"Aku akan ke kota asalmu untuk kuliah, dan kau harus janji enggak mengabaikanku." Ucap Tea dengan senyum manisnya.
"Apa! kenapa harus gitu?" Tanya Ahmad kaget.
"Karena cuma kau yang paling peduli dan aku percaya kau."
"Hm, ok lah kalau itu yang kau mau."
Percakapan itu adalah yang terakhir bagi mereka berdua saat berseragam putih abu-abu ketika Tea memantapkan hatinya untuk melanjutkan pendidikan nya dikota asal Ahmad teman baiknya itu.
Sudah setahun mereka lulus dari sekolah dan menjalankan pilihannya masing-masing.Tea yang berkuliah sedangkan Ahmad memilih untuk bekerja sebagai karyawan disebuah pabrik roti terkenal dikotanya.Pagi itu ahmad sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai karyawan pabrik lalu terdengar pesan masuk dari ponselnya.Walau diawal tak dihiraukan oleh Ahmad, namun ketika jam istirahat ia mulai mengecek ponsel itu.Ternyata itu adalah pesan dari Tea yang ingin mengajaknya jalan malam minggu ini.
"Gimana kabarnya kuliahmu itu?" Tanya Ahmad saat nongkrong disalah satu taman kota.
"Lancar aja tuh, enggak ada kendala."
"Baguslah."
"Kau masi sama seperti dulu ya Mad.Masi cuek-cuek malu, tapi itu yang kusuka darimu."
"Hm..."
"Kenapa kau tak sering menanyakan kabarku, kirim chat kek, apa kek. Dasar gak peka."
"Eh, apaan sih.Kau kan tau sndiri aku tak jago soal berbicara dengan perempuan."
"Aku ini udah lama kau kenal, masa masi canggunh sih. Aduuu kau ini. Hahaha."
Mereka masi berhubungan baik dan terkadang tak jarang Tea meminta bantuan pada Ahmad soal kesulitannya tentang hal yang dibutuhkan saat kuliah. Ahmad yang punya banyak teman dikota itu memudahkan Tea mengumpulkan informasi atau memudahkannya mencari sesuatu yang ia perlukan.
Hari ini Ahmad melihat status di media sosialnya Tea bahwa ia akan study tour ke kota bandung. Ahmad senang berkata dalam hati karena Tea kuliah dengan baik dan tersenyum.
"Kapan kau akan ke bandung Tea?" Tanya Ahmad di statusnya Tea.
"Besok pagi aku berangkat naik pesawat dengan rombongan kampus."
"Naik pesawat nih, jangan norak liat awan ya."
"Biarin aja, namanya juga orang kampung. Nanti aku kenalkan sama pramugarinya biar kau enggak jomblo terus, ok."
"Hei, urus aja kejombloanmu jangan membicarakan aku. Lagian aku enggak tertarik karena hatiku belum jumpa yang tepat."
"Akh, terus aja kau tutup rapat hatimu sampai tua. Dasar mantan ketua sangar."
Saat itu Ahmad mulai menunjukkan kekhawatirannya dan mulai sering mengecek handphonenya untuk mengetahui status Tea tanpa harus menanyakannya.Entah kenapa dia sedikit memikirkan Tea dan melamunkannya saat bekerja.
"Hei bro, jangan dilamunin kali.Cewek bakal membuatmu pening kalau hanya kau yang menyukainya." Ujar salah satu teman kerjanya itu.
"Ha! Weh, kau tau lah aku tak lebih mengutamakan pekerjaan dari pada hati." Jawab Ahmad.
"Bagus kalau gitu, asal jangan temakan omonganmu."
"Haha selow brother, aman itu."
Dua minggu berlalu dan Tea telah kembali dari perjalanan kampusnya di Bandung. Pagi sebelum ia mumulai pekerjaannya, Tea mengirimkan chat agar malam ini datang ke kosannya. Entah apa yang mau dikatakan Tea tapi tampak pagi itu Ahmad kegirangan dan semangat bekerja sampai-sampai teman kerjanya satu divisi heran melihat tingkahnya hari ini.
