Hai semuanya 🤗
Perkenalkan saya Star 😇
Semoga Kaka semuanya suka ya dengan Cerpen yang Star buat ini... Atas like dan komennya Star sangat berterima kasih ya... 🙏😊
Tanggal pembuatan : 21 - 05 - 2022
Alkisah tentang seorang gadis tomboy yang sangat suka mendengarkan musik dengan headset.
Setiap hari kerjaannnya hanya mengunyah permen karet sambil mendengarkan guru menjelaskan mata pelajaran.
Tak ada yang berani menegurnya karena ia adalah anak sang pemilik sekolah tersebut.
Suatu hari saat gadis itu sedang berjalan sambil meniup gelembung hasil kunyahan permen karet, tubuhnya tak sengaja ditabrak oleh seorang anak basket yang sedang menangkap bola.
Mereka jadi terjatuh dan sama - sama membentur dahi mereka masing - masing.
"Aduh..." rintihnya saat ia merasakan denyutan pada bagian yang terbentur tadi begitu pun pria itu.
"Heh kamu! kalau mau nangkap bola itu liat - liat keadaan dong," sewotnya.
"Ya maaf! aku terlalu fokus soalnya," ucapnya.
"Cck! menyebalkan," dengusnya lalu bangkit tanpa ingin melihat kearah pria itu lagi.
Pria yang belum mengetahui kalau gadis itu adalah anak dari pemilik sekolah merasa tak terima saat diacuhkan begitu saja.
"Heh! kamu jawab dulu dong permintama'afanku! masak langsung pergi aja," kesalnya.
"Gak mau," responnya sambil melipat kedua tangan dibawah dada.
"Susah banget ya bagi bibirmu untuk mengucapkan dua kata aja," resahnya.
"Iya susah," responnya acuh tak acuh sambil mengangkat bahunya.
"Ya udah kamu udah boleh pergi! pusing aku liat cewek modelan kayak kamu," usirnya lalu mulai berbalik badan tapi ditahan oleh gadis itu.
"Heh! yang ada aku tu heran dengan cowok modelan kamu," geramnya.
"Emangnya ada yang salah sama aku hah?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Ada," jawabnya.
"Apa coba?" pintanya.
"Gak dijawab sama - sama aja sewot! acuhin aja kan gak ribet," beritahunya yang mulai menabrakkan alisnya berulang kali.
"Huh! lelah aku ngomong sama kamu," keluhnya lalu berlalu dari hadapan gadis tersebut.
"Kamu pikir cuma kamu apa yang lelah? aku juga kali," ucapnya gak mau kalah.
"Ekhem! kamu ngaku kalau kamu lelah ngomong sama diri kamu sendiri," ledeknya.
"Arah ucapanku itu kekamu tau... Dasar cowok nyebelin," ucapnya untuk terakhir kalinya lalu langsung melangkah lebar agar cepat - cepat jauh darinya.
"Hei! kamu berani juga ya sama cewek itu," ucap temannya sambil menepuk bahu temannya itu pelan.
"Apa yang harus ditakutkan dari gadis tomboy itu?" tanyanya sambil meneguk air mineralnya karna merasa sangat haus.
"Wah... Dia remehin cewek itu pake banget lagi," ucap temannya yang satunya sambil mengelap keringan yang mengalir dari pelipisnya menggunakan handuk kecil yang melingkar dilehernya.
"Kalian kenapa sih? aneh banget deh," herannya lalu pergi keruang kelas kembali ketika bel berbunyi.
"Hadeh... Biar kan dia begitu sob! nanti dia juga tau sendiri," ucap temannya tadi pada pria yang pertama kali berbicara dengan pria yang sudah berlalu keruang kelas.
Diperjalanan, ia tak sengaja melihat gadis yang sempat ia tabrak tadi membuang bekas permen dari dalam mulutnya kesembarangan tempat.
Bahkan, sampai ada yang hampir menginjaknya.
"Woy! Kamu jorok banget sih! masak bekas permen karet kamu buang kemana - mana," komennya sambil memegang pundak gadis tersebut.
"Lepaskan tangan kotormu dari pundak ku," perintahnya.
"Kalau aku gak mau gimana?" tanyanya yang membuat emosi gadis itu memuncak lalu langsung menonjok perutnya tanpa rasa kasian.
"Au!" rintihnya yang kini sudah bertekuk lutut sambil memegangi perutnya.
"Hahaha! makanya jadi orang jangan suka ngatur," ucapnya dengan senyuman mengejek.
"Kurang ajar! liat saja nanti, aku pasti akan membalasmu dan satu hal lagi. Aku paling benci melihat perilaku burukmu itu," geramnya berusaha untuk bangkit lalu menuju kelasnya sendiri.
"Huh! coba saja," ucapnya memandang remeh.
