Tina, Alex, Mita dan Andri adalah siswa dan siswi yang bersekolah di SMA Kusuma. Mereka adalah 4 sekawan yang suka dengan petualangan dan sering melakukan pendakian di gunung untuk memperoleh pengalaman yang unik.
Berbagai pegunungan telah didaki oleh mereka berempat dan tak ada sesuatu hal aneh yang terjadi.
Tiba saatnya hal aneh terjadi pada mereka saat mereka melakukan pendakian di gunung Ardisaeng yang terletak sekitar 14 kilometer dari rumah mereka.
Disebut Gunung Ardisaeng karena nama itu memang sudah ada sejak zaman dahulu dan nama tersebut adalah perpaduan dari nama sepasang kekasih yang bernama Ardi dan Saeng.
Pendakian ke gunung Ardisaeng dilakukan saat mereka berempat libur sekolah.
Sebelum berangkat pergi ke gunung Ardisaeng, Tina dan kawan-kawan meminta izin kepada orang tua mereka masing-masing untuk melakukan pendakian ke gunung Ardisaeng pada pagi hari.
Selesai meminta izin kepada orang tua mereka masing-masing, Tina dan kawan-kawan berangkat bersama menuju ke gunung Ardisaeng.
Di perjalanan menuju ke gunung Ardisaeng
Tina dan kawan-kawan berangkat menuju ke gunung Ardisaeng tepat jam 07.00 pagi. Mereka berangkat menuju gunung Ardisaeng dengan mengendarai sepeda motor karena jarak gunung Ardisaeng dan rumah mereka sekitar 14 kilometer.
Dalam perjalanan menuju ke gunung Ardisaeng, Alex membonceng Tina dan Andri membonceng Mita.
"Tina... kamu bawa bekal apa saja?" tanya Alex kepada Tina.
Mendengar pertanyaan Alex, Tina langsung menjawab pertanyaan sahabatnya tersebut
"Aku bawa bekal makanan dua bungkus dan air dua liter saja" sahut Tina menjawab pertanyaan Alex.
"Baiklah Tina, nanti aku minta bekalmu saja karena ibuku belum selesai memasak sehingga aku tak sempat membawa bekal dari rumah" jawab Alex kepada Mita.
"Oke Alex, tenang saja, kata temanku yang pernah pergi ke gunung Ardisaeng, sebelum menuju ke pos pendakian, ada tempat penitipan sepeda motor dan beberapa rumah warga yang menjual makanan",
"Jadi sebelum kita menuju ke pendakian gunung Ardisaeng, Kita beli makanan di sana untuk tambahan bekal" jawab Tina memberi solusi kepada Alex.
"Baiklah kalau begitu" jawab Alex sambil mempercepat laju sepeda motornya.
Sementara itu, Andri dan Mita berada di belakang Tina dan Alex. Rupanya Mita membahas hal lain yang saat itu tak dibahas oleh Tina dan Alex
"Andri, aku takut" rengek Mita kepada Andri
"Kenapa kamu takut Mita" jawab Andri kepada Mita
"Kata teman ku yang pernah pergi mendaki ke gunung Ardisaeng, suasananya mencekam dan angker" ucap Mita kepada Andri
Mendengar ucapan Mita, Andri segera menjawab dan berusaha menenangkan Mita
"Mita, kamu gak perlu takut" Ucap Andri menenangkan Mita.
"Kita kan sering mendaki gunung angker"
"Tapi tidak pernah terjadi hal-hal yang aneh bukan?" sahut Andri kepada Mita.
"Iya Andri aku paham" balas Mita kepada Andri
"Gunung Ardisaeng berbeda dengan gunung yang lainnya" ucap Mita kepada Andri
"Jalannya yang seperti piramida dan hanya bisa dilalui oleh satu orang, sangat berbahaya buat kita" ucap Mita kepada Andri.
"Dan lagi, satu tahun yang lalu, ada salah satu pelajar yang terjatuh di gunung itu dan ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa setelah tiga hari pencarian" kata Mita menambahkan.
"Tenang Mita, kan ada aku dan Alex yang akan menjaga kamu dan Tina" kata Andri menenangkan Mita
Mendengar ucapan Andri yang bisa menyejukkan hatinya, akhirnya ketakutan Mita tentang kengerian gunung Ardisaeng mulai berkurang.
"Okelah Andri, aku pasrah saja dan mengikuti alur" ucap Mita kepada Andri.
"Nah gitu dong Mita" jawab Andri kepada Mita.
Tak terasa, 30 menit telah berlalu, Akhirnya mereka berempat telah sampai di rumah penduduk dekat gunung Ardisaeng
Sebelum melakukan pendakian, Tina, Mita, Alex dan Andri menitipkan sepeda motor mereka kepada salah satu warga yang berada di kaki gunung Ardisaeng, Panggil saja pak Sarto.
Pak Sarto adalah salah satu penduduk desa yang tinggal di Kaki gunung Ardisaeng menjelaskan berbagai hal seputar gunung Ardisaeng kepada mereka berempat.
"Nak, sebelum mendaki gunung Ardisaeng, lebih baik kalian berdoa dulu" kata pak Sarto mengingatkan mereka berempat
"Satu hal yang harus kalian ingat dan jangan sampai lupa, jangan sekali-kali mengambil apapun ketika mendaki Gunung Ardisaeng, karena jika kalian nekat mengambilnya, maka kalian tidak akan pernah bisa kembali" ujar pak Sarto dengan wajah yang serius.
"Baiklah pak, kami mengerti" Alex menjawab nasehat dari pak Sarto dengan nada suara yang tegas.
Di sela-sela pembicaraan, Andri mulai bertanya tentang jalan pintas yang bisa dilewati oleh mereka berempat agar cepat sampai ke puncak gunung Ardisaeng.
"Pak, tolong beritahu kami jalan pintas agar kami bisa cepat sampai ke puncak gunung Ardisaeng" desak Andri kepada pak Sarto.
