Vanessa Aulia adalah namaku, setiap jam, menit dan detik aku tiada henti memikirkannya, Farhan Ardiansyah. Aku adalah sahabat dekatnya, dari kecil kami selalu bersama walaupun kami sering bertengkar.
"Hey Farhan! berhenti kau, bodoh!" teriakku, mengejar Farhan yang baru saja menjitak kepalaku.
"Kejar aja kalo bisa!" teriaknya dengan mengulurkan lidahnya.
Aku menggenggam tanganku kesal.
"Awas kau! kalau aku dapat, ku bunuh kau!"
Seperti itulah kami setiap hari, Farhan hanya menganggap diriku sebagai sahabatnya dari kecil. Aku sangat menyayangi dirinya, tanpa Farhan sadari dari dulu Aku selalu membantu urusan percintaannya. Waktu itu, Farhan pertama kali pacaran bersama Donita, Farhan terlihat sangat bahagia bersama Nita, namun beberapa hari mereka bertengkar melihat ekspresi murung Farhan, Aku tak tega lalu menghampiri Donita dan memintanya untuk mengerti, bagaimanapun Farhan adalah orang yang lumayan sibuk dengan sekolah dan kegiatan sekolah.
"Ada apa denganmu?" tanyaku, Aku tak tahan melihat ekspresi menyedihkan Farhan.
"Donita marah padaku, menuduhku memiliki yang lain," ujarnya murung.
"Itu karena kau terlalu sibuk dengan pelajaran dan pelajaran. Mengertilah Farhan, seorang perempuan hanya butuh perhatian lebih, jika kau seperti ini terus kau akan putus sama Donita," ujarku emosi, walau Aku memang menginginkan mereka putus, tapi ... Aku tidak tega melihat wajah sedih dari Farhan.
Sehingga...
"Nita, Aku tau kau pasti merasa bersama Farhan sangat membosankan. Karena Farhan selalu menomor satukan pelajaran dan kegiatan sekolah, daripada pacaran. Tapi, percayalah dia sangat mencintaimu," jelasku, walau dada ini terasa sangat amat sesak.
"Benarkah? bukan karena dia ada yang lain?" tanya Donita, Aku menggelengkan kepala.
"Kau percaya padaku, Aku adalah sahabatnya dari lama."
Setelah itu, keesokannya Farhan datang padaku dan berkata mereka sudah baikkan. Dan Farhan berjanji akan lebih perhatian pada Donita, daripada belajarnya.
Satu tahun.
Hubungan mereka lancar, namun mereka harus putus karena Donita harus pergi ke Inggris, bersama orang tuanya dan tidak mau LDR.
"Kenapa? Bukankah kita masih bisa LDR?" teriak Farhan, membuat aku terkejut.
"Farhan!"
"Kenapa Van. Aku sangat mencintainya, bagaimana bisa dia meninggalkan Aku setelah satu tahun, hiks ..."
Deg!
Jantungku serasa berhenti berdetak, Aku sungguh tidak sanggup melihatnya seperti itu. Ternyata Farhan sangat mencintai Donita. Apa yang harus Aku lakukan untuk menghiburnya?
"Sudahlah! Kau lelaki, kenapa cengeng hah! Kalo itu keputusan dia ya sudah! Cari lagi, orang yang benar-benar akan ada untuk Lo!" teriakku,Entah kenapa aku tidak bisa menghiburnya.
"Dasar galak! Bukannya menghibur malah marah-marah!"
"Itu karena kau bego! bodoh!"
"Van, sepertinya Aku tidak bisa melupakan dia, gimana nih?" tanyanya dengan memelas, Aku kesal mendengar itu walaupun aku tidak ada hak untuk memutuskan apa yang menjadi pilihan Farhan.
"Farhan. Lihat aku!" Dia mendongakkan kepalanya menatapku, seketika aku merasa gugup, tapi dengan cepat ku ahlikan.
"Lo masih punya Gue," ujarku, belum sempat selesai bicara.
"Lo suka padaku?"
"Hah, ma-mana mungkin, bodoh. Mang-mangkanya dengerin dulu, baru nyambung!"
'Astaga, astaga, hampir aja keceplosan.' batinku kaget.
"Lo masih punya gue, gue enggak akan biarin Lo gagal ngelupain tuh cewek. Gue yakin, Lo pasti bisa. Fighting, you can do it!"
