Hari itu hari minggu, aku berjalan-jalan di tengah perkebunan kelapa sawit yang berada di suatu pulau milik keluarga besar ku, keluarga Wiryawitana. Saat sedang asik melihat bermacam burung dengan suara yang sangat merdu, aku melihat dari kejauhan ada dua wanita yang memakai baju putih beserta kerudung yang di padukan dengan bros berwarna emas. Salah satu wanita itu masih terlihat muda bak Bidadari. Aku berpikir mungkin itu Ibu dari Bidadari di Sebelah nya.
"Hihihi" tawa ku.
Aku beranikan diri untuk menyapa kedua wanita tersebut. Senyuman dari ibu menyambut senyuman ku, akan tetapi tidak dengan putrinya. mungkin dia merasa malu karna melihat pria tampan yang berada di depannya seperti ku. Aku memberanikan diri untuk memperkenalkan diri. Ibu itu bernama Ibu Surti, sedangkan Putrinya bernama Maharani.
"Ibu perkenalkan nama saya Prima" kata aku saat memperkenalkan diri. Sontak ibu itu kaget mendengar nama ku, dikarenakan ibu Surti bekerja di pabrik keluargaku.
"Ohh ini Den Prima pewaris satu satunya pabrik dan Perkebunan Kelapa Sawit Ini"sahut Ibu surti.
"Iya" kata ku menimpal pertanyaan Ibu surti.
"loh ibu tau saya?" jawab ku yang masih merasa kaget.
"Ya tentu, saya jelas tau Aden. Kan Ibu sudah lama Bekerja di Pabrik lebih dari 20 Tahun."
Alangkah kagetnya aku seakan tidak percaya akan cerita Ibu Surti.
Setelah lama berbincang ibu Surti dan maharani pamit pulang kerumahnya. Di jalan aku selalu memikirkan wajah cantiknya Maharani dan senyuman yang begitu manis.
Sempat aku berpikir di dalam benak, "Andai aku Tembus Pandang! karena aku bisa melihat keseharian Maharani di Rumah! Aku kepingin tau makanan kesukaannya apa dan yang pasti aku mau tau apakah Maharani sudah punya pacar atau bahkan suami?"
Aku selalu Memikirkan Itu, mungkinkah aku jatuh cinta pada pandangan pertama Kali? secara Dia Itu Cantik bak Bidadari yang Di turunkan oleh Tuhan untuk menemani Dan menjadi Pasangan Hidupku.
"Ah sudah lah! Besok aku akan cari tau dimana Maharani tinggal dan aku akan coba untuk meminta ijin kepada kedua orang tuanya maharani" batin ku berkecamuk.
Keesokan harinya aku mencoba mencari itu Surti, tapi tak kunjung ketemu, karna sebegitu banyaknya karyawan dan karyawati yang bekerja di pabrik.
Hari Itu Aku Pasrah dan Akan Mencari keberadaan Ibu Surti, aku mencoba bertanya kepada mandor pabrik, tapi dia juga tidak tau orang yang sedang aku cari.
"Sudah lah! besok lagi aku akan datang ke pabrik lagi untuk mencari keberadaan maharani" pikir ku.
Berhubung sudah mulai Maghrib, aku pergi ke Mushola yang tidak jauh dari tempat sekitar. Sekalian aku mau berdoa meminta petunjuk akan keberadaan Maharani. Disaat aku keluar Mushola, aku melihat Maharani yang sedang mengajarkan anak-anak mengaji. Senyum di bibirku pun mulai Merekah, "Terimakasih kasih ya Allah, engkau telah mengabulkan doa hamba ketemu dengan Maharani. "
Aku pandangi terus Maharani, seolah dia mengetahui jika ada yang memperhatikan. Dia langsung menoleh ke arah kanan tepat kearah ku dan setelah melihatku dia tersenyum malu karena kita saling berpandangan. Tepat pukul 20.00 WIB setelah dia selesai mengajar. Aku beranikan diri berbicara langsung dengannya dan bermaksud untuk mengantarnya pulang.
"Hay Maharani, masih ingat aku kan? dua hari yang lalu kita bertemu di perkebunan kelapa sawit Bersama ibu mu?"
"Ma_masih Aden!" jawab singkat dengan terbata-bata.
"Santai saja maharani dan jangan panggil Aku aden ya, panggil saja Prima" celetuk ku dengan nada cool.