"Baiklah nak, bapak akan memberitahu jalan pintasnya" sahut pak Sarto kepada Andri.
"Jika dari rumah penduduk desa, kalian berjalanlah ke arah utara. Setelah kalian sampai di ujung sungai, kalian belok kiri" jawab pak Sarto kepada mereka berempat.
"Saat berada di sungai, Kalian boleh mengambil airnya tapi ingat, jangan sampai dibawa pulang airnya" pinta pak Sarto kepada mereka berempat.
"Kalian cukup meminumnya di tempat jika kalian merasa haus" ucap pak Sarto kepada mereka berempat sambil menghisap rokok yang baru dinyalakannya.
" Setelah melewati sungai, kalian akan melewati hutan dan kebun kopi, selanjutnya barulah kalian mulai mendaki" ucap pak Sarto memberi penjelasan secara detail kepada mereka berempat.
"Berapa jam kira-kira kita bisa sampai ke puncak pak?" Alex mulai bertanya kepada pak Sarto karena penasaran.
Mendengar pertanyaan Alex, pak Sarto menjawabnya dengan berkata
"Kira-kira, kalian akan sampai ke puncak gunung Ardisaeng sekitar tiga jam dari sekarang" jawab pak Sarto kepada mereka berempat.
Mita tampak melihat jam yang masih menempel di pergelangan tangannya. Sambil melihat jam, Mita berkata
"Teman-teman, saat ini sudah jam 09.00 pagi, berarti kita akan sampai di puncak gunung Ardisaeng tepat jam 12.00 siang" ucap Mita kepada teman-temannya.
Tina yang mendengar pendapat Mita pun menjawab
"Iya, masih siang, kalau ntar kita pulangnya kemalaman, kita bisa bikin tenda di sana sambil menginap " Ujar Tina kepada Mita.
Pendapat Tina yang menginginkan mereka berempat menginap di gunung Ardisaeng, disanggah oleh Mita karena dirinya tidak setuju jika sampai mereka berempat menginap. Mita pun berkata
"Aku gak mau menginap,maksimal jam 3 sore kita harus segera turun teman-teman, aku takut" ucap Mita kepada teman-temannya.
Ketakutan Mita membuat Andri menenangkan Mita.
"Gak perlu takut Mita, kita kan pergi bersama" Ngapain takut?" ucap Andri kepada Mita.
Mendengar ucapan Andri, Pak Sarto berkata kepada Mita yang saat itu terlihat ketakutan.
"Nak, kalau takut gak perlu naik ke gunung, kamu tunggu di kaki gunung saja bersama anak saya Della" ucap pak Sarto mengingatkan.
"Yah penakut kamu Mita, ayo kita harus bersama" ledek Tina kepada Mita
"Baiklah, aku tetap ikut mendaki deh" ucap Mita kepada Tina
Mendengar kawannya sudah mulai menerima keinginannya, Tina pun menjawab
"Nah, gitu dong, jangan cengeng jadi orang" ucap Tina kepada Mita.
Alex dan Andri hanya tersenyum melihat kekonyolan Mita yang terlihat lucu saat dia takut.
Setelah mendengar semua nasehat yang diberikan pak Sarto tentang situasi di gunung Ardisaeng, Tina, Mita, Andri dan Alex berangkat bersama menuju ke gunung Ardisaeng.
Tak lupa, mereka membawa bekal yang telah disiapkan diantaranya makanan, minuman secukupnya dan perlengkapan tenda jika suatu saat mereka kemalaman di hutan.
Awal perjalanan terbilang cukup lancar. Jalan yang dilalui juga datar, tak menanjak. Mereka mendaki gunung dengan bernyanyi bersama.
Sambil mendengarkan temannya bernyanyi, Mita berkata pada Tina
"Tina, kata pak Sarto kita harus berdoa dulu sebelum berangkat, tadi kita lupa untuk berdoa" ucap Mita mengingatkan Tina dan kawan-kawan lainnya.
"Sudahlah Mita, saat berangkat dari rumah, aku sudah berdoa kok" jawab Tina meremehkan nasehat Mita.
Alex dan Andri hanya tersenyum tipis melihat perdebatan antara Mita dan Tina.
"Hai, sudah jangan berebut pendapat" ujar Andri memotong pembicaraan antara Mita dan Tina
"Ucapan Mita ada benarnya, ayo kita berdoa dulu di sini" ajak Andri kepada teman-temannya.
"Baiklah, ayo kita berdoa bersama" sahut Tina, Mita dan Alex.
Akhirnya, mereka berempat berdoa bersama. Suasana di hutan yang berada di kaki gunung menuju ke arah gunung Ardisaeng sangat rindang. Matahari hanya sedikit menunjukkan cahayanya karena tertutupi pepohonan yang sangat lebat.
Beberapa menit kemudian, mereka semua telah menyelesaikan doa mereka. Selesai berdoa, Alex berkata kepada teman-temannya
"Ayo kawan-kawan, kita lanjutkan perjalanan kita" ajak Alex kepada teman-temannya.
Akhirnya, Mereka berempat melanjutkan perjalanan menuju gunung Ardisaeng.
Perjalanan mereka mulai menunjukkan tanda-tanda yang aneh. Pertama kali yang merasakan keanehan adalah Mita. Dengan perasaan yang tidak menentu, Mita menggenggam tangan Ardi yang kebetulan ada di sampingnya
Saat menggenggam tangan Ardi, Mita melihat sosok bayangan hitam berada di belakang punggung Ardi
"Ardi...." teriak Mita sambil melihat punggung Ardi.
Mendengar teriakan Mita, Ardi langsung bertanya kepada Mita tentang apa yang membuat Mita berteriak keras padahal tal ada keanehan yang terjadi selama perjalanan.
Mita, ada apa kamu berteriak histeris seperti kucing kepanasan?" ledek Ardi kepada Mita yang saat itu terlihat mengeluarkan banyak keringat padahal suasana jalan menuju ke pendakian sangatlah sejuk.
