"Tck!" Gue berdecak kesal saat mendapati teman sebangku gue yang terus menerus tiada hentinya membaca novel.
Ya ya, gue tau ini jam kosong karena para guru sedang rapat dan kini semua siswa hanya mendapat tugas dari guru mapel. Tapi... Kenapa temen gue ini malah membaca novel bukannya mengerjakan tugas?! Huh! Batin gue jengah.
"OMG HELLO..." Ingin sekali gue lempar gadis bertubuh ramping yang rambutnya di kuncir kuda ini dengan bolpoin yang gue pegang. Bisa bisanya dia teriak dan membuat telinga gue berdengung sangkin kagetnya.
"Mitaaaaa... Bisa gak sih lo jangan teriak! My kuping bisa budeg." Kesal gue yang tak tertahan lagi sedangkan dia membalasanya dengan cengiran kuda
"Hehehee... Sorry Aurel my bestie yang cantik tapi masih cantikan gue." Celetuknya membuat gue memutar bola mata malas "Gue tuh tadi kaget plus ikutan tegang tau gak gara-gara nih novel." Lanjutnya dengan nada lebay
"Lo tau, gw-..."
"Kagak!" Langsung aja gue potong ucapannya dengan ketus "Auchhh." Rintih gue tiba tiba saat dia mencubit lengan mulus gue
"Gue belum selesai ngomong, jangan di potong napa!!" Ucapnya geregetan
"Ya ya." Balas gue sedikit malas
"Sumpah ni novel recommended banget, ceritanya horor." Mita bercerita dengan antusias.
Btw, berhubung gue cantik, baik hati dan tidak sombong. Akhirnya gue putuskan untuk mendengarnya bercerita meski agak jengah karena jujur aja gue gak terlalu suka sama cerita fantasi kayak gitu.
"Apa judulnya?" Tanya gue sembari menyambar buku yang di pegang Mita "Zombie in the School?!" Gue membaca judul novelnya
"Yupz... Menarik kan judulnya!" Ucapnya tersenyum senang
"Gak ada menariknya sama sekali." Jawab gue ujur tanpa mempedulikan kekesalannya saat ini karena tak terima dengan jawaban gue
"Yak! Ini menarik tau. Lo aja gak suka baca ginian makanya bilang gak menarik gak suka." Spontan dia marah dan kesal sama gue. Bukannya merasa bersalah, gue malah rasanya ingin tertawa melihat sahabat satu satunya kesal layaknya kucing yang marah saat terganggu tidurnya.
"Hahhahahaa..." Tawa gue lepas seketika membuatnya mendengus kesal dan langsung merebut buku novelnya kembali
"Mita... Mitaaaa.... Lo kok bisa sih suka sama cerita fantasi kayak gitu?! Ceritanya padahal gak jelas, gak masuk akal dan pastinya hanya hoax." Tutur gue untuk menyadarkannya dari imajinasi yang terdengar sangat konyol
"Kata siapa boongan?! Cerita tuh gak semuanya bohong, bisa jadi itu nyata." Balas Mita membantah
"Itu konyol. Mana ada zombie di kehidupan nyata! Hahahhaaa... Ada ada aja lo." Tawa gue semakin menjadi
"Kalo ada gimana?" Tanya Mita seolah olah itu beneran ada
"Kalo ada ya bukan zombie yang gigit gue, tapi gue gigit tuh zombie." Jawab gue asal ceplos dan enteng tanpa beban sedikitpun.
"Awas nyesel lo ngomong gitu. Entar beneran di datengin zombie tau rasa lo." Katanya berusaha menakut nakuti gue
"It's your dream, not my dream."
"Dah lah, daripada gue dengerin ocehan lo yang gak berfaedah itu mending gue bocan bobo cantik." Ucap gue meletakkan tas di atas meja dan bersiap untuk tidur
"Wooii... Tugasnya dah selesai belum?" Tanya Mita tiba tiba
"Udah!"
"Gue-..." Belum selesai dia berucap lagi dan lagi gue memotong ucapannya
"No! Gak boleh nyontek! Kerjain aja sendiri, salah siapa dari daritadi baca novel mulu bukannya ngerjain tugas." Ketus gue membuat dia menyengir
"Shuutt... Jangan ganggu gue. Waktunya bocan." Gue mengakhiri pembicaraan dan mulai memejamkan mata untuk tidur di dalam kelas karena ini belum waktunya pulang sedangkan Mita mulai mengerjakan tugasnya setelah meletakkan buku novel ke dalam tasnya sendiri
"AAAAAAA..."
Tiba tiba terdengar teriakan seseorang yang membuat gue dan teman seisi kelas menghampiri asal suara yang tak lain berada di luar kelas.
"Ada apa?" Tanya gue bingung pada siswi yang lewat di depan gue
"I-i..itu..." Ucapnya gagap serasa lidahnya telah beku "Itu apa?" Tanya Mita tak sabaran
"Ada Zombie di sekolah."
"APAAAA?!!!"
Setelah mendengarnya kami semua bergegas pergi dari sana untuk mencari perlindungan. Sial, Kenapa tiba tiba ada zombie? Cerita novel jadi nyata? Ingin tidak percaya tapi... Akhh sangat tidak masuk akal. Batin gue mengoceh gak jelas sembari terus mengumpat kesal.
