Hari ini kamu dan Shinta akan menjemputnya di Bandara, sepuluh tahun sudah kalian tak berjumpa. Setelah keluarganya pindah, kamu dan Shinta hanya bisa merindukannya. Sepuluh tahun kalian jalani hidup berdua tanpa dirinya, tanpa kebersamaan dan tanpa kegilaannya. Kalian sangat merindukannya, terkhusus untukmu.
"Duh lama banget ya Ri..., mana sih Radit katanya dateng jam 10.00. Ini dah jam 10.00 lewat tapi belum nongol juga tuh batang hidungnya." Shinta melirik jam warna pink di tangannya sambil terus mencari-cari sosok seorang Radit. Terlihat kegelisahan diraut wajah cantiknya.
"Sabarlah Shin, bentar lagi juga nyampe, mungkin emang agak telat paling pesawatnya. Ya udah kita tunggu aja disini." Kamu mencoba menenangkan Shinta, walau kamu sendiri juga terlihat agak gelisah.
"Eh... Ri kira-kira Radit curiga gak ya, kalau selama ini yang sering bales e-mail dia bukan aku. Apa dia masih suka sama aku?" Shinta jadi gelisah sendiri, dia takut Radit kecewa kalau selama ini bukan Shinta yang ngebales semua e-mail dari Radit.
"Udahlah tenang Shin, Radit ga bakal tau ko. Lagian kan walaupun aku yang bales tuh e-mail radit, tetep aja aku pake nama kamu. Jadi kamu tenang aja deh. Dan dari semua e-mail yang dia kirim, aku yakin dia masih suka sama kamu," shinta agak sedikit tenang setelah mendengar penjelasanmu.
"Thanks ya Riri, kamu emang sahabat yang baik. Kamu tau sendiri kan aku paling males kalo suruh ngebales e-mail. Aku ga suka diem di kamar cuma buat mantengin laptop. Mendingan shopping, hehehe…. Tapi untunglah ada kamu, jadi aku selalu tau keadaan Radit. Dan yang paling penting aku tau kalo Radit masih suka sama aku." Shinta senyum-senyum sendiri membayangkan Radit.
Kamu cuma tersenyum melihat sahabatmu ini, walaupun ada sedikit rasa sedih. Karena selama ini kamu juga memendam perasaan pada Radit. Selama sepuluh tahun ini kamu dan Radit memang masih sering berkomunikasi, tapi komunikasi ini hanya kepura-puraan. Radit menyangka kalau yang ngebales semua e-mailnya adalah Shinta, perempuan yang dari dulu dia kagumi.
Setelah tiga puluh menit lamanya kalian menunggu Radit, akhirnya pesawat yang ditumpanginya datang juga. Perasaanmu mulai berdebar-debar, membayangkan bagaimana Radit sekarang. Apakah dia akan mengenalimu, taukah dia kalau selama ini kamu lah yang selalu menemani malam-malamnya lewat dunia maya. Apakah Radit juga merasakan apa yang kamu rasa. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaanmu tentang Radit. Semoga dia tidak berubah.
"Jantungku deg-degan Ri, kira-kira sekarang Radit seperti apa ya. Aku ga sabar neh. Duh mana ya Radit," dengan mengangkat papan nama bertuliskan Radit, Shinta mencoba mencari sang pujaan hati.
"Shin, mungkin itu dia Radit. Lihat lelaki itu, dia datang kearah kita, pasti itu Radit," kamu menunjuk kearah lelaki tinggi memakai jaket jeans biru.
"Sepertinya iya, wah keren juga ya Radit sekarang. Aku jadi makin suka deh."
Lelaki berjaket jeans itu semakin mendekat, dia melambaikan tangannya menandakan bahwa memang benar dia adalah Radit. Akhirnya ketemu juga dengan Radit, dia kini sudah menjadi sosok lelaki dewasa.
"Hallo princess, apa kabarmu?" Radit mendekatkan diri pada Shinta, menyapa Shinta dengan sebutan yang biasa dia ucapkan padamu saat didunia maya.