Dengan tatapan takut, Mita berkata kepada Ardi
Ardi, di punggung kamu ada sosok bayangan hitam yang selalu mengikuti mu" jawab Mita merespon pertanyaan Ardi kepadanya.
Tina dan Alex yang saat itu berada di depan berhenti sejenak karena mendengar suara teriakan dari Mita.
Sambil menoleh kebelakang, Tina berkata kepada Mita
"Hai Mita, ada apa sih, sejak tadi kamu nih selalu takut terus?" tanya Tina dengan nada ketus
Mita langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya itu
"Tina, aku melihat ada sosok bayangan hitam di punggung Ardi" jawab Mita mempertahankan kebenaran tentang apa yang telah dilihatnya.
Alex yang sejak tadi mendengarkan ucapan Mita pun berkata
"Mita, tidak ada bayangan apapun di punggung Ardi, ujar Alex kepada Mita yang saat itu tetap terlihat ketakutan.
"Beneran Alex, aku melihatnya sendiri tadi" jawab Mita kepada Alex.
Mendengar ucapan Mita yang tetap mempertahankan pendapatnya, Alex bertanya kepada Tina apakah memang benar terdapat bayangan hitam di punggung Ardi.
"Tina, apakah kamu juga melihat bayangan hitam yang dilihat oleh Mita?" tanya Alex kepada Tina
Mendengar pertanyaan Alex yang ditujukan kepadanya, Tina pun menjawab tanpa berpikir dua kali
"Aku tidak melihat keanehan apapun Alex" jawab Tina kepada Alex.
Mendengar jawaban Tina yang memang masuk akal, Alex berkata kepada Mita
"Nah kan?"
"Emang tidak ada apa-apa di punggung Ardi, ucap Alex kepada Mita.
Mendengar kata-kata dari Alex, Mita tak punya alasan lagi untuk mempertahankan pendapatnya jika dia memang benar-benar melihat keanehan yang terjadi selama melakukan perjalanan menuju ke puncak pegunungan Ardisaeng.
Dengan nada pasrah, Mita pun berkata
"Baiklah, mungkin aku hanya halusinasi saja" ucap Mita menenangkan dirinya sendiri.
"Gini aja, Mita jalan ditengah, Tina di depan, aku dan Ardi jalan di belakang kalian jadi gak perlu takut lagi "Ujar Alex memberikan solusi kepada Mita.
Mendengar solusi Alex yang dianggap bagus, Tina mengajak teman-temannya untuk melanjutkan perjalanan.
"Oke, ayo kita lanjutkan perjalanan kita" ucap Tina kepada teman-temannya.
"Ayo ..." jawab Alex, Mita dan Andri.
Mereka berempat pun melakukan perjalanan lagi. Tak terasa mereka telah sampai di sungai dekat kaki gunung Ardisaeng.
Dengan perasaan senang, Andri berkata kepada teman-temannya yang saat itu sedang melepas lelah.
Sambil duduk dan melihat kejernihan sungai yang berada di kaki gunung Ardisaeng, Ardi pun berkata kepada teman-temannya
"Ada sungai airnya jernih banget, aku mau minum dulu ya?" ucap Ardi kepada teman-temannya.
"Oke Ardi, minum saja airnya, asal air yang kau minum tidak dibawa pulang" ujar Mita mengingatkan Ardi
"Tenang Mita, aku tetap akan mengingat nasehat dari pak Sarto" jawab Ardi menenangkan Mita.
Alex, yang saat itu melihat Ardi sedang asyik minum air sungai, mulai melihat jam yang berada dalam genggaman tangannya.
Alex mencari arah utara sesuai dengan arahan pak Sarto ketika mereka masih berada di pemukiman penduduk.
Ternyata kompas yang dimiliki Alex tak bisa digunakan.
"Teman-teman, aku bingung mana arah utara ya?" Tanya Alex sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Alex, pakai kompas yang ada di jam tangan mu kan bisa?" jawab Tina kepada Alex
Mendengar ucapan Tina, Alex pun menjawab
" Tina, kompas ku rusak" jawab Alex kepada Tina dengan wajah keheranan.
"Kok bisa rusak?" tanya Tina kepada Alex yang saat itu terlihat mulai kebingungan.
"Tadi masih bisa kok" jawab Tina sambil mengambil jam tangan Alex yang saat itu berada dalam genggaman Alex.
Setelah mencoba mengutak-atik jam tangan milik Alex, Tina mulai menyerah karena jam tangan milik Alex tak bisa diperbaiki.
" Beneran emang gak bisa" gerutu Tina sambil memonyongkan bibirnya.
"Terus bagaimana dong?" Tanya Mita kepada Tina.
"Aku juga gak bisa melihat matahari karena tertutup pohon yang lebat" ucap Mitha kepada Tina.
Mendengar Mita yang mulai ketakutan, Tina, Alex dan Andri memberi solusi mengejutkan kepada Mita
"Mita, bagaimana kalau kita kira-kira saja arahnya" ujar Tina memberi solusi.
"Ya, ide kamu bagus juga" jawab Alex merespon ajakan Tina yang ditujukan kepada Mita.
"Bagaimana Mita, apakah kamu setuju?" Tanya Alex kepada Mita yang saat itu masih bengong karena cemas melihat jam tangan Alex rusak secara misterius.
Sebelum Mita sempat menjawab pertanyaan Alex, Ardi mulai memberikan pendapatnya secara sepihak
"Sepertinya arah utara ada di sana, sambil menunjuk ke arah hutan pinus yang ada di sebelah kanan sungai.
Akhirnya mereka berempat pergi menuju arah utara yang berada di sisi kanan sungai. Perjalanan menuju arah utara sangat lancar.
