"Setelah ditinggalkan oleh pacarku (pria), aku (wanita) menjadi bosnya ... ."
Pertemuan tak sengaja antara aku dan mantan pacarku, di lobi perusahaan membuka sedikit kenangan luka lama, bagaimana tidak disaat hati sedang mekar-mekarnya, di saat cinta tumbuh dengan begitu indah terpaksa harus kandas karena alasan yang tidak masuk akal.
Dia pergi meninggalkanku dengan alasan ketidakcocokan kami, padahal waktu yang kita habiskan berdua lebih dari cukup untuk memahami diri kita masing-masing.
Dia pergi membawa semua luka dan cinta secara bersamaan, menyisakan benci juga kepahitan akan rasanya jatuh cinta.
Namaku Melani, saat menjalin cinta usiaku masih terbilang muda, cinta pertama yang akhirnya menggoreskan luka, bagaimana tidak terluka jika yang menjadi cinta pertama mulai dari SMA tega memutuskan berpisah hanya karena orang yang baru dikenalnya.
Dan kini ia berdiri di depanku dengan pandangan yang entah apa maksud nya. Dengan memakai seragam OB dia menunduk sopan saat melihatku. Saat ia akan berlalu seketika itu juga bibir ini bertanya "Tunggu, kamu Rendi kan?"
Dia mengangguk pelan membenarkan perkataan ku, "Oh, kamu kerja disini juga ya sejak kapan?"
"Sudah 3 bulan bu," jawab nya sopan.
"Ya sudah kembali lah bekerja dan satu lagi hati-hati kalau bekerja jangan sampai membuat kesalahan yang akhirnya akan merugikan dirimu sendiri," ucapku sarkas.
"Iya baik."
Tak kusangka kekasih yang dulu sangat royal mampu memberikan semua yang kupinta sekarang cuma bekerja sebagai ob di perusahaan ku, kemana semua kekayaan yang dulu dia sombongkan, kekayaan yang katanya tak akan pernah habis sampai tujuh turunan. Kenapa malah sekarang dia hanya menjadi seorang pesuruh yang ada di kantorku.
Dunia ini sungguh luar biasa dulu dia dengan bangga nya berkata, "Aku sudah tidak mencintaimu, kau membosankan seorang kutu buku yang tak pantas bersanding denganku." Dan sekarang lihat lah dia yang hanya bisa menunduk saat melihatku.
Aku bersyukur Allah memberi kemudahan untukku, semua usaha ini berjalan lancar karena usaha dan do'a kedua orang tua.
Sakit hati karena hinaan nya dulu menjadi cambuk untukku untuk bisa sampai di posisi saat ini, apakah aku bangga? jawabannya iya aku sangat bangga dengan diriku si kutu buku yang sering mendapat hinaan juga cacian, kini mampu membuktikan kalau aku bisa menjadi lebih baik dari yang dulu.
Aku termenung di ruangan kantorku, sambil memandang suasana perkotaan lewat jendela yang langsung mengarah keluar hiruk pikuk nya jalanan, "Apa yang sebenarnya terjadi kenapa Rendi berubah sampai sejauh itu," ucapku dalam hati.
Tak ingin berlarut-larut memikirkan semua ini, aku berinisiatif untuk langsung bertanya padanya tapi setelah kupikir kembali untuk apa toh dulu dia yang mutusin aku tanpa alasan yang jelas.
Jam menunjukan pukul lima sore yang berarti waktu jam pulang karyawan, aku bergegas merapikan meja dan berkas-berkas penting lainya, karena hari ini tidak ada lembur jadi kuputuskan untuk pulang lebih awal dari biasanya.
Sampai di lobi bawah, kembali ku lihat Rendi yang juga akan pulang sejenak mata kita saling bertemu, ku lihat ada setitik rindu yang tampak, tapi sebisa mungkin ku enyahkan pikiran itu "Mana mungkin," ucapku sambil menggelengkan kepala.