"Arrgggghhh.. Arrghhh..." Suara aneh silih terdengar, suara dati mulut zombie yang tak lain adalah mayat hidup itu ngebuat gue menegang sekaligus merinding seketika
Hosh... Hosh... Hosh...
Nafas tak beraturan, keringat dingin membasahai tubuh, gue bersama Mita dan yang lainnya masih terus berusaha berlari menghindari kejaran zombie si mayat hidup yang haus akan darah.
"TOLONG ARGHHH." Teriak demi teriakan minta tolonh terdengar begitu menggema di seluruh koridor sekolah
Jujur, gue sebenarnya gak tega meninggalkan teman-teman gue dalam bahaya tapi... Apa boleh buat?! EGOIS?!! Ya, sepertinya sekarang hanya ada manusia egois di saat seperti ini karena kita harus menyelamatkan diri kita terlebih dahulu bukan?!
Brukh
"Akhhh..." Apesnya gue malah tersandung, seketika gue melirik kebelakang dan melihat banyaknya zombie yang masih mengejar
"Aurel." Pekik Mita sahabat gue saat melihat gue terjatuh
Entah apa yang ada di pikirannya, dia malah berlari menghampiri gue "Ayo Rel, kita harus lolos dari mereka!" Ucapnya membantu gue berdiri
Gue tersenyum tipis, dia gak egois! Gue beruntung punya sahabat sepertinya. Gue pun sekuat tenaga untuk berdiri dan berusaha berlari meski kaki merasakan sakit di kaki gue.
"Aaaaa... " Kami berhenti berlari saat tiba tiba ada beberapa zombie datang dari arah berlawanan
"Bagaimana ini?" Kami berdua kebingungan, di tambah lagi hampir saru sekolah sudab menjadi zombie dan saa ini mereka seperti mengepung kita
"PERGI!!!" Mita mendorong gue untuk pergi "Biar gue coba menghalangi mereka!" Ucapnya membuat gue tercengang tak percaya
"Gak! Jangan gegabah, lo bisa celaka." Tolak gue mentah mentah
"Gue gak papa, asalkan sahabat gue selamat." Balasnya tersenyum manis
"Gak, jangan Mita!!! Kalo gue selamat, lo juga harus selamat!" Kekeh gue berusaha memberi pengertian sama sahabat keras kepala gue ini
"Maaf...."
Entah apa yang merasukinya, tiba tiba saja dia menghadang semua zombie agar tidak ada yang mendekati gue "Hiks... Mitaaa..." Tangisan gue pecah tidak bisa di bendung lagi
"Pergi Aurel, Arghhh..." Titahnya sembari menahan sakit saat para zombie mulai menggigitnya tapi dia masih berusaha menahan zombie
"Gak! Sampai kapanpun gue gak akan ninggalin lo. Lo sahabat gue, kalau lo bisa berkorban buat gue, kenapa gue enggak?!" Ucap gue jalan menghampiri Mita
"Your'e my best friend, Mita." Gue tersenyum manis saat mengatakan itu padanya
"You too, Aurel." Balasnya tersenyum
"ARGGGHHHHHH...." Rintih kami bersamaan ketika gigi para zombie menancap di bagian tubuh kami
"AAAAAAAAAA"
"Aurel bangun! Bangun Aurel."
Gue membuka mata dan menatap sekeliling dengan tatapan linglung, terkejut dan juga... Entahlah, rasanya gak bisa di ungkapkan lewat kata kata
"Kenapa kamu teriak?" Tanya seseorang yang terdengar cukup familiar, seketika gue menatapnya
"Bu Endang?!" Gumam gue terkejut saat mendapati guru mapel yang kini sudah berada di depan gue
"Ma maaf bu." Ucap gue terbata meski gue masih bingung sama keadaan
"Baiklah, kita mulai pelajarannya." Seru Bu Endang mulai menerangkan pelajaran
"Mimpi buruk lo?! Makanya jangan molor di kelas." Ucap Mita pelan sembari senyum mengejek "Ini namanya karma karna gak mau ngasih contekan ke sahabat lo yang kece dan cantik ini." Lanjutnya narsis seketika gue berpikir keras untuk mencerna apa yang terjadi barusan
Oh astaga, jadi tadi gue mimpi?! Gue tidur di kelas?! Untung gue gak di hukum sama guru mapel, kalo iya?! Bisa mampus gue.
Gue melirik Mita yang kini fokus memperhatikan guru mengajar. Gara gara cerita fantasinya gue jadi mimpiin zombie, mana serem banget lagi mimpinya. Tapi... Gue senang bisa mempunyai sahabat sepertinya. Meski tadi hanyalah mimpi, gue tetap yakin jika Mita adalah sahabat terbaik gue.
Buktinya dia selalu ada buat gue, selalu bisa ngertiin gue, selalu berbagi kebahagiaan sama gue tapi juga di berbagi khayalan sama gue! Dia memang sahabat yang unik buat gue.
Cerita fantasi tapi terlihat nyata. Huh... Gak seburuk yang gue pikirkan. Ternyata sangat menyenangkan jika bisa berimajinasi lebih tapi jangan kebablasan juga. Novel pada dasarnya khayalan semata, tapi jika kita bisa mengerti maka bisa ambil dari sisi posiftif dan buang sisi negatifnya.
I LOVE IMAJINATION, BUT I LOVE MY LIFE MORE
~~•• END ••~~