"Mita, bagaimana apakah kau masih merasa takut?" sindir Tina kepada Mita
"Tina, aku mulai tidak takut lagi" jawab Mita menanggapi pertanyaan Tina
"Suasana di hutan ini sangat indah" ucap Mita menambahkan
"Lihat di depan sana seperti ada taman bunga" jawab Mita sambil menunjuk arah utara
"Iya, benar juga, ayo kita segera menuju ke sana" ajak Tina
"Andri, Alex ayo kita menuju ke arah sana" ajak Tina kepada Andri dan Alex
"Iya, ayo, kalian di depan, kami dibelakang" jawab Andri kepada Tina.
Akhirnya mereka berjalan bersama menuju arah taman bunga ditengah hutan pinus yang dedaunannya tampak lebat.
Di tengah perjalanan secara tak sengaja Tina melihat tanaman bunga yang indah. Dia adalah wanita yang suka dengan bunga.
"Mita, aku suka dengan bunga itu" ucap Tina sambil menunjukkan setangkai bunga yang indah berwarna ungu.
Melihat Tina yang menunjukkan setangkai bunga kepadanya, Mita berkata kepada sahabatnya
"Tina, apakah kamu tidak ingat perkataan pak Sarto ketika kita masih berada di kaki gunung ardisaeng?" kata Mita mengingatkan Tina
"Kita tidak boleh mengambil apapun termasuk bunga selama perjalanan" ucap Mita memperjelas.
"Ah Mita, hanya satu saja, aku suka bunga itu " kata Tina sambil pergi meninggalkan Mita dan mengambil setangkai bunga ungu yang diincarnya.
Melihat kelakuan Tina yang sudah diluar kendali, Mita memanggil Alex dan Andri yang saat itu masih dibelakang mereka.
"Alex, lihat Tina gak nurut apa kata pak Sarto" ucap Mita kepada Alex
"Kita tidak boleh mengambil barang apapun selama melakukan pendakian di gunung ini, tapi Tina tidak mendengarkan nasehatku" beber Mita kepada Alex
Mendengar perkataan Mita, Alex berusaha mengingatkan Tina dan berkata
"Hai Tina, dengarkan nasehat Mita, kita gak boleh mengambil apapun di hutan ini" ujar Alex kepada Tina
"Kalau mau bunga, tenang saja besok aku belikan kalau kita sudah pulang dari pendakian gunung" janji Alex untuk Tina
"Alex, aku ambil satu saja, toh gak akan aku bawa pulang hanya memetik nya saja nanti kalau aku sudah pulang, bunga ini aku buang saja deh" kata Tina kepada Alex
"Oke dah, asal jangan dibawa pulang" kata Alex kepada Tina
Akhirnya Tina memetik satu tangkai bunga ungu yang indah.
Setelah mengambil bunga warna ungu, Tina dan kawan-kawan melakukan perjalanan lagi menuju puncak gunung Ardisaeng
Beberapa menit kemudian saat perjalanan keanehan demi keanehan terjadi.
Suasana selama perjalanan terasa gelap.
Alex berkata kepada Andri
"Andri, apakah kamu merasa ada yang aneh?" tanya Alex kepada Andri
" Iya Andri, sejak tadi kita tetap berputar- putar saja di tempat ini" jawab Alex kepada Andri
"Tina, Mita, ayo kita istirahat sebentar" ajak Andri kepada Tina dan Mita yang saat itu berada tepat didepan mereka.
"Oke Andri" jawab Tina dan Mita
Akhirnya Tina dan Mita beristirahat dibawah pohon pinus.
Sambil beristirahat ada sosok kakek tua yang berjalan ke arah mereka
"Hai nak, kalian mau pergi kemana?"tanya kakek tua kepada mereka berempat
"Kakek, kami akan pergi melakukan pendakian ke gunung Ardisaeng"
"Tapi sejak tadi kami selalu berputar-putar saja di tempat ini tidak sampai ke puncak" jawab Andri kepada kakek tua
"Apakah kalian mau ikut kakek?"ajak kakek tua kepada Andri dan Alex
"Mau pergi ke mana kek?" tanya Andri penasaran
"Ke rumah kakek sebentar, tak jauh dari sini" ajak kakek tua kepada Andri dan Alex
Karena waktu terlihat hampir sore dan mereka tak kunjung sampai di puncak gunung, akhirnya Andri dan Alex menerima ajakan kakek tua itu untuk pergi bersamanya.
"Tina, Mita, ayo kita mampir ke rumah kakek dulu" ajak Alex dan Andri
Mendengar ajakan dari Alex dan Andri, Tina dan Mita pun menurut. Persediaan makanan mereka hampir habis, namun perjalanan menuju puncak gunung Ardisaeng tak juga sampai.
"Baiklah ayo kita mampir saja, aku sudah lapar mungkin kakek berkenan memberikan sedikit makanan dan minuman kepada kami" ujar Tina dengan nada bercanda
Akhirnya mereka berempat pergi mengikuti kakek tua itu pergi ke arah utara.
Sepanjang perjalanan, suasana tak sepi seperti saat tadi melakukan pendakian. Penduduk makin ramai dan banyak penduduk yang melakukan aktivitasnya.
Namun anehnya, tiap Mita menyapa salah satu penduduk yang berada di sana, tak ada satu orang pun yang mau menyapa dirinya.
Karena penasaran, Mita bertanya kepada kakek tua itu
"Kakek, di gunung ternyata banyak perumahan warga ya?" tanya Mita kepada Kakek tua
"Iya nak, di sini banyak rumah penduduk dan merupakan desa yang padat penduduknya" jawab kakek tua itu.
"Tapi kek, kenapa tiap penduduk yang aku sapa tidak merespon?" tanya Mita penasaran
Kakek tua tersebut menjawab
"Penduduk di desa ini, jika ada orang asing datang, malas untuk bertegur sapa" jawab kakek tua tersebut menjelaskan
"Nanti jika kalian sudah lama di sini kalian akan mengerti sifat penduduk di desa ini" tambah kakek menjelaskan.
"Oke lah kek, aku sedikit lebih paham" kata Mita mengakhiri pembicaraannya dengan kakek tua.
