Setelah di tinggalakn oleh pacarku, aku sempat terpuruk. Berat badanku bertambah, jerawat bermekaran di wajahku. Kembali ke tahun 2018 dimana aku masih kuliah semester akhir dan sedang menyusun skripsi, aku mengambil jurusan Dokter kecantikan di sanalah aku berjumpa dengan pacarku yang bernama Rangga.
Rangga, salah satu mahasiswa yang berada di kampusku. Wajah tampan, tinggi, kulit putih mulus, tubuh sedikit kekar. Wanita mana yang tidak menolak jika di seorang pemuda seperti dirinya menyatakan cinta kepadaku yang cupu, rambut kucir satu dan kacamata besar yang selalu melekat di wajahku yang kusam.
Awal mula kami pacaran baik-baik saja, walau semua orang menghina dan memantaskan diriku yang tidak cocok berpacaran dengan pria tampan seperti Rangga. Rangga tidak perduli, dia tetap cinta dan tidak terkecoh dengan ucapan orang yang menghina dirinya, membuat aku kagum dan tidak ingin melepaskannya.
Waktu cepat berlalu, aku dan Rangga sudah lulus Kuliah Dokter kecantikan. Rangga menghapiri diriku yang sedang duduk menyudut di bangku halaman Kampus. Rangga memegang kedua tanganku, kedua mata sendu menatap wajahku yang kusam dan kaca mata besar yang terus melekat.
“Sayang. Maaf ‘kan aku karena kita harus berpisah, kita harus mengakhiri hubungan ini. Karena aku akan pulang ke tempat aku tinggal.” Ucap Rangga sedih.
Wajah aku yang tadinya senang berubah menjadi sendu, cairan bening hampir memenuhi kedua mataku. Aku berusaha tegar, walau perkataan itu merobek dan menyayat hatiku. “Baik. Jika itu yang terbaik buat kamu, aku akan mengakhiri hubungan kita.” Sahutku dengan suara yang sedikit tenang dan lega.
1 bulan sudah berlalu setelah aku dan Rangga lulus dan putus dengan cara baik-baik. Aku yang bosan dengan diriku yang menganggur dan belum mendapatkan pekerjaan. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di pusat perbelanjaan yang ada di kota ini, kota Medan. Aku berkeliling Mall besar sambil mencari pekerjaan. Kedua kakiku terhenti di depan café yang berada di dalam pusat perbelanjaan, kedua mataku membesar seakan tidak percaya jika aku berjumpa kembali dengan Rangga di sini.
Tapi siapa wanita yang ada di hadapan Rangga?
Wanita cantik, putih mulus, wajah kilat seperti cermin sedang tertawa lepas bersamanya. Saat melihat tawa yang di lontarkan wanita itu hatiku merasa sakit, karena Rangga tidak pernah tertawa puas di hadapanku seperti itu. Rasa penasaranku membuat diriku melangkah masuk ke dalam café, aku menghentikan langkah kakiku di samping Rangga.
Aku berkata. “Apa karena wanita ini kamu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita.”
“Siapa wanita ini, Rangga.” Tanya wanita tersebut dengan nada tinggi sambil mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke arahku.
Rangga berdiri, ia menarik tangan kananku dan membawaku paksa keluar dari café tersebut. Di depan café, Rangga membesarkan kedua bola matanya menatap diriku yang hampir menangis. “Dasar Cupu. Kamu harusnya sadar diri.” Rangga mengarahkan jari telunjuknya di dadaku dan mendorong kuat sampai aku mundur kebelakang. “Aku perjelas sama kamu ya? Aku hanya menjadikan kamu pacar hanya untuk mendapatkan nilai bagus. Kamu itu pintar, bodoh, dan cupu jadi aku harus memanfaatkan itu.” Rangga mendekatkan bibirnya di daun telingaku. “Sekalipun kamu berubah menjadi cantik, aku tidak akan pernah mengemis dan berlutut di atas kaki kamu untuk menjadikan kamu sebagai pacarku.”
Cairan bening tak mampu lagi aku bendung, aku segera berbalik badan. Aku berlari, berlari dan terus berlari sampai di depan pintu keluar pusat perbelanjaan aku menumpahkan air mataku yang sudah tidak mampu aku bendung lagi.
Aku menangis tersedu-sedu, aku tidak peduli apa kata pengunjung yang melihatku menangis seperti itu. Yang ada di dalam pikiranku adalah ingin membalaskan dendam atas penghinaan yang dilakukan Rangga kepadaku.