"Hai Tea, kau kelihatan sedikit berisi sejak pulang dari Bandung.Pasti makan enak disana."
"Iih, aku enggak gemuk lo Mad, aku langsing tau."
"Yah, apapun yang terjadi, kau tetaplah Tea yang kukenal."
Tea tersipu malu atas pernyataan Ahmad malam ini.
"Aku menyuruh kau kemari mau memberikan ini untukmu.Jangan lihat apa yang kukasi ya."Ucap Tea sambil memegang tangan Ahmad dengan maksud menerima oleh-oleh yang ia berikan.
"Ia aku tau, aku lihat dari kau sebetulnya mengingat aku kan."
"Ha... Em... Hehe... Y udah deh pulang gih udah malam, capek jugak kan kau jauh-jauh kemari dari kerjaan."
"Em ok. Thanks ya Tea.
Dijalan Ahmad senyum-senyum sendiri diatas kuda besi kecilnya mengingat Tea memegang tangannya tadi.Sudah lama ia tak tersenyum tentang wanita, hingga malam ini hatinya sedikit terbuka karena Tea.
Setelah beberapa hari dari malam itu Ahmad sering melihat foto profilnya Tea sambil tersenyum. Tapi senyumnya tiba-tiba jadi datar ketika melihat postingan status Tea berkumpul dengan teman-temannya di tempat-tempat mewah yang dia sendiri minder memikirkannya.
Setelah pulang dari Bandung gaya hidup Tea mulai berubah dan membuat ahmad semakin minder dan bertanya pada dirinya mengapa orang seperti dirinya memikirkan wanita seperti Tea yang levelnya tak sebanding dengannya lagi.
"Mad. Lagi ngapain? Kerja ya? Mau enggak nanti malam dolan sama aku kalau kau tak sibuk." Tulis Tea dalam chat yang dilihat Ahmad.
"Apa kau tak malu jalan denganku."
Entah apa yang ada dikepalanya saat itu sampai ia membalas chat Tea begitu. Tea tak membalas jawaban Ahmad sampai berhari-hari. Bukan sekali dia layangkan pertanyaan itu, bahkan sampai tiga kali dan tetap tidak di balas oleh Tea jika ia bertanya seperti itu.
Ahmad pun semakin kuat berpikir bahwa orang sepertinya tak pantas duduk berdua disebuah tempat dengannya. Namun tak membuatnya langsung memutuskan tali pertemanan itu.
Sudah hampir waktunya Tea wisuda dan tak terasa Ahmad selalu ada untuk membantunya dalam hal apapun, bahkan saat Tea kesulitan mencari bahan untuk skripsinya, Ahmadlah pahlawan hidup Tea dalam perkuliahan.
"Minggu depan aku wisuda.Kau harus datang yah, aku juga udah bilang ke ayah dan bunda kau akan datang."
"Wah, apaan ni kok main bilang ke orang tua aja. Tapi oklah aku janji datang."
"Ok deh Mad.
Seketika itu langsung Ahmad membuat pengingat tanggal di handphone nya dengan semangat sampai ia lupa bahwa minggu depan adalah hari lembur karena setiap akhir tahun pesanan konsumen selalu diatas rata-rata produksi normalnya.
Ia kalang kabut dan tak tau harus berbuat apa pada Tea sampai akhirnya hanya kata maaf yang ia sampaikan lewat chat dihanpdhone. Sudah berhari-hari Tea tak membalas chat Ahmad. Ia memberanikan diri menelpon namun tak juga dapat respon dari Tea. Sampai akhirnya ia mendapat kabar dari teman sekolahnya dulu bahwa Tea sudah kembali kekampungnya.
"Aku harus menyusul nya kesana apapun yang terjadi." Gumam ahmad.
