Senja kala itu menjadi saksi kepergian mu, di depan mataku kau terjatuh tersungkur ke tanah, darah segar mengucur deras dari luka tusukan belati di perut dan dada mu.
Sebelum itu terjadi kita asik berjalan di sekitaran taman kota, masih terlukis jelas senyuman manis di bibir mu kala itu.
Namaku Indri astuti Usia ku 26 tahun, aku adalah wanita yang bahagia karena memiliki tunangan bernama Kriss hanung bramantyo, atau biasa di sapa kriss, Kriss adalah lelaki setia,penyayang,dan peduli kepada semua orang, dan karena kepeduliannya inilah aku kehilangan Kriss.
Sore itu setelah selesai foto prawedding kami berjalan santai di taman kota, untuk melepaskan penat.
"Sayang,apakah kamu haus?" Kriss bertanya.
"Iya nih, haus banget yang." jawab Indri.
"Yaudah,aku beli minum dulu ya, kamu tunggu disini!" Kriss meminta izin beli minuman.
"Jangan lama-lama ya sayang." ucap Indri.
"Iya gak lama kok." sahut kriss sambil berlalu pergi.
Sepeninggal Kriss, Indri asik menatap gambar balita di baliho yang terpajang di taman itu, membuat pikiran nya menghayal betapa bahagianya nanti saat mereka menikah dan di karuniai anak-anak yang lucu-lucu seperti itu.
Rencana nya mereka akan menikah dua minggu lagi semua persiapan sudah hampir final bisa dikatakan sudah 85%.
Semakin dekat hari pernikahan dag dig dug jantung Indri berdetak kencang, perasaan campur aduk ada rasa bahagia,cemas serta ragu mulai menghinggapi pikiran nya, bahagia jelas karena pria yang bersama nya sudah hampir lima tahun ini, kini benar-benar akan menjadi milik nya seutuhnya,
cemas karena akan kah semua berjalan lancar seperti apa yang di harapkan, serta rasa ragu apakah dia kelak bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anak nya nanti.
"Sore-sore bengong, kesambet nanti yang!" Suara Kriss membuyarkan lamunan Indri.
Indri hanya senyum tipis.
"Nih minuman nya! serius banget memang nya ngelamunin apa'an sih?" Kriss bertanya.
"Enggak yang,aku cuman mikir nanti mau punya anak berapa ya?" sahut Indri sambil merekah kan senyuman.
"Emmmh,berapa ya? 12 mungkin." Celetuk Kriss.
"Waduuuh,banyak banget yang." Indri terkejut mendengar celetukan kekasihnya itu.
"Kenapa ? kamu gak mau." ucap Kriss.
"Bukan gitu yang,cuman ngebayangin gimana repotnya ngurus anak sebanyak itu." jawab Indri.
"Kan kita bisa pakai jasa baby sister yang!." Kriss memberi saran.
"Tapi kan aku mau nya ngurusin sendiri,biar bisa jadi ibu seutuhnya, kalo pakai baby sister takut gak terkontrol makan dan minum nya!" Indri menjelaskan
"Yaudah,lagian kan aku cuman memberi saran!" ucap Kriss.
"Iya,iya, lagian masih lama juga punya anak nya." sahut Indri sambil menyandarkan kepala nya kebahu Kriss.
Mereka berdua pun asik membicarakan rencana untuk masa depan.
"Copeet,toloooong ada copet!!!" teriakan wanita paruh baya itu membuyarkan obrolan Kriss dan Indri.
Nampak seorang pria bertopeng sedang merebut tas dari wanita paruh baya itu,setelah berhasil merebut tas dari wanita paruh baya itu, copet itu langsung berlari menuju teman nya yang sudah standby menunggu di atas motornya.
Seperti biasa sikap peduli Kriss kepada orang membuatnya berdiri mengejar copet itu, Kriss memegang salah satu dari copet tersebut, namun sang copet melakukan perlawanan sehingga baku hantam pun tak terelakkan, melihat temannya tak mampu mengimbangi Kriss, lalu teman copet itu pun memarkirkan motor nya dan mencabut sebilah belati yang di selipkan di sela-sela pinggang nya.
Mendapat kan lawan tak seimbang Kriss yang kalah jumlah itu mendapat pukulan serta beberapa tusukan di perut dan dada nya, Indri yang melihat itu hanya mampu teriak sejadi-jadi nya, sehingga membuat perhatian orang-orang, melihat massa yang mulai mendekat copet itupun kabur menjauh.
Kriss berjalan kearah Indri sambil menahan darah yang terus mengucur dari perut dan dada dengan kedua tangan nya.
"Sayang maafkan aku tak bisa memenuhi harapan mu!" ucapan Kriss membuat Indri semakin panik.
"Apa maksud dari perkataan mu yang? jangan bicara ngawur seperti ini." ucap Indri sambil terus menerus menangis.
Kriss hanya tersenyum manis namun senyuman itu terasa menusuk perih hati Indri, dan pada akhirnya Kriss tersungkur jatuh.
"Siapa saja,tolong,tolong!" Indri meminta pertolongan sambil memeluk erat tubuh Kriss yang semakin lemah.
Beberapa orang mencoba ingin menolong, namun sayang, Kriss menghembuskan napas terakhir nya, karena kehabisan darah, membuat Indri menangis teriak sejadi-jadi nya hingga akhir nya Indri pingsan.
Setelah sadar dari pingsan,Indri sudah berada di rumah orangtuanya Kriss, terdengar isak tangis orangtua dan beberapa kerabat Kriss dari ruang tengah membuat suasana semakin larut dalam kesedihan.
aku pun tak kalah sedihnya, apalagi setelah kulihat tubuh Kriss sudah berbalut kain kafan serta hidungnya bersumpal kapas.
Kini dua tahun sudah semenjak senja petaka itu, namun masih tergambar jelas semua kejadian itu, aku selalu mencoba mengikhlaskan kepergian lelaki yang aku cintai itu, aku selalu meyakinkan dalam hati ku jika tuhan lebih menyayangi Kriss dan mempunyai rencana lain untuk ku, dan aku selalu yakin bahwa rencana tuhan lebih indah dari pada rencana hambanya, kita menginginkan apa yang kita mau tetapi tuhan memberikan apa yang kita butuhkan.
Inilah sepenggal kisah duka ku, aku Indri izin pamit kepada pembaca semua,semoga kita di jauhkan dari segala musibah dan di berikan banyak anugerah.
*TAMAT*