Cerpen ini hanya imajinasi panjang dari author pribadi tentang lagu dan music video dari Lee Hi-Only. Gambar juga diambil dari potongan video musiknya. Silahkan membaca.
Dan, jangan lupa mampir juga di karyaku yang lain.
Regards Me
Far Choinice ^^
Selamat membaca
~~~~~
Dia tinggi, tampan dan memiliki kulit yang bersih. Dia sempurna di mataku bahkan meski dia memiliki mata sipit. Jujur saja, saat dia tersenyum, matanya seolah membentuk senyuman. Oh, jangan lupakan suaranya yang nge-bass dan sedikit serak. Dia punya tipikal suara yang easy listening. Sayang, dia tidak berbakat bernyanyi. Tapi, bagus juga, aku lebih suka menikmati suaranya untuk diriku sendiri.
Dia adalah suami terbaikku. Dan aku, istri paling beruntung untuknya. Aku ingat, saat pertama bertemu dengannya, kami berada di pesta dansa. Dia tidak terlalu ahli, tubuhnya kaku. Kakiku sering terinjak olehnya. Dan dia, akan selalu berkata maaf sambil menunduk malu. Benar-benar menggelikan.
"Mau makan apa?" tanyanya sambil menyandarkan tubuh ke dinding, menatapku yang sedari tadi asyik mengenang kisah kami. Dan, suaranya benar-benar membuat candu.
"Aku mau ramyoen?" tanyaku balik seraya memberi ide.
Ia menarik napas sejenak lali mengangguk, "Boleh juga... sudah lama kita tidak makan ramyoen di restoran langganan kita."
Ia menyodorkan tangannya ke arahku. Kusambut tangannya dengan melempar seulas senyuman. Tangannya lebih besar dari tanganku. Aku merasa tanganku terlalu mungil. Tapi, saat berada dalam genggaman penuhnya, rasanya begitu hangat. Kami melangkah beriringan sambil sesekali aku meletakkan kepalaku di bahunya.
"Maaf membuatmu menunggu lama." katanya sambil mencium sejenak punggung tanganku.
"Tidak masalah, aku suka waktuku saat menunggumu. Membuatku berimajinasi tentang kita." ujarku.
"Tidak lagi," keluhnya.
Aku melepas tangannya sambil tersenyum dan melangkah mundur sembari menatapnya. Perlahan, kami terhenti dan aku mulai mengangkat tanganku. Aku bergerak sambil menggumamkan lagu kenangan kami saat berdansa. Aku melangkah perlahan, berputar, mengikuti ritme dari senandungku. Dia hanya tersenyum tipis sambil menatapku dengan lekat. Aku menyodorkan tanganku ke arahnya, mengajaknya ikut berdansa. Tapi, dia hanya menggeleng meski akhirnya pasrah mengikuti ajakanku.
Kami berdansa kecil di antara lorong panjang yang hening. Ditemani suara langkah kaki kami yang senada dengan laguku.
"Oke, cukup... aku sungguh lapar!" ucapnya seraya tertawa kecil dan merangkulku, menghentikan tarianku. Tidak apa, asal bersamanya.
-oOo-
Kami sudah cukup kenyang. Tapi, saat menuju ke restoran langganan kami, kami melihat telaga yang ada di dekat sana. Karena cuaca cukup cerah, dia mengajakku naik perahu. Dia mendayung perlahan sementara aku memainkan air di tanganku. Dingin.
"Jadi, bagaimana dengan ideku?" tanyaku.
Dia menggeleng ragu, "Aku tidak mau kau terlalu lelah."
Kupasang ekspresi setengah merajuk, "Hanya sebentar. Lagipula, kita melakukannya di rumah saja. Apanya yang lelah?"
"Kamu tahu... kamu adalah wanita yang paling sulit untuk kutolak."
Senyumku merekah. Dia setuju. Aku menyiratkan air di tangkupan tanganku ke arah wajahnya Dia hanya terpejam sambil tertawa seraya memohon agar berhenti. Dia tidak bisa menahan seranganku karena kedua tangannya sibuk mendayung.
"Hentikaaannnn," pekiknya.
"Katakan kau mencintaiku."
"Aku selalu mengatakannya setiap pagi, nyonya... ," keluhnya.
"Aku tidak pernah cukup. Aku serakah. Aku mau kamu mengucapkannya setiap aku memintanya."
"Ahh... benar-benar rubah merepotkan."
"Tapi, kamu mencintai rubah ini."
"Tidak masalah. Aku bersedia."
-oOo-
Kutatap pantulan diriku di cermin sambil tersenyum. Gaun hijau mint selutut dengan aksen pita di bagian leher. Aku menepuk ringan pita itu dan tersenyum. Penampilanku sempurna. Kulirik suamiku yang tengah berdandan memakai setelqn jas warna senada dengan gaunku. Ia menata rambutnya dengan rapi. Penampilannya sangat menawan.
Tak lama, ia menoleh padaku dan mengulurkan tangan ke arahku. Aku menerima tangannya dan kami melangkah ke luar kamar, menuruni anak tangga perlahan dan berhenti di ruang tengah. Ruang tengah telah kami hias dengan sederhana. Ada lilin-lilin yang berjalan di meja dengan hidangan kecil kue-kue dan teh. Dia mulai menyalakan musik dan mencium punggung tanganku perlahan saat aku juga melebarkan ujung rok sambil menunduk kecil. Salam hormat kami sebelum berdansa.
Yah, aku ingin mengenang memori saat kami berdansa untuk pertama kalinya dulu. Aku mengenang setiap detail gerakannya yang disertai dengan aroma vanilla dari tubuhnya yang manis. Sampai sekarang, aroma itu hanya miliknya, bagiku. Kami bergerak mengikuti alunan musik sambil saling berpandangan penuh kebahagiaan. Hal sesederhana ini, cukup bagiku. Yang merindukannya... .
-oOo-
Hari ini, aku bergegas pulang. Mama sedang sendirian di hari ini. Aku takut dia akan berbuat sesuatu yang aneh. Lagi.
Di setiap tanggal ini, mama akan selalu terseret dalam memori lamanya akan papa. Papa sudah meninggal sejak tiga tahun yang lalu. Dan , mama selalu berubah seolah ia kembali muda di tanggal kematian papa, hari ini. Yah, dokter juga bilang kalau mama mulai menunjukkan gejala Alzheimer. Ingatannya selalu berada di fase saat ia masih baru menikah dengan papa.
Klik. Tepat saat aku membuka pintu, suara alunan musik sudah menguar. Benar dugaanku. Aku perlahan menuju ruang tengah dan melihat mama sedang berdansa sambil memeluk foto papa.
Hmmm... tidak ada yang bisa disalahkan dari seorang wanita yang mencintai lelakinya. Satu-satunya, belahan jiwanya.
Be my only love... Adalah lirik yang menggema di antara tarian mama dan pigura foto papa.
-Fin-
Maaf sekali lagi... ini hanya imajinasi kecil dari author untuk memaknai lagu Lee Hi-Only.
Terimakasih yang sudah mau baca dan memberikan jempolnya...
Love You...