Princess…?! so sweet, Radit romantis sekali padahal baru saja ketemu Shinta hanya berdiam diri, dalam hati shinta berkata-kata siapa yang Radit sebut dengan Princess, tapi itu ga terlalu penting bagi Shinta. Dia tak memperdulikan Radit akan memanggilnya apa, yang dia rasakan hanya senang karena akhirnya bisa bertemu dengan Radit.
"Hallo Princess, kenapa ngelamun aja? terpesona ya ngeliat aku yang ganteng. Hahaha…" kata Radit karena melihat Shinta yang bengong
"Hey siapa juga yang terpesona, aku hanya ga habis fikir aja bisa ketemu lagi sama cowok jelek kaya kamu, hehehe...." shinta dan Radit terlihat semakin akrab. Kamu melihat mereka berdua sangat cocok, apalagi mereka berdua saling suka.
Kamu hanya bisa berdiam diri melihat keakraban antara Radit dan Shinta. Ternyata Radit tak mengenalimu, dia masih mengira bahwa Shinta lah yang menjadi teman dunia mayanya. Sedikit rasa kecewa terpendam dihati, karena apa yang kamu harapkan ternyata tak sesuai hati.
"Ehemm... udah dulu dong kangen-kangenannya, sampe lupa ada orang disampingnya," kamu mencoba mencairkan suasana.
"Hai nona manis, maaf aku lupa. Apa kabarmu sekarang? apa kegiatanmu? jangan kaya Shinta ya yang sukanya ngenet sampe malem." Radit melirik Shinta, Menggodanya dengan sebuah lirikan.
"kabarku baik. aku juga suka ngenet ko Dit, sama kaya Shinta," jawabmu sambil melirik Shinta
"Wah ternyata kamu sama Shinta punya hobby yang sama ya, baguslah kalau gitu. Kita semua jadi kompak. hehehe…, eh ngomong-ngomong kamu punya e-mail ga?" tanya Radit kepadamu
"Aku punya, kapan-kapan aku kasih tau kamu. Oke sekarang kita pulang yuk gak enak kelamaan disini bisa jamuran kita." Kamu dan Shinta saling berpandanngan, kamu tahu Shinta ingin berbicara kalau jangan sampai Radit tahu yang sebenarnya.
Akhirnya kalian bertiga pulang, menuju kediaman Radit yang kebetulan tak jauh dari rumahmu dan Shinta. Kalian bertiga tinggal dalam satu komplek yang sama.
****************
Pagi ini sungguh cerah, udara pagi yang sejuk ditemani hangatnya sinar mentari pagi. Daun-daun dengan tetesan embun menyapa rerumputan yang basah karena tetesan embun. Burung camar berkicauan menyanyikan kidung indah tentang pagi. Dari jendela kamarmu dilantai dua, kamu merasakan sejuknya angin pagi. Dan tanpa kamu sadari tenyata Radit telah berada dibawah.
"Woi nona manis, lari pagi yuk. Ajak Shinta juga ya!" teriak Radit dari bawah, ternyata dia sudah siap untuk berolahraga pagi.
"Hai...! sudah lama disitu? oke deh bentar lagi aku keluar. Aku call shinta dulu ya," jawabmu.
"Shin, cepet bangun Radit ngajak jogging neh. Oke cepetan bangun, aku dan Radit nunggu kamu didepan rumah." Kamu tutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Shinta, segera bersiap untuk jogging.
"Sudah call Shinta?" tanya Radit setelah melihatmu keluar dari pintu.
"Yapz, udah. Kita langsung tunggu didepan rumahnya. Ayo berangkat!" ajamu pada Radit.
"Oke. Ayo."
Jarak rumahmu dan Shinta tak begitu jauh, jadi tak butuh waktu lama buatmu dan Radit sampai dirumah Shinta. Pagi ini Shinta terlihat begitu cantik. T-shirt pink dipadu dengan celana Panjang warna putih terkesan machting dengan kulit Shinta yang putih. Dan hal ini membuat Radit semakin terpesona.
