"Jangan sok baik di depan Ayahku. Kamu hanya lah wanita yang hanya menginginkan hartanya saja kan?!"
Dadaku naik turun mengatur napas yang terasa sakit menumpuk di paru-paru. Rasanya emosi ku sudah sampai ke ubun-ubun mendengar ucapan lelaki remaja berusia 18 tahun ini. Sudah tiada lagi etika dia memanggil ku dengan sebutan 'kamu'. Padahal aku adalah Ibu sambungnya.
"Aku menikahi Ayah mu bukan karena harta yang ia miliki, tapi karena ada sebuah ke utuhan dalam keluarga yang sangat aku dambakan."
"Alasan klasik! Usia kalian beda jauh. Bahkan kamu lebih pantas menjadi kakakku!"
Aku menghela napas dengan kasar. Rasanya kepala ini bisa pecah menghadapi Alif yang entah kenapa sangat membenci diriku.
Usia pernikahan ku dengan Ayahnya baru berjalan 3 bulan. Dari awal pernikahan kami Alif sudah menunjukan kalau dia tidak menyukaiku. Tatapan sinis dengan raut wajah kesal selalu menghiasi wajahnya tiap kami bertemu. Padahal aku telah berusaha menyayangi anak sambungku dengan tulus dan sepenuh hati.
Berbeda dengan Kania, adik Alif yang duduk di bangku SMP. Gadis remaja Itu selalu memelukku dengan hangat tiap kali kami bersama. Sering Kania bercerita padaku tentang kesehariannya. Tak jarang ia juga meminta saranku dan aku pun memberikan nasehat yang baik untuk bekal pengetahuan anak sambungku Kania.
Lalu di suatu pagi, Alif tidak ada di meja makan bersama kami. Suamiku dan Kania sedang menikmati sarapan pagi sambil mengobrol tapi lelaki remaja itu tidak ada bersama kami.
"Sayang, bisa ambilkan tas kerja ku di kamar? Aku lupa membawanya." Pinta suamiku dengan senyuman hangat dan tatapan mata yang penuh cinta.
"Iya Mas..." Aku pun membalas tatapan itu juga penuh cinta.
Usianya memang tarpaut 16 tahun dari ku. Tapi Mas Bayu masih terlihat tampan dan gagah meski usianya sudah mendekati setengah abad.
Tidak ada yang tahu jodoh manusia dengan siapa dan seperti apa. Bahkan aku pun tidak menyangka akan menikah untuk yang ke dua kalinya dengan Mas Bayu duda beranak dua yang ku kenal berkerja sebagai staf di Pengadilan Agama.
Pernikahanku yang pertama kandas karena Mas Arman tidak dapat menerima kekurangan diriku ini yang di vonis tidak akan bisa memiliki keturunan. Rahim ku yang telah di angkat akibat suatu penyakit membuat diri ini tidak lagi sempurna sebagai seorang wanita. Beruntung aku bertemu Mas Bayu yang mau menerima segala kekurangan diriku. Bahkan ia telah memiliki dua orang anak yang sangat aku harapkan.
Aku terkejut menemukan isi tas ku berhamburan di atas ranjangku, serta baju di dalam lemari yang berantakan seperti habis ke masukan maling.
Astagfirullahaladzim, padahal ini masih pagi dan semua orang sedang berkumpul di meja makan bersiap untuk berangkat menuju aktifitas masing-masing. Bahkan suamiku pun sedang ada di rumah ini.
Apa ini ulah Alif, tapi apa yang dia cari? Semakin hari putra sambungku itu semakin lancang dan tidak menghargai aku sebagai Ibu sambungnya. Haruskah aku menceritakan hal ini kepada suamiku? Aku tidak ingin di cap pengadu dan membuyarkan ketertraman dirumah ini. Karena aku tahu, Alif melakukan ini karena curiga dan memiliki kebencian padaku.
"Alif bisa kita bicara sebentar?" pintaku di suatu sore saat suamiku belum pulang kerja.
"Perempuan matre!" Desisnya sambil menatap sinis kepadaku.
astagfirullahaladzim, lagi-lagi aku berucap sambil menepuk dadaku. Rasanya sesak hati ini dan sakit bagai teriris sembilu.
"Silahkan kamu mau mengataiku apa saja, tapi setelah mendengar penuturan dariku." Ucapku sedikit tegas walah Alif tak sedikitpun mau menoleh ke arahku.
"Aku memang wanita kampung yang hidup sederhana di desa. Menikah dengan Ayahmu untuk yang ke dua kalinya. Ayahmu lah yang meyakinkan aku untuk menerima kehadirannya di saat aku sudah putus asa akan sebuah pernikahan. Dalam pernikahan tentu kehadiran seorang anak adalah sumber kebahagian terbesar sebuah pasangan. Tapi aku tidak dapat memilikinya karena rahimku sudah di angkat. Karena itu aku di ceraikan bahkan ketika aku harus berjuang dalam batin untuk tetap hidup apa pun kondisi yang sedang aku alami. Aku jatuh cinta pada kalian, yaitu kamu dan Kania. Betapa bahagianya Mas Bayu memiliki kalian berdua. Hingga aku berpikir mungkin Allah memberiku anak dari rahim yang lain. Dan aku sangat bersyukur Mas Bayu menikahiku dan langsung memberikan dua anak yang tampan dan cantik untuk ku rawat, dan ku sayangi. Tapi sepertinya kamu keberatan menerima kasih sayangku. Bahkan kamu enggan menganggapku Ibu sambungmu. Apa salahku? "
Air mata menganak sungai tanpa bisa aku tahan. Rasanya hati ini terluka menerima sikap penolakan putra sambungku padahal aku tulus menyayanginya.
Tubuhku mulai bergetar menahan isak tangis. Rasanya hatiku sakit tak berdaya mengharap kan kasih sayang seorang anak yang menolak untuk di kasihi.
"Maafkan aku....i..bu..."
Tubuh ini lunglai dan jatuh bersimpuh merangkul Alif yang langsung bersimpuh di kakiku meminta maaf dariku. Tak ada kata yang mampu ku ucapkan, hanya pelukan hangat dengan derai air mata, antara sedih menangisi kondisi diriku dan bahagia karena akhirnya putra sambungku mulai mau menerima aku sebagai Ibu sambungnya.
End.
Like dan komen ya. Terima kasih 🙏