***
Setelah seringnya berinteraksi aku menemukan Rendi yang dulu, yang perhatian nya masih sama, apa yang ku suka dengan yang tak kusuka dia masih tetap ingat, kenapa?
Siang ini aku ada pertemuan dengan client dari perusahaan lain, tepat nya di sebuah restoran yang ada di hotel Santika, karena tidak ingin membuang waktu aku bergegas mengambil kunci mobil dan langsung berangkat.
Sesampainya disana aku di buat terkejut karena yang menjadi mitra bisnisku ternyata seorang teman lama, bukan teman tapi tepatnya mantan teman yang dulu menjadi penyebab putusnya hubunganku dengan Rendi. Kami sama-sama terkejut dengan pertemuan ini, tapi sebisa mungkin untukku bersikap biasa saja.
"Hallo," sapa nya basa-basi sambil mengulurkan tangan.
"Hai," sambut ku ramah.
"Apa kabar, kamu makin cantik ya sekarang setelah sekian lama tidak bertemu?"
"Aku baik, terima kasih pujian nya kamu juga sama cantik nya."
Setelah berbasa-basi sebentar, kami memulai membahas kerja sama di antara perusahaan dan setelah melewati penjelasan yang lumayan rumit kami menemukan kesepakatan bersama, "Terima kasih, semoga kerja sama kita berjalan lancar," ucapku menutup meeting kali ini.
"Boleh ku bertanya satu hal padamu?" ucap Mira.
"Boleh tanyakan saja, siapa tahu aku bisa menjawab."
"Bagaimana dengan hubungan kalian, maaf maksud ku hubungan mu bersama dengan Rendi."
"Lho, bukan nya kamu pacar nya dulu kenapa sekarang kamu tanya sama aku," jawabku sarkas.
"Maaf, bukan maksudku dulu berbuat seperti itu, maaf sudah membuat mu terluka tapi percayalah aku tidak sengaja melakukan itu, Rendi datang menemui ku dan meminta tolong itu, awalnya aku bersikeras tidak mau tapi melihat dia yang begitu gigih aku terpaksa melakukan nya, Rendi bilang dia tak ingin menjadi beban pikiran siapapun karena itu dia memutuskan untuk melakukan itu, bahkan setelah kalian putus Rendi hilang entah kemana sampai sekarang aku pun tak tahu kabarnya."
Aku terkejut bukan main atas pengakuan Mira yang dulu pernah menjadi sahabat ku ini, "Sebenarnya apa yang terjadi," ucapku bingung, sedangkan Mira hanya menggedikan bahu.
"Baiklah Mira tidak apa-apa nanti akan aku cari tau sendiri, kalau begitu aku akan kembali ke kantor dulu," pamit ku.
Mira terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi cuma bibir nya yang hanya terbuka tutup, ragu untuk berucap. "Ya sudah tapi lain kali kita bisa kan bertemu lagi sebagai seorang teman bisnis?"
Aku hanya mengangguk sebelum benar-benar pergi dari restoran untuk kembali ke kantor, pikiran ku kacau, banyak pikiran yang tiba-tiba mengusik hati ini.
Sesampainya di kantor aku bertemu dengan Irma sekertaris kantor ku, "Ir tolong kamu bilang sama OB yang nama nya Rendi untuk datang ke kantor saya sekarang!"
"Baik, Bu."
Tak lama terdengar suara pintu di ketuk, tok … tok … tok.
"Masuk"
"Maaf Ibu memanggil saya ada apa ya?"
"Jangan panggil Ibu, Bang panggil aja seperti biasa."
"Maaf tapi ini di kantor Bu, saya takut tidak sopan."
"Baiklah kalau begitu setelah pulang kerja nanti aku tunggu diruangan ku ini, aku harap Abang datang karena banyak hal yang ingin ku tanyakan sama Abang."
"Iya, kalau begitu saya pamit kembali bekerja lagi, permisi."