"i_i_iya Aden Prima" Maharani pun langsung menundukan kepalanya karna malu.
"Bolehkan aku antar kamu pulang?"
"Tidak usah Aden" jawab maharani.
"Eh, jangan panggil Aden ya"
"iya Maaf Prima"
"Ya sudah ayo naik ke Motor ku, aku antar"
Maharani sejenak berpikir dan secara refleks naik ke atas boncengan. Aku tanpa sengaja menyentuh tangan mulusnya yang bergerak kesusahan karena sedang memperbaiki posisi duduk dan roknya yang panjang.
Maharani langsung menepis tangan Ku dan berkata
"Maaf Prima, kita bukan Muhrim! jadi mas jangan pegang tangan ku."
"Maaf Maharani, aku Khilaf. Ya sudah ayo segera naik" ucapku.
Akhirnya dia naik ke motor kesayangan ku.
"Maharani boleh aku tanya sesuatu?"
"Silakan prima" jawab maharani.
"Apakah Maharani sudah punya pacar atau suami?"
sontak dia kaget dan merubah posisi duduknya secara mendadak sehingga agak sedikit goyang dan hampir jatuh. Maharani sempat berteriak karna takut terjatuh dari motor. Secara refleks juga dia merangkul pinggang ku. Seakan mendapat durian runtuh aku senang dan tersenyum dalam hati. Baru kali Ini aku di peluk wanita berkerudung yang cantik seperti Maharani.
"Maharani kamu tidak apa-apa?" tanyaku.
"Tidak apa-apa Prima."
"Syukurlah"
Setelah sekian Lama Akhirnya sampai juga di depan rumah maharani. Dia turun dan langsung mengetuk pintu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam" jawab Ibu sembari membuka pintu.
Ibu Surti terkejut karena baru kali ini ada seorang pria yang mengantarkan maharani pulang. Ibu itu yang belum mengenali ku karena aku memakai helm dengan tatapan amarah dan penuh curiga. Tapi setelah helm ku di buka, dia langsung menyambut ku.
"Eh, Den prima, terimakasih ya Den sudah mengantarkan Maharani pulang, mari mampir dulu ke dalam" ucap bu Surti sambil tersenyum.
Aku turun dari Motor dan memarkirkan motor di samping rumah Maharani, tak Lupa aku cium punggung tangannya. Setelah Masuk ke dalam rumah, manik mata ku terperangah pada ruang tamu yang di dekorasi dengan lukisan-lukisan begitu indah.
"Wah ibu banyak sekali lukisan di ruang tamu" ucap ku.
"Iya Den, Itu semua maharani yang melukis" jawab bu Surti.
Tak lama setelah kita berbincang Maharani Keluar dengan membawa segelas teh hangat dan beberapa singkong Keju di atas nampan.
Di dalam hati ku berpikir tentang makanan Maharani apakah sama seperti makanan favoritku? Aku jadi teringat semasa Kecil dulu saat aku bermain di pabrik kelapa sawit sampai aku tersesat dan di tolong ibu muda dengan baik sekali. Dia memberiku singkong keju yang akhirnya jadi makanan favorit ku.
Setelah kunjungan ku ke rumah maharani, aku selalu kepikiran andai aku tembus pandang agar bisa melihat cantiknya gadis itu. Setiap saat selalu saja wajah Maharani tergambar di pikiran ku. Hati kecilku berbicara " Gimana kalau aku beritahu ke ayah dan ibuku untuk melamar Maharani?"
Langsung aja aku ke ruang Tamu, kebetulan disitu ada ayah dan ibu.
"Ayah ,Ibu, Prima mau melamar seorang gadis. Apakah Ayah sama ibu menyetujuinya?"
Ayah dan ibu Saling berpandangan, terkejut karena setahun yang mereka mencoba menjodohkan ku tapi aku tidak mau karena aku ingin fokus kuliah di luar negeri.
"Siap gadis itu nak" tanya ayah?
"Gadis itu bernama maharani anak dari pegawai kita Ayah"
"Loh kamu kenal Maharani nak?" jawab ayah.
"Iya ayah, Maharani telah mencuri hati seorang anak manja Ayah"
Ayah dan ibu pun langsung tersenyum mendengarnya.
"kenapa ayah dan ibu tersenyum?" tanya ku.
"Apakah kamu tau dahulu yang Ayah dan ibu mau jodohkan ke anak kesayangan ayah dan Ibu?" tanya ayah.