Sambil ia memikirkan apa yang harus dikatakan pada Tea sebagai permintaan maafnya itu. Dia tau dirinya lebih mementingkan pekerjaan tapi dia juga sadar kesalahan yang ia buat ketika lupa akan ada hati yang harus dia pegang juga.
Berkali-kali ia datang ke rumah Tea tapi ia tak ada dirumah. Sampai Ahmad bingung dan berkata dalam hati.
"Sebenarnya aku ngapain.Apa yang kulakukan sekarang.Bodohnya aku terlalu lambat. Dan apakah ini hanya sepihak, atau mungkin dia memang tak terpikirkan tentang hati untuk membalas dengan menjaga jarak."Gumamnya dalam hati.
Ia mulai lelah mencari jawaban pada dirinya yang entah mengapa jadi begini.Ditaman kota itu ia duduk memandangi daun gugur jatuh berserakan didepan matanya sambil membuat siluet wajah Tea sebagai arti kosong dan gelapnya jawaban yang ia cari.
Ia menutup buku gambarnya setelah selesai dan berjalan diantara daun gugur ditaman itu.Tak sadar buku gambarnya jatuh dari genggamannya dan memperlihatkan dengan jelas halaman yang ia buat siluet wajah Tea. Saat ia mengambil bukunya terlihat kaki wanita memakai spatu modis berdiri dihadapannya lalu mengambil karyanya dan membuat dia terdiam karena wanita itu adalah Tea.
"Ini cantik. Tapi buat siapa?"
Sungguh ia terkejut karena yang berdiri dihadapannya itu wanita yang ingin ia temui yaitu Tea yang sangat cantik dan manis.
"Itu untukmu." Ucapnya sambil memandangi Tea.
"Untuk ku? Makasih." Jawab Tea dengan senyum manis.
"Sebelum terlambat dan kita takkan berjumpa lagi dalam waktu yang lama, aku harus menyampaikannya padamu."
"Kenapa?"
"AKU MENYUKAIMU TEA."
Tea terdiam mendengar pernyataan itu dan matanya sdikit berkaca-kaca. Ahmad menggenggam tangan Tea.
"Ini hadiah ku yang terlambat atas wisudamu.Tolong jaga ini karena aku harus pergi."
Ahmad berjalan mulai meninggalkan Tea, lalu berhenti menghadapkan wajahnya kekanan melihat Tea dibelakang.
"MAAF..." Lalu pergi meninggalkan Tea dengan memegang Siluet yang ia buat.
Tea masi terdiam sambil memandangi punggung Ahmad yang mulai menjauh dari pandangannya.
"AHMAD... TUNGGU..."
"AHMAD..."
Hanya dalam hatinya yang berkata tapi tubuhnya tak mampu menghentikan Ahmad dan meminta kejelasan yang ia sendiri juga bingung harus apa.Tak mampu bibirnya berucap satu katapun bahkan sampai tak lagi kelihatan oleh matanya punggung lelaki sederhana itu.
Aku diperbudak oleh waktu
Sedetik pun berharga bagiku
Kututup ruang suara masuk ketelingaku
Walau terhempas dan bersarang di hati
Tapi kali ini sesuatu menembus dan menusuk kedarah
Gemetar dan rasanya sakit
Seolah semua yang kubendung pecah dan merasuki pikiran ini
Hal kuabaikan karena waktu ternyata terlalu berarti
Satu persatu semuanya terhapus
Bahkan sesuatu masa depan kebahagiaan pun hangus
Janji kala itu tak berpengaruh oleh waktu
Ditinggal dengan rasa bersalah membunuh
Aku sadar tapi aku bingung
Apa hal itu menyukaiku sampai terasa perih
Atau hanya aku yang terlalu berdalih sendiri
Hari itu saat itu juga kelakuanku membuat hal itu lenyap
MAAF JIKA AKU TERLALU KAKU
KARENA KEEGOISANKU
HINGGA HAL ITU PERGI
MEMBUAT AKU MENYADARI ARTI
HATI...