"Hello, my princess, you are beautiful," Radit menyapa Shinta dengan kata-kata romantis, ini membuatmu sedikit sedih. Karena bukan kamu yang dia sapa, melainkan Shinta yang tak tau apa-apa.
"Hallo juga cowok jelek, hehehe…" Shinta menjawab sekenanya.
"Ayo kita berangkat!" Ajakmu
"Oke.…" Radit dan Shinta masih saling berpandangan.
Setelah lima belas menit jogging akhirnya kalian semua memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman. Disebuah bangku panjang bercat putih, dipayungi pohon yang rindang sangat tepat untuk tempat beristirahat. Di kanan-kiri terdapat beberapa pedagang makanan dan minuman, tempat ini memang biasa untuk orang-orang lari pagi jadi wajar kalau banyak juga pedagang yang menyediakan makanan ataupun minuman.
Tiga botol teh dingin, serta tiga mangkok bubur ayam menjadi santapan pagi kalian setelah lelah berolahraga. Suasana kali ini sungguh menyenangkan. Terlihat ada kumpulan anak-anak yang sedang berlari-lari kecil dengan suara tawanya yang riang, hal ini mengingatkanmu tentang sesuatu.
Terbayang waktu dulu saat kalian semua bersama. Masa-masa kecil yang selalu kami lewati dengan berbagai canda dan tawa. Radit yang super iseng, Shinta dengan kemanjaan dan kecentilannya, sedang kamu yang pendiam. Walaupun dengan berbeda karakter tapi kalian semua tetap bisa bersatu. Sampai saat inipun kalian bertiga masih akrab.
Fikiranmu pun melayang saat kamu ingat kali pertama Radit membuatmu kagum padanya, Radit datang membela saat kamu dihadang oleh anak-anak lelaki yang bandel di sekolah seberang.
Radit mencoba melindungimu, dia berusaha agar kamu tidak terluka. Ketika itu Radit berkelahi dengan anak-anak itu, walaupun Radit terluka juga, tapi ia berhasil mengusir anak-anak bendel itu.
Dan saat itu kamu merasakan kagum pada seorang Radit, bagimu dia adalah dewa penolong, dia juga teman penghiburmu saat sedang merasa sedih. Hingga saat ini kekaguman itu masih terjaga.
"Hei... nona... ngapain nglamun?" sapaan Radit menyadarkanmu dari lamunan. Dia memang biasa memanggilmu dengan sebutan nona. Itu sebutan saat masih kecil.
"Ohh... gak apa-apa kok. Cuma lagi menikmati alam, hehehe..." jawabmu seraya memandang sekitar.
"Balik yuk, cape neh." ajak Shinta.
"Oke Princess, jawab Radit. Sekali lagi kamu dan Shinta hanya saling berpandangan.
***********
"Eh Ri, kira-kira Radit masih percaya ga ya kalau aku yang sering balez e-mail dia dulu," tanya shinta padamu.
"Emangnya kenapa, yang aku liat sih, kayanya dia masih percaya deh." Kamu melihat kearah Shinta
"Iya ri, sekarang aku gak yakin kalo Radit masih percaya, soalnya sering banget kalo dia ngobrol sama aku dan kebanyakan obrolannya itu ga nyambung. Dia sering cerita tentang dunia maya, tentang buku love story, tentang bakso yang katanya makanan kesukaanku. Padahal kamu tau sendiri kan ri kalo aku ga suka bakso. Apalagi tentang lovestory. Aku jadi bingung harus jawab apa sama Radit." Shinta telihat bingung, dia terus mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan, sampai mie ayam kesukaannya tidak sempat dia makan.
"Udah lah Shin, aku yakin dia masih percaya," jawabmu mencoba menenangkan.
Kamu hanya bisa diam, memikirkan Radit. Ternyata Radit masih hafal tentang kebiasaanmu, tentang love story, tentang bakso, itu semua memang tentangmu. Kabiasaanmu berbalas e-mail dengan Radit membawa ketidaksengajaanmu untuk mengungkapkan semua kebiasaan dan kesukaanmu.