Perjalanan ke rumah kakek tua tersebut tak kunjung sampai. Karena tak sabar, Mita bertanya lagi kepada kakek tua yang saat itu sedang asyik berjalan
"Kakek, rumah kakek ada di mana?"
"Masih jauh?" tanya Mita kepada kakek tua
"Itu rumahku" jawab kakek tua sambil menunjukkan sebuah gubuk tua namun terlihat kokoh dan bagus.
Mita merasa lega karena telah sampai di rumah kakek tua itu.
"Ah Mita, kamu ni cerewet jadi orang selalu bertanya" ucap Tina kepada Mita
"Iya Tina, aku penasaran saja, kenapa rumah kakek sangat jauh sekali" jawab Mita menanggapi ucapan Tina
"Sudahlah jangan berdebat, tuh kita ditunggu kakek untuk masuk ke gubuknya" ucap Andri melerai perdebatan Mita dan Tina.
Akhirnya mereka berempat masuk ke gubuk kakek tua tersebut.
Sampai ke dalam gubuk, mereka berempat di sambut oleh seorang nenek yang masih terlihat cantik
"Hai nak, perkenalkan saya istri dari kakek tua" ucap nenek tua memperkenalkan diri
"Iya nek, terimakasih sudah menyambut kami dengan baik" balas Mita kepada nenek tua
"Ayo nak, makan dulu, ada makanan di meja" tawar nenek tua kepada Mita, Tina, Andri dan Alex.
"Terimakasih nek..", jawab mereka berempat secara bersamaan
Akhirnya mereka berempat menyantap makanan yang berada di meja. Perut mereka memang sangat lapar kala itu karena tak ada makanan pun yang masuk selama perjalanan menuju rumah kakek tua
"Enak banget makanannya ya"?, ucap Tina kepada teman-temannya.
"Iya enak banget" jawab Alex Mita dan Andri
Setelah selesai memakan makanan pemberian kakek tua dan istrinya, Ardi dan kawan-kawan meminta izin kepada kakek tua untuk pergi melanjutkan perjalanan mereka.
"Kakek, kami minta izin untuk berangkat melanjutkan perjalanan lagi ya?" ucap Ardi meminta izin kepada kakek tua
"Baik nak, terimakasih kalian sudah mampir ke gubuk ku" jawab Kakek tua
"Iya kek, nanti saya akan mampir ke sini lagi jika sudah turun gunung" ucap Ardi kepada kakek tua
"Baiklah nak" jawab kakek tua kepada Ardi
Setelah meminta izin kepada kakek tua dan istrinya, Akhirnya Ardi dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan menuju ke puncak gunung Ardisaeng.
Di perjalanan menuju pegunungan Ardisaeng, suasana makin mencekam. Saat melakukan pendakian, Tina terpeleset dan terjatuh ke dasar jurang gunung Ardisaeng.
"Teman-teman tolong aku" jerit Tina memanggil teman-temannya
"Tina...." panggil Alex, Mita dan Andri
Karena rasa toleransi pertemanan yang sangat tinggi, mereka menyusul Tina yang terjatuh di jurang.
Mereka berempat akhirnya pingsan dengan luka di sekujur tubuh mereka.
Beberapa waktu kemudian tanpa disadari, mereka berempat terbangun bersama-sama.
Ada 2 orang yang menolong mereka. Wajah mereka sangatlah buruk dan bertubuh pendek.
"Kalian sudah sadar?" tanya seorang diantara mereka berdua
"Iya, kami ada di mana sekarang?" tanya Tina penasaran
"Kalian ada di desa Kasemek" jawab salah satu penolong.
"Andri, kok situasi tempatnya berbeda dengan saat kita di hutan tadi ya?" kata Tina kepada Andri
"Iya, di sini seperti tempat yang berbeda"
"apakah kita sudah tidak berada di pegunungan lagi?" tanya Andri kepada Tina
Alex yang mengetahui hal ini juga berpikiran sama dengan yang dipikirkan oleh Tina dan Andri.
Apakah saat kita terjatuh, dua orang ini membawa kita keluar dari hutan menuju ke perkampungan mereka?" tanya Alex sambil menunjukkan wajah yang kebingungan.
"Mungkin saja" jawab Mita pendek
"Ayo sekarang ikut kami" ajak salah satu orang tersebut.
Akhirnya, Tina, Alex, Andri dan Mita pergi bersama dua orang yang menolongnya.
Ternyata mereka berempat dibawa ke sebuah tempat yang aneh. Banyak penduduk yang berlalu lalang melaksanakan aktivitasnya. Wajah mereka tak seperti manusia biasa. Ada yang lidahnya panjang menjulur ke depan, ada yang bertubuh pendek dan mata nya melotot keluar
"Alex, aku takut" Jerit Mita kepada Alex yang sejak tadi berada di sampingnya
Melihat semua penduduk berwajah aneh, Alex memberanikan diri untuk bertanya kepada dua orang yang menolongnya tersebut.
"Pak, mengapa penduduk di sini berwajah aneh dan tidak sama dengan manusia pada umumnya?" tanya Alex kepada kedua orang yang menolongnya tersebut
"Kamu lebih baik diam dan ikut kami" jawab salah satu orang yang menolong mereka berempat.
Akhirnya Alex diam dan menurut perintah kedua orang yang menolongnya tersebut.
Pada akhirnya, mereka berempat sampai di sebuah istana tua yang terlihat angker.
Saat mencoba masuk, banyak prajurit yang berjaga di istana tersebut
Wajah prajurit nya sangat buruk dan membuat Mita ingin muntah tapi ditahannya
Ada yang lidahnya menjulur keluar, rambut panjang, mata melotot dan wajah buruk lainnya.
"Bagaimana ini, mengapa kita berada di tempat seperti ini?"
"Aku pengen pulang..." jerit mita sambil menangis
"Mita, kamu diam kenapa sih"
"Kita semua di sini takut, bukan hanya kamu" ucap Tina kepada Mita
Sambil menggenggam tangan Tina, Mita tetap ikut berjalan walau seluruh badannya bergetar karena rasa takut yang amat sangat.