Setelah hari itu, Farhan mencoba melupakan Donita. Aku setiap hari menganggu dirinya hanya untuk membuat Farhan lupa dengan kesedihannya. Hingga ia mengenalkan seorang perempuan yang Aku tau adalah teman sekelasnya.
"Van, kenalin Ini Mawar pacarku. Dan Mawar ini Vanessa sahabat terbaikku," ujarnya, jantungku di buat sesak.
Aku hanya tersenyum kecut, lalu pergi meninggalkan mereka untuk ke rooftop. Disana aku menatap langit dengan sendu, lalu air mata itu lolos begitu saja.
"Hiks ... hiks, Ya Tuhan. Apa yang harus Aku lakukan, kenapa Aku tak bisa melupakannya. Kenapa dada ini terasa sangat sesak." Aku memukul-mukul dadaku, untuk menghilangkan rasa sesak itu.
"Hahaha!"
Aku terkejut, sangat terkejut ada orang lain dirooftop. Aku langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata ada seorang teman sekelasku bernama, Diego.
"Di-Diego!"
"Ternyata Kau menyukai sahabatmu itu, Farhan?" tanya, sambil mendekatiku.
"Ah, itu. Aku mohon, tolong rahasiain ini."
'Ah, sial. Kenapa harus Diego sih, cowok paling nyebelin dan paling resek sedunia,' batinku, menangisi nasibku.
"Hmm, gimana yah." Aku tau dia hanya pura-pura berpikir, dasar cowok sial*n.
"Oke, dengan syarat. Lo harus selalu mematuhi semua perintah dariku!"
"Hah? Lo mau manfaatin gue hah?"
"Ya udah kalo Lo enggak percaya," ujarnya, lalu berpura-pura pergi.
"Oke, baiklah-baiklah!"
Sejak saat itu, Aku terpaksa selalu mengikuti Diego. Hingga banyak rumor, yang mengatakan bahwa kami adalah sepasang kekasih. Hingga Farhan, bertanya padaku apakah berita itu benar atau bukan.
"Apa yang terjadi, bukannya kau tidak mau pacaran?"
"Itu bukan urusanmu," ujarku menolak menjawab.
Aku mau mengetes, apakah dia cemburu atau tidak. Tapi, dia malah mengatakan akan mendukung hubungan kami. Dengan amarah dan rasa kesal aku meninggalkan dia dan setelah itu aku tidak mau bertemu dengan Farhan, dan hanya mengikuti Diego.
"Kenapa kau tidak bersama sahabatmu itu?" tanya Diego heran.
"Sudahlah, lebih baik kau tidak membahas itu!"
"Vanessa!"
"Ah, sial. Kenapa dia lagi sih," gumamku, langsung menarik Diego pergi.
"Vanessa," lirih Farhan, beberapa Minggu ini Vanessa selalu menghindarinya, setelah kejadian waktu itu.
Farhan sungguh tidak mengetahui apapun, kenapa Vanessa marah padanya?
"Apa Vanessa tidak mau berteman denganku lagi," lirihnya.
Di rooftop.
"Kau tidak bisa selalu menghindari masalah. Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Huh." Aku menceritakan semuanya pada Diego, semua tentang yang kulakukan selama ini untuk Farhan. Membuat Diego kaget, hanya bisa diam mendengar semua cerita dariku.
Beberapa Minggu sudah, aku juga menghindari Farhan. Dengan datang lebih pagi, tapi aku tidak melihat Farhan hari ini. Dimana pun, membuat Aku khawatir tidak biasanya Farhan tidak datang ke sekolah. Apa terjadi sesuatu dengannya, dengan cemas aku menuju kelasnya dan bertanya.
"Emm. Dimana Farhan? apa dia sekolah?" tanyaku pada seseorang siswa.
"Kau bukannya sahabatnya masa tidak tau. Farhan katanya sakit," ujarnya, aku kaget.
"Sakit? kok bisa, bukannya dia sehat-sehat saja kemarin?" tanyaku mendesak.
"Jangan bilang kau juga tidak tau, kalau Farhan dan Mawar putus, karena Mawar menyukai cowok lain, Reyno," ujarnya, darahku mendidih.
"Dimana Mawar dan Reyno?" tanyaku dengan mata yang membara.
"Di belakang sekolah mungkin."