Sepulang sekolah pria basket yang bernama Badar tadi mulai membuat siasat buruk untuk memberi pelajaran pada gadis tersebut.
Saat pulang sekolah, ia yang mendapat info kalau gadis itu suka turun paling terakhir dari ditangga kelasnya yang letak diatas merasa punya kesempatan.
Dengan liciknya ia menaburkan kelereng dibawah anak tangga terakhir hingga saat sasarannya telah turun tanpa merasa curiga sedikitpun dengan kepala yang terus ia angguk - anggukkan saking asyiknya.
"Eh - eh!" refleknya merasa kaget lalu tanpa sadar tangannya malah menarik baju seseorang hingga mereka terjatuh bersamaan dengan posisi dia dibawah sedangkan pria tersebut diatas.
Kini tatapan mereka tak sengaja bertemu hingga menimbulkan getaran tersendiri dihati mereka masing - masing, hal itulah yang membuat mereka mematung sesaat sebelum kembali sadar.
"Heh! kamu gak sadar apa kalau kamu berat? cepat bangun... Aku udah engap banget nih," resahnya sambil mendorong dada bidang pria itu.
"Iya bawel," ucapnya lalu bangkit darinya.
"Tega banget ya kamu! baru tau aku kalau ada cowok pendendam tipikel kayak kamu," ucapnya lalu kembali mengunyah permen karet yang ada didalam mulutnya.
"Lagian kamu nyebelin banget sih! gak puas aku sebelum bisa kerjain kamu," jujurnya.
"Yaudah! lupakan aja masalah hari ini! gak penting pun," ucapnya.
"Iya!" responnya.
"Kalau sudah tidak ada apa - apa lagi aku mau pergi," ucapnya tapi dicegah oleh pria itu.
"Apa lagi?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Maaf," hanya itu yang ia ucapkan.
"Sudahlah... Itu hal biasa aku tidak akan mengungkit hal itu lagi," ucapnya sambil tersenyum dan senyuman itu terlihat sangat manis dimata Badar.
"Kamu manis juga ya," ucapnya tanpa sadar sambil terus mematung menatap gadis tersebut yang kini pipinya sudah bersemu merah.
"Apaan sih kamu gak jelas," responnya lalu berlalu pergi.
"Hei! kamu mau gak jadi teman aku?" tanyanya.
"Hahaha kamu ini ngaco ya? padahal jelas - jelas kamu terlihat membenciku," ucapnya sambil kembali mengunyah permen karet dengan senyuman miring.
"Itu kan beberapa jam yang lalu... Lagian gak baik pun jika kita suka bertengkar! lebih baik kita berdamai saja, deal?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya kehadapan gadis itu.
Tanpa pikir panjang ia pun setuju.
"Oke deal," jawabnya membalas uluran tangannya sambil menatap lekat kearahnya begitu pun sebaliknya.
Semenjak hari itu mereka jadi semakin akrab, tak jarang gadis tomboy itu sering bermain basket bersamanya dan teman - temannya.
"Oh iya! ngomong - ngomong akhir - akhir ini kamu udah jarang dengarin musik lagi yah," ucapnya yang kini sedang beristirahat di kursi panjang tak jauh dari lapangan basket.
"Iya... Lagian aku sudah lama menyendiri, gak ada yang berhasil buat aku care dengan siapa pun kecuali kamu. Semenjak kenal kamu aku jadi berubah," responnya sambil tersenyum.
"Iya, aku jadi turut senang karna perubahanmu yang sudah bisa bergaul dengan baik." ucapnya balas tersenyum.
"Yaudah ayo kita lanjut main lagi," ajaknya.
"Iya ayo," responnya lalu bangkit dari tempat duduk tersebut.
Tiba - tiba saat ingin menangkap bola gadis itu terjatuh hingga kedua lulutnya mengeluarkan darah akibat tergores.
"Aduh..." rintihnya.
"Lesta! kamu gak papa?" tanya anak basket merasa khawatir.
"Sudah gak papa, biar aku yang bawa Lesta ke UKS." tawarnya lalu tanpa meminta izin langsung membopong tubuh Lesta yang masih terduduk.
Ketika memasuki pintu UKS rambut Lesta tak sengaja tersangkut paku hingga copot semua dari kepalanya.
"Apa? kamu botak?" kejut Badar tapi gadis yang selama ini sudah berusaha menutupi aibnya itu malah terbongkar begitu saja dan Badar adalah pria pertama yang mengetahuinya.
Ia sangat malu, ia juga takut jika Badar nanti tidak ingin berteman dengannya lagi karna ia botak. Ditambah lagi hatinya kini malah menyukai Badar sejak ke akraban mereka.
Badar yang melihat darah dikaki Lesta yang sudah menetes ke lantai memilih untuk memendam pertanyaan yang masih bersarang dikepalanya.