***
Jam sudah menunjukan angka sembilan belas lebih tiga puluh menit yang berarti sudah jam setengah delapan malam tapi yang di tunggu tak kunjung menampakan batang hidung nya, resah! Melani merasakan hati juga perasaan nya campur aduk, gelisah tak menentu saat kaki mulai melangkah untuk melihat keadaan sekitar tanpa Mela sadari yang di tunggu-tunggu akhirnya muncul.
"Maaf lama tadi sebelum pulang, masih ada pekerjaan yang belum selesai." sesal Rendi.
"Ya tidak apa-apa maaf menyusahkan karena meminta Abang datang padahal seharusnya Abang sudah pulang."
"Apa yang ingin kau tanyakan Dek."
Mela terkejut, saat Rendi masih memanggil nya dengan panggilan kesayangan nya dulu.
"Apa yang sebenarnya terjadi Bang, Mela bertemu Mira hari ini dan dia menceritakan semua nya dari awal, kenapa Abang lakukan itu sama Mela apa Abang tidak tau hancurnya Mela Bang?
"Maaf Dek, kamu tidak seharusnya tau masalah ini."
"Kenapa Abang, kenapa Mela tidak boleh tau? Tidak berarti kah Mela buat Abang selama ini, kenapa Abang melakukan semua ini kalau hanya membuat Mela terluka? Abang tidak tau betapa Mela terpuruk karna perpisahan kita, Mela hancur Abang," isak Mela lirih.
Tak sanggup melihat Mela yang menangis, Rendi datang memeluk Mela, mengusap lembut punggung nya dan berkata, "Maaf, Abang sama hancurnya denganmu sayang, bahkan sampai saat ini Abang masih merindukanmu,"
"Lalu kenapa Abang apa alasannya kenapa Abang ninggalin Mela, kalo Abang juga hancur sama seperti Mela?"
Flashback
Lima tahun lalu saat masih sama-sama kuliah, Rendi dan Mela adalah pasangan kekasih yang saling mencintai bahkan sudah berjanji seumur hidup bersama, tapi tiba-tiba tanpa angin dan hujan Rendi memutuskan berpisah dengan alasan tak lagi mencintai Mela, dan memilih untuk bersama dengan sahabat Mela yaitu Mira, tapi kenyataan nya tidak sesuai yang Mela pikirkan alasan Rendi putus karena Rendi mengalami sakit kanker stadium satu, yang saat itu dia hanya ingin sembuh tanpa membuat Mela khawatir juga cemas, karena pengobatan itu juga semua harta kekayaan keluarga Rendi habis, karena itu sekarang saat Rendi sudah benar-benar sembuh dia bekerja sebagai office boy di kantor Mela guna menyambung hidup nya bersama keluarganya.
Mela terisak semakin kencang kala mendengar cerita Rendi, "Kenapa Abang tidak jujur sama Mela Bang, walaupun Mela tidak bisa membantu setidaknya nya Mela bisa nemenin Abang," isak nya kencang.
"Gak papa Mela Abang sudah sembuh sekarang, udah gak papa kamu jangan nangis lagi nanti cantik nya luntur lho," canda Rendi.
Mela tersenyum walaupun belum berhenti terisak, "Abang maafin Mela ya Bang,"
"Abang yang minta maaf sayang, maaf sudah membuat luka," sesal Rendi.
Mela mengangguk lemah, "Apa kita bisa memulai lagi dari awal Bang, Mela masih mencintai Abang dan tidak bisa melupakan Abang."
"Abang pun sama sayang," ucap Rendi bahagia.
Akhirnya mereka kembali merajut kasih yang pernah terpisah dengan hati yang masih terpaut satu sama lain, cinta yang tak mampu di lupakan satu sama lain. Semoga mereka berjodoh sampe akhir hayatnya.
TAMAT
Terima kasih semua saya minta dukungan like sama komeng ya, biar jempol tetap waras dan gak oleng😂😂😂