Kamu tak sadar bahwa kebiasaanmu dan Shinta sungguh jauh berbeda. Yang kamu tau saat itu hanya rasa nyaman saat bisa berbagi cerita dengan Radit, walaupun hanya lewat dunia maya.
Suasana kampus masih ramai, banyak mahasiswa berlalu lalang. Dari mahasiswa yang masih punya jam kuliah sampai yang hanya Cuma ingin menikmati suasana taman dikampus. kebetulan kamu dan shinta sudah tak ada jam kuliah. Kalian menghabiskan waktu di kantin kampus. Kamu dan Shinta berdua hanyut dalam lamunan masing-masing, walaupun tertuju pada satu khayalan, yaitu Radit.
"Ri, aku sudah putuskan untuk menceritakan yang sebenarnya sama Radit. Aku gak mau terus-terusan bohong. Aku juga gak mau terus berpura-pura tau tentang semua obrolannya. Aku ingin mencintai Radit dengan diriku sendiri, bukan apa yang Radit ceritakan. Gimana menurutmu Ri? tiba-tiba saja Shinta berbicara padamu,
"Kalau menurutku, jangan dulu Shin, ini bukan waktu yang tepat. Biarlah dia tau dengan sendirinya. Lagian kalau dia emang sayang sama kamu, pasti dia bisa menerima kamu dengan apa adanya. Ya udahlah shin jangan terlalu difikirkan."
"Gitu ya Ri, hmmm… ya udahlah mungkin cuma perasaanku aja. Thanks ya Ri, kamu baik banget. Kamu juga selalu membantuku. Thanks sob." Shinta memelukmu erat, ada kelegaan yang kamu lihat.
"Iya Shin, sama-sama. Balik yuk!"
"Hmm oke."
************
"Hei Nona, lagi ngapain disini,? Radit menghampiri saat kamu berada di taman sendiri.
"Hei juga, lagi duduk-duduk aja neh, sambil baca buku," jawabmu sambil mempersilahkan Radit duduk.
"Wah hoby baca juga ya kamu, lagi baca buku apa? coba aku liat."
"Love story, novel kesukaanku, ceritanya begitu romantis aku suka." kamu menyodorkan buku novel yang kamu pegang pada kepada Radit.
"Love Story??? ko bisa kebetulan ya, aneh...?!" jawab Radit sedikit bingung sambil terus melihat buku novel itu
"Aneh kenapa? tanyamu sedikit ragu.
"Ya aneh, aku juga suka banget sama novel itu. Shinta juga suka, dia sering ngabahas novel ini di e-mail tapi kenapa ya saat aku tanya langsung sama dia kemaren dia seolah ga pernah tau tentang love story. Dan juga saat aku panggil dia princess dia ga ngebales manggil aku pangeran. Aneh kan?!" Radit mulai curiga dengan Shinta.
Kamu langsung buru-buru mengambil novel itu dari Radit, kamu ga mau Radit tau keadaan yang sebenarnya. Sambil bersiap pamit pulang kamu berbicara." Mungkin Shinta ingin ngetes kamu, apa dia masih ingat atau ga sama kebiasaannya," jawabmu sembari meninggalkan Radit.
Saat itu kamu lihat Radit bingung. Sebenarnya Radit ingin bertanya banyak tentang Shinta tapi kamu keburu pergi.
"Radit, mungkinkah kamu tau bahwa itu semua adalah aku. Akulah yang kau kira Shinta, akulah yang selalu berbagi cerita tentang lovestory. aKu lah yang memanggilmu pangeran, dan aku lah princessmu. Semua itu aku yang lakukan. Maafkan aku Radit, bukan maksudku membohongimu, ini semua demi Shinta. Aku tau kamu cinta Shinta, begitu juga Shinta. Mana mungkin aku harus menghancurkan hubungan kalian. Lebih baik aku yang sakit." gumammu pelan sambil berjalan
Semenjak kejadian di taman, kamu sedikit menghindari Radit, kamu takut Radit bertanya macam-macam lagi. Jadi sebisa mungkin kamu hindari suasana berdua dengan Radit. Kecuali saat ada Shinta, seolah memang tak terjadi apa-apa.