2 minggu setelah aku bertemu dengan Rangga, berat badanku bertambah, wajah aku di penuhi jerawat. Aku yang tadinya ingin membalas dendam akirnya semakin terpuruk, semakin aku mengingat perkataan itu semakin aku hancur, minder dan ingin mengakhiri hidupku.
Sudah 2 minggu lamanya aku tidak keluar dari kos-kosan, semua makanan sudah aku habiskan tak tersisa 1 bungku indomie di dalam kamar kos milikku. Aku yang merasa lapar memutuskan untuk keluar, membeli bahan makanan untuk diriku yang berada di supermarket mini yang tak jauh dari kos-kosan milikku.
Malam itu begitu sunyi, aku terus melangkah tanpa menghiraukan apa pun. Saat aku hampir sampai di supermarket mini, ada pria muda yang berjalan sambil menerima panggilan telepon di tangan kanannya. Dan tangan kirinya membuka pintu mobil yang tak jauh terparkir dari supermarket mini. Dari arah yang berlawanan aku melihat kereta metic datang dengan cepat, aku yang merasa takut langsung berlari cepat meski tubuhku sangat berat untuk di ajak berlari.
Aku terus berlari dan berlari, aku dan pengendara sepeda motor matic datang secara bersamaan. Aku mendorong pria muda tersebut, saat aku tahu 2 pengendara sepeda motor matic itu mengulurkan benda tajam. Pengendaraan motor matic itu tersenyum manis menatapku sambil melajukan kendaraannya. Aku pun ikut tersenyum manis saat melihat pria yang aku tolong tidak mengalami luka.
Saat aku hendak berbalik badan, punggungku terasa perih, aku meraih punggungku yang terasa perih. Telapak tanganku merasakan aliran hangat yang mengalir deras, aku melihat telapak tanganku. Pandangan aku mulai memudar, sebelum aku pingsan aku berkata. “Darah.”
6 bulan sudah berlalu setelah kejadian malam itu, ini aku sudah membuka klinik kecantikan sendiri dan mempunyai beberapa cabang yang hampir memenuhi seluruh Negeri ini. Aku sedang membuka klinik kecantikan baru, tapi khusus pria. Aku pun banyak membuka lowongan kerja, dari awal aku membuka lowongan kerja ada hampir 10.000 lulusan Dokter kecantikan yang melamar melalui E-mail. Saat aku membuka e-mail baru, aku di kagetkan oleh seorang pria yang begitu familiar. Pria itu adalah Rangga, ia melamar pekerjaan ke Klinik Kecantikan yang baru aku buka.
Aku tidak mau mengambil kesempatan ini, aku menyuruh HRD untuk langsung menerima Rangga dan langsung membuat dia bekerja di cabang Klinik kecantikan khusus pria yang baru saja aku buat.
1 minggu setelah aku menerima Rangga, aku datang dengan pria yang aku tolong malam itu. Aku sengaja berpenampilan cupu dan kulit kusam datang ke cabang Klinik kecantikan khusus pria milikku.
Rangga menyambut kedatanganku, ia memberi senyum tipis penuh makna saat menatapku. Rangga menatap pria yang sedang menggandeng tangan kiriku.
“Apa wanita ini pacar Anda tuan?” tanya Rangga.
“Ia. Ini adalah calon tunanganku. Kamu kenapa bertanya seperti itu kepadaku.” Sahut datar calon tunanganku.
“Sebaiknya Anda pikirkan lagi sebelum menikah dengan wanita ini.” ucap Rangga seperti hendak menjatuhkan harga diriku.
Tunanganku memegang daguku, wajah penuh cinta menatap wajah kusamku yang di penuhi mack up. “Aku sudah memikirkannya dan dia cukup baik dan sangat ahli dalam apa pun.”
“Haha. Anda terlalu berlebihan.” Ucap Rangga seperti hendak menghina diriku.
Aku sudah tidak tahan lagi dengan perkataannya, aku membuka tas kecil yang aku bawa. Aku mengambil tisu basah, aku membersihkan mack up tebal di wajahku. Aku juga membuka rambut palsu yang aku pakai. Setelah itu aku mengulurkan tangan kananku.
“Perkenalkan. Aku Diandra, pemilik cabang Klinik khusus pria di sini. Kamu masih anak baru kenapa kamu tidak sopan dan kenapa kamu sok akrab dengan saya. Mulai hari ini kamu aku pecat.” Tandasku tanpa belas kasihan.
Rangga berlutut di hadapanku. Kedua tangan memegang kakiku. “Aku mohon jangan pecat aku.”
Sekian.....