Beberapa saat kemudian, ada suara aneh yang memanggil Mita, Tina, Andri dan Alex.
"Hai manusia, mengapa kau datang ke tempatku" tanya salah satu makhluk yang sangat aneh.
Terlihat, makhluk tersebut mempunyai taring yang panjang dan lidahnya menjulur keluar.
"Maaf, kami tidak tahu karena tiba-tiba kami terjatuh dan terperangkap di tempat ini" jawab Alex dengan nada ketakutan.
"Jangan banyak alasan, ayo kalian kemari, mendekatlah kepadaku!" perintah Makhluk tersebut kepada mereka berempat.
Dengan penuh ketakutan, empat sekawan yang bernama Mita, Tina, Andri dan Alex segera mendekati makhluk yang buruk rupa tersebut.
Mahluk buruk rupa tersebut melihat wajah mereka berempat dengan seksama
"Wajah kalian sungguh cantik dan tampan"
"Kalau kalian mau, aku akan menjodohkan kalian berempat dengan anak anakku"
"Kalian tinggal pilih mana yang kalian suka" ucap makhluk yang buruk rupa tersebut kepada Tina, Mita, Alex dan Andri
"Kalian tentunya belum kenal siapa aku"
"Namaku adalah Raja ahmed penguasa di kerajaan ini" ucap Ahmed dengan tersenyum lebar.
Dengan sisa keberaniannya, Alex bertanya kepada Ahmed
"Maaf, kami berada di mana?" tanya Alex kepada Ahmed
"Kalian berada di kerajaan Jin" jawab Ahmed singkat
Mendengar jawaban dari Ahmed, Mita menangis dan berkata
"Aku ingin pulang, aku ingin kembali ke alan manusia" rengek Mita menangis seperti bayi
"Kalian tidak bisa kembali ke alam manusia karena kalian sudah resmi menjadi milikku" ucap Ahmed dengan sedikit tersenyum
"Aku ingin kalian menikah dengan anak-anakku"
"Kalian adalah manusia beruntung karena banyak rakyat di negeriku ingin menikahkan anak mereka dengan anak-anakku"
"Masalah harta, kalian tidak perlu khawatir karena aku akan memenuhi keinginan kalian" ucap Ahmed sambil terus memandang Alex, Tina, Andri dan Mitha.
Andri yang mulai bisa mengendalikan ketakutannya dan berkata
"Baiklah Raja Ahmed, sekarang tunjukkan mana anak-anak mu yang harus kami nikahi" pinta Andri kepada Raja Ahmed
Dengan tersenyum lebar, Raja Ahmed memanggil anak-anaknya untuk menemui Andri, Alex, Tina dan Mita.
Sebelum memperlihatkan anaknya kepada Andri, Alex, Tina dan Mita, Raja Ahmed terlebih dahulu mengeluarkan ilmu sihirnya.
Dengan kekuatan sihir yang dimiliki, Raja Ahmed membuat wajah anaknya menjadi cantik dan tampan menurut pandangan Tina, Alex, Mita dan Andri.
Raja Ahmed tak ingin jika Mita, Tina, Andri dan Alex tak bisa menerima wajah anaknya yang memang buruk di mata manusia.
Setelah menggunakan kekuatan sihirnya, Raja Ahmed memperkenalkan anak-anaknya kepada Mita, Andri, Alex dan Tina.
Wajah anak-anak Raja jin Ahmed terlihat sangat cantik dan tampan.
Ketakutan Mita, Andri, Alex, dan Tina sedikit memudar
"Raja, apakah benar mereka adalah anak-anak mu?" tanya Alex dengan wajah tak percaya
"Ya benar, mereka adalah anak-anakku" jawab Ahmed dengan sedikit tersenyum
"Kalian harus menyetujuinya karena jika tidak, kalian akan kami masukkan ke penjara negeri jin "
"Aku ingin membahagiakan anak-anakku karena mereka adalah hartaku yang paling berharga" ucap Ahmed kepada Tina, Alex, Mita dan Andri
"Bagaimana, apakah kalian setuju?" tanya Raja Ahmed kepada Mita, Andri, Tina dan Alex
Mendengar pertanyaan Raja Ahmed mereka berempat saling pandang dan bingung dengan apa yang telah terjadi pada mereka
Di kerajaan Jin
Setelah berpikir keras akhirnya Andri berkata kepada Raja jin Ahmed
"Kalau ceweknya cantik gini mah aku mau" ungkap Andri tanpa berpikir dua kali.
"Hei Andri, kamu harus mikir panjang"
"Kita sekarang berada di negeri jin"
"Kamu mau menikah dengan jin?" ungkap Mita menasehati Andri.
"Aku sebenarnya juga takut Mita, tapi kita tidak ada pilihan lagi selain menikah dengan anak raja Ahmed" jawab Andri
Mendengar ucapan Andri yang ada benarnya, akhirnya mereka semua menyetujui permintaan Raja Ahmed untuk menikah dengan anak raja Ahmed tanpa berpikir panjang lagi.
Sepertinya mereka berempat sudah pasrah menerima keadaan.
"Baiklah Raja Ahmed, kami setuju, asalkan engkau mengabulkan permintaan kami" pinta Alex kepada Raja Ahmed
"Baiklah, apa permintaan mu?" tanya Raja Ahmed kepada Alex dan kawan-kawan
"Aku minta jika nanti kita sudah menikah dengan anak-anak mu, izinkan kami pulang ke alam manusia untuk menjenguk ayah dan ibu kami" pinta Alex kepada Raja Ahmed
"Baiklah, aku akan mengabulkan permintaan kalian" jawab raja Ahmed kepada Alex dan kawan-kawan.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Raja jin Ahmed mengadakan pesta besar untuk menikahkan Alex, Mita, Andri dan Tina.
