Kau tahu? betapa bahagianya aku saat bisa berjabat tangan denganmu. Mengenalmu adalah memori terindah dalam hidupku. Kenanglah aku pernah singgah di hatimu, walau aku harus merasakan lara tak berujung.
Aku pernah bertanya pada Tuhan, tiada kah ruang di hatimu untuk aku berlabuh? Namun aku yakin, suatu saat nanti laraku akan menjadi rasamu. Air mataku akan menjadi senyumanmu, karena aku tahu tak seorangpun bisa memaksakan cinta. Aku selalu berusaha berikan segalanya yang kamu mau. Waktu, cinta, kasih dan juga perhatianku. Karena bahagiaku adalah ketika aku nyaman memilikimu.
Kini langkahku semakin lemah dan lelah untuk berjalan menyusuri lorong hatimu, cukup, cukup aku yang rasakan di dalam hidupku! Jangan pernah menyesali segalanya, karena sesalmu kini takkan pernah berarti.
Anganku menyadari apa yang terjadi ini hanyalah ilusi, tetapi jiwaku meyakini bahwa Man jadda wa jadda. Tersenyumlah, tinggalkan sedihmu. Berbahagialah, lupakan takutmu. Sakit yang kamu rasakan tidak setara dengan bahagia yang akan kamu dapatkan. Air mata tak selalu menunjukan kesedihan, terkadang kita menangis karena terlalu bahagia bersama orang yang kita cinta.
Aku pernah marah pada takdir. Kenapa? Kenapa harus aku? Mengapa kita berjumpa jika akhirnya kita harus berpisah? Apa aku sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk bersamamu hingga akhir? Namun aku hanyalah manusia biasa, aku tak dapat melawan takdir.
Hari ini, untuk pertama kalinya aku menipumu. Aku harus pergi dengan dalih mencintai yang lain. Andai kamu tahu aku di paksa pergi oleh keadaan, keadaan yang membuatku menjadi pria lemah. Jangankan untuk menjaga kamu, melindungi diriku saja aku tidak mampu.
Maaf, maafkan aku, Cinta. Aku tak mampu lagi bertahan dengan kesakitan ini, aku menyerah, Aku kalah, aku lemah!
Kini aku ingin menyapamu yang pernah terpaksa aku tipu, namun aku takut kamu lupa dan bertanya aku siapa? Apakah kamu baik-baik saja tanpaku? Atau justru sebaliknya? Maaf, sekali lagi maafkan aku, Sayang.
Aku tidak pernah berjanji atas sebuah kepercayaan sebelum aku mengenalmu, tapi untuk kali ini. Ingatlah jika aku pergi bukan untuk meninggalkan kamu, saat ini aku hanya ingin bertemu dengan Ayah.
Aku memang punya dua mata yang tak bisa selalu mengawasimu, aku juga punya dua tangan yang tak selamanya bisa memelukmu, aku punya dua kaki yang tidak selamanya bisa berjalan bersamamu. Hanya satu yang perlu kamu tahu, bahwa aku mempunyai satu hati yang akan selalu mengingat dan menyayangi kamu. Sehingga aku menuliskan semua ini di sini sebagai Kenangan terakhirku. I Miss You, ku tunggu kamu di jannah terbaiknya.