertanyaannya membuatku panik.
"c-cuma dua puluhan."
"jeno bohong ya? pasti lebih kan?"
"i-iya, tapi gapapa kan ini ulang tahun nana."
"ayo semuanya masuk, makan sama-sama." bunda Jaemin keluar dan memanggil kami semua untuk masuk. "eh jeno, ayo masuk nak." aku mengangguk dan membiarkan teman-teman Jaemin untuk masuk lebih dulu.
Saat ingin masuk, Jaemin malah menahanku. "jeno gak mau pakein buat nana?" aku hanya tersenyum dan segera mengambil kalung ditangan Jaemin untuk dipakaikan.
Aku dan Jaemin tidak langsung masuk, kami berdua pergi ke taman di dekat sana.
Jaemin tiba-tiba menggenggam tanganku, wajahnya senantiasa dihiasi oleh senyuman indah yang rasanya tak pernah luntur.
"jeno sudah belajar bahasa inggris kan?"
"sudah."
"I love you." aku berhenti berjalan dan segera menatap Jaemin yang masih tersenyum, jantungku bahkan berdegup lebih cepat dari sebelumnya.
Pernyataan itu membuatku diam sangat lama sampai Jaemin harus menyadarkanku.
"nana serius?" dia mengangguk sangat yakin.
"haha jangan deh na, orang kayak jeno gak cocok buat nana." aku kembali berjalan didepan Jaemin.
"kata siapa? jeno udah yang paling cocok buat nana, latar belakang jeno bukan halangan karena nana serius sayang sama jeno, nana nyaman sama jeno, jeno baik, jeno pekerja keras, jadi gak ada siapapun yang bisa bilang jeno gak cocok buat nana." sungguh aku benar-benar terharu dengan perkataannya, langsung saja aku membawanya kedalam dekapan sambil mengelus surainya.
Semenjak itu aku semakin giat bekerja dengan seorang kekasih yang selalu mendukungku dan memberikan banyak pengertian padaku.
Dari itu juga aku kini tidak membenci dunia, aku menyayangi dunia, mencintai dunia, dan aku akan terus menjaga duniaku yaitu Na Jaemin.
.
.
.
.
.
hehe lagi iseng buat cerpen nih, mohon maaf kalo gak jelas..