Aku mau tidak mau harus melepaskan dia untuk orang lain. Begitu sakit rasa di dalam hatiku. Bak tertancap benda yang tajam dan tersiram air garam. Sakit Sangat sakit itu yang aku rasakan. Hingga pagi sebelum pernikahannya, aku merasakan mual dan pusing sampai aku di bawa kerumah sakit. Dan siapa sangka kejadian malam yang kelam itu, kini telah tumbuh di rahimku. Bagaikan di sambar petir, pertahanan ku seakan luruh. Aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi, aku ingin meninggalkan dunia ini saja bersama buah hati anak dari mantan pacarku. Dia dulu memaksaku merayuku tidak akan meninggalkan ku, tetapi setelah dia berhasil meneguk madu dia pergi begitu saja dengan wanita lain. Malam ini aku sempatkan dan yakinkan aku akan kuat menghadapi cobaan yang Tuhan berikan. Aku datang ke pesta pernikahannya, dengan hati yang tenang dan membawa kado yang seharusnya menjadikan pelajaran untuknya. Di dalam kado itu ada beberapa kata dari hatiku yang kutulis bersama jatuhnya air mataku. Dan ku sematkan alat tes kehamilan, serta hasil pemeriksaan dari dokter yang menyatakan aku hamil. Setelah sampai di depannya aku sekuat hati harus berdiri kokoh dan tidak memperlihatkan kerapuhanku. Aku memberikan selamat kepadanya dan mendoakan kebahagiaan mantan pacarku itu.
" Selamat atas pernikahan mu, semoga kamu selalu di berikan kebahagiaan. Menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah, sampai kakek nenek. Segera di berikan momongan" dengan menjabat tangannya dan menampilkan senyum manisku seakan aku tidak menyembunyikan apa-apa.
"Terimakasih kamu sudah datang ke pernikahan ku, maafkan kesalahan ku padamu. Semoga kamu mendapatkan penggantiku yang lebih baik dari ku" dia pun juga tidak bisa menyembunyikan air matanya.
"Air mata buaya" batinku mencemooh.
" Oh ya ini ada kado dari aku, semoga kamu suka. Dan jangan lupa setelah acara ini segera kamu buka" aku menyerahkan kado itu dan segera pergi dari pesta pernikahan tersebut.
Aku harus kuat menjalani semuanya, inilah takdir hidupku. Aku tidak yakin akan ada manusia berhati baik untuk menerimaku. Aku memutuskan untuk pergi dari kota ini malam ini juga. Entah kemana aku belum memikirkannya. Yang penting aku harus pergi dulu. Dengan hati hancur aku memasukkan baju dan keperluan ku ke koper. Dan tak lupa uang, ATM aku bawa semua. Karena aku ingin membeli rumah sederhana nanti yang akan aku tinggali bersama anakku kelak. Aku bertekad membesarkan dia seorang diri. Menjadi single parent tentu tidak akan mudah. Banyak yang mencemooh, menjelekkan. Apalagi aku hamil diluar nikah. Memang berat beban hidupku. Setelah selesai mempersiapkan segala barang bawaan aku segera menuju stasiun untuk melakukan perjalanan. Aku memutuskan untuk naik kereta saja. Setelah sampai tempat tujuan, aku langsung mencari rumah yang siap huni dengan harga yang terjangkau dan strategis. Karena aku akan membuka usaha kecil-kecilan untuk menyambung kehidupan ku sehari-hari. Karena jaman sekarang mencari pekerjaan sangat sulit. Dan aku berinisiatif untuk buka usaha terlebih dahulu sambil mencari lowongan pekerjaan.
Aku akan mendidik dan membesarkan anakku dengan kasih sayangku. Mengajarkannya tanggung jawab. Dan selalu mendidiknya dalam kebaikan hingga akhir hayatku.