**********
Kau adalah darahku
Kau dalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku,
Oh sayangku kau begitu sempurna...
Kamu nyanyikan lagu kesukaanmu saat sendiri ditaman, lagu ini sangat berarti karena lagu ini mengingatkanmu pada seseorang yang sangat kamu sayang, siapa lagi kalau bukan Radit. Kamu dan Radit sangat kenal betul dengan lagu ini, karena sangat sering kamu memutar lagu ini ketika dunia maya menjadi jembatan untuk kamu berbagi cerita, begitu juga dengan Radit. Lagu ini adalah lagu kalian bersama.
Tanpa terasa airmatamu menetes, ada perasaan sedih saat harus kamu tau kenyataan bahwa Radit tidak mengenalimu. Dia masih saja mengira bahwa Shinta lah yang selama ini bersamanya di tiap malam.
"Ri...aku sudah tau semuanya." suara Radit tiba-tiba mengagetkanmu. Ternyata Radit sudah dari tadi ada dibelakangmu.
Kamu bingung apa yang Radit katakan barusan, apa yang dia tau. Atau jangan-jangan...?! tapi tidak mungkin, dari mana dia tau. Shinta..? batinmu mulai bertanya-tanya.
"Hei Dit, sudah lama kamu disini? tanyamu agak sedikit gugup
"Aku tau Ri, aku sudah tau. Lebih baik kamu jujur padaku." Radit mencoba mendesakmu
"Maksud kamu apa dit, aku ga ngerti deh. Apa yang kamu tau," jawabmu seolah tidak tau apa-apa.
Persaaanmu semakin gugup dan gelisah, kamu takut Radit memang sudah mengetahui semuanya. Kamu takut mengecewakan Shinta.
"Aku tau bukan Shinta yang ngebales semua e-mailku, bukan Shinta yang selama ini menemaniku. Tapi itu semua kamu Ri. Kamu Mentari az zahra, yang selalu ngebales e-mailku. iya kan ri?! jawablah! Radit mendesakmu.
Kamu hanya terdiam, kamu tak tau harus berbicara apa. Ternyata radit sudah tau semua. Tapi dari mana dia tau, bukankah Shinta sudah tidak berniat lagi untuk menceritakan hal ini.
"Dari mana kamu menganggap kalau semua ini aku yang lakukan?! katamu mencoba menyangkal.
"Semua bukti udah jelas Ri, love story, dunia maya, bakso kesukaanmu, dan lagu tadi. Apa itu ga cukup jelas buat aku tau semuanya?! Radit terlihat kecewa.
"Maaf dit, bukan maksudku membohongimu, ini semua karena Shinta. Shinta yang menyuruhku melakukan semua ini. Awalnya aku berniat untuk menghentikannya, tapi ternyata aku ga bisa, karena aku merasa nyaman saat aku bisa berbagi denganmu," jawabmu dengan suara parau, airmatamu menetes. "Maaf Dit, bukan maksudku menghancurkan hubungan kalian, anggap saja ini semua tak pernah terjadi. Kembalilah pada shinta seolah memang dia yang selama ini kamu kenal bukan aku."
"Kenapa kamu ga mau jujur dari awal kita ketemu Ri, aku kecewa sama kamu dan Shinta."
"Saat itu aku berniat untuk jujur, tapi waktu pertama kita ketemu kamu sudah lebih dulu mengenali Shinta dengan 'Princessmu' itu. Bukan aku yang kamu kenal. Sejak saat itu ku urungkan niatku.' Kamu tatap wajah Radit sekilas lalu balik berpaling memandang bunga mawar yang tumbuh indah disamping taman.
"Maafkan aku Ri, aku ternyata tidak mengenalimu, aku ga memahamimu saat itu. Tapi Ri, sampai kapanpun aku masih nyaman dengan princessku itu dan itu kamu, bukan Shinta." Radit menggenggam tanganmu, menatapmu tajam.