Ritual pernikahan pun digelar.Mereka melakukan pernikahan gaib dengan bangsa jin yang merupakan anak keturunan Raja Ahmed.
Kebahagiaan terpancar di raut wajah Raja Ahmed karena telah berhasil menikahkan anak-anaknya.
Setelah acara pernikahan gaib digelar, Raja Ahmed memberikan hadiah kalung ajaib kepada andri, Mita, Alex dan Tina.
"Kalian pakai saja kalung pemberianku"
"Jika kalian hendak menemui anak-anakku, kalian bisa memakai kalung ini" ucap Raja Ahmed kepada Tina, Mita, Andri, dan Alex.
"Baiklah terimakasih" jawab mereka berempat.
"Kalian boleh kembali ke negeriku semau kalian, tapi ingat, saat pulang ke dunia manusia, kalian jangan menoleh kebelakang" ucap Raja Ahmed memberi peringatan kepada mereka berempat.
"Baik Raja, kami akan mengikuti saran dari Raja" jawab mereka berempat.
Akhirnya mereka berempat pergi ke dunia diantar para prajurit Raja Ahmed sampai si pintu gerbang.
Di dunia manusia
Ayah dan ibu dari Alex, Mita, Tina dan Andri bersama-sama mencari keberadaan anak mereka.
Sudah 5 hari mereka berempat hilang saat melakukan pendakian di gunung Ardisaeng.
Mereka meminta bantuan warga desa sekitar untuk menemukan keberadaan anak mereka.
Warga desa menggunakan sarana kentongan dan memanggil nama keempat anak mereka.
"Tina..., Andri..."
"Alex......, Mita...dimana kamu nak..." panggil warga desa secara bergantian memanggil keempat anak tersebut.
Namun upaya yang dilakukan orang tua Tina, Mita, Andre dan Alex seakan sia-sia. Mereka tak bisa menemukan anak mereka.
"Ya Tuhan, cobaan apa yang engkau berikan kepada kami sehingga kami harus kehilangan anak kami" ucap ibu Tina sambil menangis.
Salah satu warga desa yang bertempat tinggal di daerah sekitar gunung Ardisaeng berkata
"Sudah bu, jangan menangis"
"Kita sudah berusaha, Tuhan yang menentukan"
"Ayo kita pulang saja"
"Besok kita lanjutkan pencarian"
"Hari sudah mulai gelap dan medan juga sulit dijangkau" ucap salah satu warga kepada ibu Tina.
"Tapi anakku belum ditemukan, bagaimana ini?" kata ibu Mita kepada salah satu warga sambil terus menangis.
"Serahkan pada Allah bu, jika Allah menghendaki, mereka akan pulang dengan selamat" nasehat salah satu warga kepada ibu Tina.
"Iya pak"
"Boleh saya bertanya?" tanya ibu Tina kepada salah satu warga desa
"Apakah bapak tahu rumah warga desa yang memahami seluk-beluk gunung Ardisaeng?" tanya ibu Tina penasaran
"Ya, saya kenal bu"
"Kalau ibu mau, mari saya antar ke rumahnya" ajak salah satu warga kepada Ibu Tina
Baiklah pak, ayo kita ke sana " jawab ibu Tina dengan wajah semangat.
Sementara itu, ibu dari Mita, Andri dan Alex mengikuti arah kemana ibu Tina pergi.
Mereka bertiga sudah pasrah akan keadaan dan tak punya semangat lagi untuk mencari keberadaan anak mereka yang hilang.
Sampai di rumah Pak Sarto
Orang tua Tina, Alex, Mita dan Ardi telah sampai di rumah pak Sarto, salah satu warga yang berada di kaki gunung Ardisaeng.
Mereka ingin menanyakan tentang keberadaan anak mereka apakah sempat mampir di rumah pak Sarto.
Karena menurut informasi dari para pendaki gunung yang sudah pernah mendaki di gunung Ardisaeng, mereka mengikuti arahan dari pak Sarto salah satu penduduk yang mengetahui tentang seluk-beluk dan keangkeran gunung Ardisaeng.
"Pak Sarto, mohon maaf kami mengganggu"
"Ada orang tua pendaki yang kehilangan anak mereka di saat mendaki gunung Ardisaeng" ucap salah satu warga desa yang mengantar orang tua Tina, Alex, Mita dan Andri.
"Oh silahkan masuk, bapak, ibu" sapa pak Sarto dengan nada ramah
Akhirnya, orang tua Tina, Alex, Mita dan Andri memasuki rumah pak Sarto.
Dengan berurai air mata, Ibu Tina menjelaskan kepada Pak Sarto jika anak mereka ada 4 orang. Dua orang laki-laki dan sua orang perempuan.
"Mohon maaf bapak ibu, nama anak ibu siapa?" tanya pak Sarto kepada ibu Tina.
*Nama anak saya Tina pak, sedangkan ketiga temannya yang lain bernama Alex, Andri dan Mita" jawab Ibu Tina sambil menahan air matanya.
"Baiklah bu, akan saya terawang dahulu" jawab pak Sarto kepada ibu Tina.
"Baik pak terimakasih sebelumnya" jawab ibu Tina kepada pak Sarto.
Setelah pak Sarto berkata demikian, pak Sarto pergi menuju ke dalam kamarnya untuk melakukan ritual khusus yaitu berkomunikasi dengan jin penunggu gunung Ardisaeng.
Dengan membaca mantra dan menghidupkan api yang ditaburi dupa, pak Sarto mulai berkonsentrasi mencari keberadaan Alex, Mita, Tina dan Andri.
Mantra yang diucapkan pak Sarto tidak terlalu panjang, namun situasi rumah pak Sarto yang gelap dan berada di kaki gunung Ardisaeng membawa kesan mistis yang sangat kuat.
Ritual yang dilakukan pak Sarto dilaksanakan pada waktu sore hampir magrib.