"Ya jelas tidak tau yah, karena ayah tidak pernah memberitahu siapa nama atau pun Foto wanita itu"
"Sini nak ayah beritahu, yang ayah sama Ibu mau jodohkan buat kamu itu ya maharani" celetuk ayah.
"A,apa Maharani Ayah?" aku kaget sekaligus bahagia.
"Kamu ingat tidak waktu kamu kecil dan menghilang di pabrik? Ibu mu bersumpah kalau ada yang menemukan Prima, akan di jadikan mertuamu bila dia punya anak perempuan, dan yang menemukan pertama kali ya Itu ibu surti? Ayah Siap kapan pun kamu mau mengajak kerumahnya nak" ucap ayah penuh penjelasan.
"Iya ayah, bagaimana ketika hari ulang tahun? di situ Prima mau melamar Maharani di depan semua karyawan pabrik"
Ayah pun langsung setuju akan usulan ku, hari demi hari berlalu dengan sangat lambat, tidak sabar menanti hari bahagia bersama maharani tanpa harus membayangkan andai aku bisa tembus pandang.
"Sana pergi ke rumahnya dan bawa kantung paperback itu buat Maharani dan keluarga" kata ayah.
" Itu apa Ayah?" tanyaku dengan penasaran.
"Itu Rahasia" jawab ayah.
"Eits jangan di buka ya ingat pesan ayah, jangan lah kamu membuka yang bukan milik mu"
"Iya yah", jawab ku dengan hati yang masih penasaran.
setelah Siap aku menyalakan motor dan segera ke rumah maharani untuk memberikan hadiah Ini dari ayah. Sesampainya di rumah maharani Ibu menyambut ku dengan sangat senang.
"Aden Prima, mau cari maharani Ya?" tanya ibu Surti.
"Ibu, saya di suruh sama ayah untuk memberikan ini untuk ibu dan Maharani"
"Wah, tidak usah repot-repot den" jawabnya.
"Terimakasih, ya sudah sini masuk dulu nanti ibu panggilin Maharani."
Setelah masuk rumah, aku duduk di kursi yang berbahan kayu jati khas dari jepara. Tidak lama kemudian, Maharani menemui ku dengan kerudung merah mudanya yang terpadu dengan natural wajah cantiknya. Aku Terdiam tak berkedip sedikitpun melihatnya.
Setelah Berbincang, aku juga tidak lupa meminta Maharani beserta keluarganya untuk datang di acara ulangtahun ku. Lalu aku segera berpamitan dan meninggalkan mereka dengan hati yang berbunga.
Hari ulang tahun ku pun telah tiba, persiapan sudah matang dan juga cincin di dalam kotak merah begitu mewah. Banyak sekali yang menghadiri acara ulang tahunku. Termasuk teman SMA ku, aku terus mencari dimana maharani berada. Tapi aku tidak menemukannya dimana pun. Hati ku kacau dan tidak bersemangat lagi untuk menyelenggarakan acara ini.
"Ayah, Bubarkan saja acaranya. Maharani dan keluarga sepertinya tidak datang" ucapku.
"Sebentar lagi pasti datang" jawab ayah.
Aku melihat ayah memainkan mata dengan orang di belakangku. Aku penasaran apa yang sedang ayah lakukan. Aku menoleh kebelakang dan melihat Maharani memakai gaun putih berhiaskan aksesoris cantik. Aku langsung tersenyum lega atas kedatangannya beserta keluarga.
Acarapun begitu meriah dan tiba saatnya pemotongan kue ulang Tahun, potongan pertama aku beri ke maharani. Ayah dan ibu tersenyum, tapi tidak dengan Maharani, dia merasa sangat malu di depan ratusan bahkan ribuan karyawan pabrik yang hadir di acara. Di depan semua tamu dan keluarga besar aku mengutarakan niat untuk melamarnya.
Rasa hangat aliran cinta itu semakin membara, aku yang telah lama menanti untuk selamanya di samping nya sebagai kekasih halal.
Kini impian ku menjadi nyata, aku mengetahui segala yang ada pada diri wanita yang ku cinta tanpa menekan kalimat andai aku bisa tembus pandang memikirkan nya.
🌿Salam cinta biru🌿
Semoga segala yang tersirat akan menjadi hal yang indah dalam menggapai segala harapan bersama.