"Maksud kamu…?! bukankah kamu cinta sama Shinta? tanyamu heran pada Radit.
"Aku memang suka sama Shinta, tetapi aku sadar bahwa rasa sukaku dengan shinta hanya sekedar rasa suka semata. Ternyata yang aku cintai bukan Shinta, tapi princess, princess yang selalu menemaniku, princess dengan love storynya, dan itu kamu. Saat aku bersamamu aku merasa nyaman, seolah aku sedang berbicara dengan princess. Dan sekarang aku tau bahwa memang benar apa yang kurasakan, kamu adalah princessku. Aku mencintaimu Ri," kata Radit.
"Tapi Dit, bagaimana dengan Shinta, mana mungkin aku harus menghancurkan hati Shinta. Aku merasa tidak enak hati apabila Shinta tau semua ini." Kamu lepaskan genggaman tangan dari tangan Radit.
"Aku tau Ri, tapi aku juga ga mau terus-terusan membohongi Shinta. Jujur selama ini aku kurang nyaman saat bersamanya. Banyak ketidak cocokan yang aku rasakan. Tidak seperti saat bersamamu," terang Radit.
Kamu begitu bingung, dilema rasanya. Di satu sisi kamu merasa bahagia karena Radit juga ternyata mencintaimu tapi di sisi lain rasa bersalah kepada Shinta bersarang.
Bagaimana perasaan Shinta saat dia harus tau semua ini. Apakah harus kamu relakan Radit untuk Shinta, atau harus kamu terima cinta Radit ini. Semua ini terasa gak adil, kamu gak mau hanya karena masalah cinta persahabatan ini hancur.
"Terimalah cinta Radit, Ri..., jangan kecewakan dia. Aku tau dia cinta kamu," suara Shinta tiba-tiba mengagetkan kalian berdua. Ternyata Shinta mendengar pembicaraan kalian dari belakang.
"Maaf Shin, bukan maksudku kaya gini," katamu meyakinkan Shinta. Kamu hapus airmatamu dan perlahan menjauhi Radit.
"Tenang Shin, aku ga kan marah ko sama kamu. Justru aku bahagia karena akhirnya semua ini bisa terjawab dengan sendirinya. Aku tak perlu lagi berbicara yang sebenarnya kepada radit. Dan tentang perasaanku sama Radit, sama halnya seperti Radit ternyata aku hanya mengagumi Radit. Tapi tak bisa untuk menyelaminya. Kami berdua ga cocok. Terlalu banyak perbedaan yang ada pada kita, dan sekarang aku relakan Radit menjadi milikmu karena aku tau kamulah yang terbaik buat Radit." Shinta tersenyum dan menghampirimu, Shinta memelukmu menyatakan kebahagiaannya.
"Makasih Shin, aku ga tau harus ngomong apa sama kamu." Kamu merasa bahagia dengan penuturan Shinta, ternyata dia gak marah, dan semuanya jelas sudah.
"Mentari Az-Zahra... maukah kamu menjadi pacarku...? tiba-tiba radit bersimpuh didepanmu dengan memberikan bunga mawar merah.
Dengan hati yang berbunga-bunga serta senyum yang terus mengembang dari bibir, kamu jawab pertanyaan Radit itu.
"Radit Bagas Pramandha, aku bersedia menjadi pacarmu." Kamu ambil mawar merah yang dipegang Radit sebagai tanda penerimaan.
"Terima kasih princess..." Radit langsung memelukmu
"Sama-sama pangeran." Senyummu berkembang
Shinta yang melihat kalian hanya tersenyum dan menggoda, "Ehem udah dulu dong berpelukannya, jadi iri neh. Hehehe…."
Ternyata persahabatan ini masih terus berjalan, walau kini kamu dan Radit resmi berpacaran tapi hal ini gak mengubah kebersamaan kalian. Kamu, Radit dan Shinta pun berpelukan. Kalian habiskan waktu malam ini bertiga, memandang bintang dilangit yang bersinar indah.