Aku berlari dengan tergesa-gesa, dengan amarah yang membuncah. Bisa-bisanya brengs*k seperti mereka membuat Farhan sampai seperti ini, Ternyata Mawar hanya seorang perempuan yang hanya mencari setiap cowok yang populer. Farhan memang popular di sekolah, karena tampan dan selalu mendapat juara. Hanya satu kurangnya, Farhan kurang peka dan tidak bisa meninggalkan pelajarannya, karena itu sangat berarti bagi Farhan.
Brak!
Aku menendang kayu yang berada di depanku, tepat ada Mawar dan Reyno yang sedang berduaan dan beberapa siswa-siswi lain yang sedang betpacaran.
"Apa-apaan kau Vanessa!" bentak Mawar.
"Kau dasar kurang ajar."
Plak!
"Tamparan itu balasan atas apa yang Lo lakukan sama Farhan. Dan Lo..."
Bugh!
"Tonjokan itu enggak ada apa-apanya sama apa yang Lo buat."
Grep!
Tiba-tiba Mawar menarik rambutku, membuatku jatuh dan tersungkur. Lalu Reyno, dengan tidak berperasaan menendang perutku dan menampar wajahku.
"Dasar wanita galak, kau kira kau siapa hah!" teriak Reyno.
"Farhan itu cuma cowok sok cool, yang aslinya hanya pecundang yang taunya belajar," remeh Mawar, seketika itu jantung rasanya mau melafal.
Dengan sekuat tenaga aku bangkit, dan memukuli kedua orang itu. Namun, saat hendak memukul lagi Reyno menahanku dan hendak menbogem wajahku, Aku menunduk.
'Kok enggak sakit.'
Aku membuka mata, ternyata Diego yang menolongku, sesaat aku kehilangan kesadaranku dan jatuh pingsan.Sebelum benar-benar pingsan, aku melihat Diego, memukuli Reyno habis-habisan. Setelah itu, Diego, Mawar dan Reyno menghadap ke ruangan BK. dan dihukum tidak bisa sekolah satu Minggu.
"Hey Diego! dimana Vanessa?" tanya Farhan, yang belum mengetahui apa-apa.
"Apa? Lo mau cari dia buat apa hah?" bentak Diego kesal, demi bela-belain Farhan si Vanessa jadi babak belur dan di rawat dirumah sakit.
"Gue mau cari dia? dimana dia, kenapa tidak sekolah?"
"Lo, harusnya tau selama ini Vanessa selalu ngelindungi Lo. Sekarang dia dirumah sakit! Gara-gara belain Lo, dia berantem sama Reyno dan Mawar sampe babak belur!" bentak Diego, membuat Farhan kaget.
"Rumah sakit? maksud Lo gimana? jelasin apa yang sebenarnya terjadi sama gue!" teriak Farhan, dia benar-benar bingung terhadap sikap Vanessa.
"Vanessa tuh suka sama Lo bego! dia selama ini ngebantu Lo..." Setelah semua penjelasan Diego, Farhan berlari menuju rumah sakit mencari keberadaan Vanessa yang ia dapat dari Diego.
'Vanesaa, maaf. Maafin aku, yang enggak peka. Aku baru sadar, kamu yang selalu ada buat aku, hiks ...'
Brak!
"Vanessa?"
"Far-Farhan?"
"Ngapain Lo kesini, gue enggak kenapa-kenapa kok," ujarku gugup, tiba-tiba Farhan langsung memelukku.
"Hey, aku sesak. Lepasin."
"Aku sayang sama Kamu. Maafin aku," ujar Farhan.
Deg!
Aku terdiam, maksud sayang dari dia apa? Sayang sebagai sahabat? atau perempuan?
"Jangan membuatku baper dasar gila, aku juga tau kau sayang padaku. Dari dulu, kita sahabatan," ujarku berusaha mengelak, aku tidak mau berharap lagi.
"Enggak, Aku enggak buat kamu baper. Tapi, Kau benaran sayang. CAku cinta sama kamu, maafin aku," ujarnya, membuatku terdiam.
Aku mendorong Farhan.
"Farhan! jangan bercanda lagi, Aku sungguh tidak apa-apa!" teriakku, kesal aku tidak mau di beri harapan palsu.
"Aku tidak bercanda dasar bodoh, Aku sudah mendengar semuanya dari Diego!"
"Hah? dasar tidak tepat janji, kurang ajar. Hiks ... hiks..."
Sejak saat itu kami menjadi sepasang kekasih, orang tua kami mengetahui itu semua. Mereka setuju dan akhirnya setelah tamat sekolah kami menikah.