Karna petugas UKS sedang tidak ada didalam ruangan Badar berinisiatif untuk mengobati luka Lesta sendiri.
Usai mengobati lukanya Lesta ia mulai berjalan menuju rambut palsu lalu mengambilnya tanpa dipinta.
"Oh iya! ini rambut palsumu," ucapnya sambil menyerahkan benda itu kepada Lesta yang masih menunduk dengan tampungan air mata.
"Lho! kamu kenapa sedih?" tanya Badar panik.
"Dar! setelah ini kamu pasti gak mau main sama aku lagi kan? kamu pasti akan tinggalin aku kan? karna aku botak," ucapnya sambil menangis sesegukan.
"Eh! apa yang kamu bicarakan Lesta? aku gak mungkin lah ninggalin kamu..." ucapnya mencoba meyakinkan.
"Mungkin saja! dulu aku juga punya teman dekat, semenjak ia mengetahui kalau aku sakit dan harus membotakkan rambutku ia jadi menjauhiku... Semenjak itulah aku jadi pendiam dan gak berani lagi berteman dengan siapa pun, dan mencari kesenangan untuk melupakan kesedihanku." ceritanya.
"Lesta!" ucapnya sambil memegang pundak lesta erat.
"Kamu gak boleh berpikir begitu lagi! ada aku disini yang akan selalu menemanimu sampai kau sembuh! berjuanglah," ucapnya memberi semangat.
"Kamu gak bercanda kan?" tanyanya memastikan.
"Aku serius Lesta! aku janji, aku akan berusaha untuk tidak menjadi teman yang pernah meninggalkanmu itu." ucapnya.
"Aku sangat berterima kasih, aku beruntung banget bisa berteman denganmu yang mampu menerima kekuranganku," ucapnya terharu lalu tanpa sadar sudah memeluk Badar yang sedang berdiri dihadapannya sedangkan ia masih terduduk diatas kasur UKS dengan kaki yang bergantung diatas lantai.
Badar pun balas memeluknya.
"Apakah kau tau Lesta?" tanyanya.
"Tau apa?" ucapnya malah balik bertanya.
"Aku sudah menyukaimu sejak lama, kamu mau gak jadi pacarku?" tanyanya yang langsung mendapatkan cubitan diperutnya.
"Au! kok aku dicubit sih?" tanyanya sambil cemberut.
"Jangan ngaco deh kamu," ucapnya.
"Kamu selalu saja berkata begitu padaku, aku serius tau..." responnya mencoba meyakinkan.
"Kenapa kamu gak pilih gadis lain yang lebih baik dari aku, aku hanya gadis yang sakit - sakitan meskipun punya segalanya termasuk sekolah ini." beritahunya hingga membuat Badar terkejut.
"Apa? jadi kamu anak pemilik sekolah ini?" tanyanya terkejut.
"Iya! kamu baru tau?" tanyanya.
"Ya ampun... Aku baru tau... Mimpi banget aku bisa pacaran sama kamu! mana mungkin! gak sederajat," ucapnya yang membuat Lesta hanya menggeleng kesana kemari.
"Omong kosong! aku terima kamu," ucapnya yang sontak saja membuat Badar tak percaya dan saking bahagianya ia memeluk Lesta lalu mengangkat tubuhnya dan berputar - putar.
"Aduh... Cukup Badar... Kamu ini senangnya kelewatan," komennya sambil tersenyum lebar.
"Lagian ini kayak mimpi aja sih," jujurnya.
"Aku serius... Sebenarnya sejak dulu aku juga udah suka sama kamu," ungkapnya hingga membuat putaran Badar semakin kencang.
"Udah Badar... Kalau enggak aku putusin aja nih," ancamnya yang sukses membuatnya berhenti.
"Eis... Masak baru pacaran udah berhenti aja sih..." sedihnya.
"Lagian kamu," resahnya yang hanya membuat Badar cengar cengir sendiri lalu mengambil rambut palsu yang ada ditangan Lasta untuk dipakaikan langsung sampai pas.
"Makasih," ucapnya.
"Sama - sama pacarku," responnya lalu kembali membopong Lasta keluar untuk ia umumkan tentang hubungan mereka pada teman - temannya.
Lasta sigadis tomboy yang kemudian menjadi gadis cantik yang ramah pada siapa pun.
Ia mulai memberanikan dirinya untuk kembali bergaul dengan teman - temannya tanpa takut ketahuan dengan kepalanya yang botak akibat sakit.
Karna Badar selalu mendukung nya untuk sembuh, ia pun jadi lebih bersemangat dan akhirnya rambut aslinya dapat tumbuh kembali dan kini sudah panjang sepinggang.
Setelah lulus SMA dan berhasil meraih mimpi masing - masing hubungan mereka yang masih dekat mulai semakin serius dan berakhir di pelaminan lalu mereka pun hidup bahagia selamanya.
🍃 The End 🍃