Waktu dimana para jin, setan, dedemit bangun dari tidurnya untuk melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
Berikut mantra yang diucapkan oleh pak Sarto
"Dengan segala kekuatan jin perewangan yang ada di samping kanan kiriku"
"Tunjukkanlah keberadaan Andri, Mita, Tina dan Alex"
"Tampakkan Lah kepadaku, dimana mereka berada"
Mulut pak Sarto komat-kamit merapalkan mantra yang sudah dihafal sejak pak Sarto kecil.
Tiba-tiba muncul asap tepat berada di hadapan pak Sarto
"Hai pak Sarto, apa yang kamu inginkan?" tanya sosok bayangan hitam dengan lidah yang panjang menjulur ke depan
Tanpa rasa takut, pak Sarto menjawab pertanyaan jin yang telah datang memenuhi panggilannya.
"Wahai jin penunggu gunung Ardisaeng"
"Sampaikanlah kepadaku informasi tentang keberadaan Mita, Alex, Tina dan Andri" ucap Pak Sarto dengan nada suara sedikit pelan.
"Pak Sarto, mereka berempat telah menikah dengan anak dari Raja kami"
"Mereka beruntung telah mendapatkan anak Raja"
"Karena, kami sebagai rakyat jin sudah mengantri jika ingin menjadi pasangan anak raja jin" jawab jin penunggu gunung Ardisaeng kepada pak Sarto
Pak Sarto tertunduk lesu mendengar kabar dari jin penunggu Ardisaeng.
Pak Sarto bingung, apa yang harus dikatakannya kepada orang tua mereka.
"Baiklah, kalau begitu terimakasih informasinya" jawab pak Sarto kepada jin penunggu gunung Ardisaeng
Setelah berbincang-bincang dengan penunggy gunung Ardisaeng, pak Sarto segera menemui orang tua dari Keempat anak yamg hilang tersebut dan mengatakan apa adanya kepads mereka berempat.
"Bapak, ibu, anak bapak ibu sekarang berada di alam jin" kata pak Sarto menjelaskan
"Terus, apa yang akan kami lakukan pak agar mereka bisa pulang?"tanya ibu Tina penasaran
"Aku tidak tahu cara membawa mereka pulang" jawab pak Sarto pendek
"Namun kalau mau mengikuti tradisi di desa ini, bapak ibu dan warga desa setempat harus membunyikan kentongan agar didengar oleh mereka" kata pak Sarto
"Baiklah pak, kami akan meminta bantuan warga desa Ardisaeng untuk mencari keberadaan anak kami" ucap ibu Tina kepada pak Sarto
Akhirnya, keempat orang tua yang telah kehilangan anaknya tersebut mendatangi kepala Desa Ardisaeng untuk meminta bantuan kepada warga yang mau mencari keberadaan anak mereka.
Untungnya, semua warga Ardisaeng memberi respon positif dan bersedia membantu pencarian keempat anak mereka.
Akhirnya, mereka menabuh kentongan dan memanggil nama keempat anak yang hilang di hutan Ardisaeng.
Di negeri jin, Tina, Alex, Mita dan Andri memang sedang menuju jalan pulang. Para prajurit dari golongan jin mengantar mereka menuju ke perbatasan pintu antara jin dan manusia.
Sampai di perbatasan antara negeri jin dan manusia, salah satu prajurit berpesan kepada mereka berempat bahwa jangan sekali-kali menoleh kebelakang karena mereka tak kan mampu melihat semua yang terjadi jika memaksa melakukannya.
Mita mematuhi nasehat prajurit jin dan terus menghadap ke depan saat melakukan perjalanan ke alam manusia. Sementara ketiga temannya tergoda untuk melihat kebelakang karena penasaran dengan suara-suara yang ada dibelakang mereka.
Tak terasa, Mita sudah berjalan sangat jauh dan pergi meninggalkan teman-temannya yang masih kagum akan keindahan alam jin.
Saat Mita hampir sampai ke alam manusia, dia mendengar suara kentongan yang memanggil namanya maupun nama teman-temannya.
"Tina...."
"Mita...."
"Andri..."
"Alex......"
"Kalian dimana... Ayo pulang" suara itu semakin terdengar di telinga Mita.
Tanpa menoleh ke belakang dan terus melihat ke arah depan, Mita berusaha menjawab panggilan suara itu.
"Aku di sini.. " kata Mita
"Tolong aku...." pinta Mita dengan suara parau.
Mita terus berusaha memanggil dan akhirnya salah satu penduduk Ardisaeng menemukan keberadaan Mita
Tubuh Mita sangat kurus dan pucat.
"Mita anakku, kamu sudah kembali" ucap Ibu Mita sambil memeluk Mita dengan erat.
"Dimana teman-teman mu nak?"
"Kami hanya melihat kamu saja"
"Apakah kalian terpisah?" tanya salah satu warga
"Mereka ada di belakang saya pak" jawab Mita
"Tidak ada nak, yang ada hanya kamu di sini" kata salah satu warga
Mita mulai terkejut dengan kejadian yang baru saja dia alami bersama teman-temannya.
"Pak, beneran"
"Tadi mereka ada di belakang saya dan ikut berjalan bersama saya" jawab Mita terbata-bata.
"Oke kalau begitu, lebih baik, kamu istirahat di rumah pak Sarto" ucap salah satu warga kepada Mita
"Biar aku dan warga pergi mencari ke sana" kata salah satu warga yang berada di dekat gunung Alrdisaeng
Sementara itu, ibu Mita sangat bersyukur karena anak perempuan satu-satunya telah ditemukan. Walaupun senang, ada rasa sedikit sedih karena ketiga teman Mita belum ditemukan.
Di perbatasan negeri jin, Alex, Tina dan Andri asyik melihat kebelakang karena banyak suara-suara yang memanggil mereka.
Mereka bertiga telah lupa akan peringatan Raja jin bahwa jangan menoleh ke belakang jika ingin pulang ke dunia manusia.
"Andri, tuh banyak orang berpakaian baju putih memanggil kita"
"Ayo kita ke sana"
"Aku penasaran" kata Tina mengajak Andri
"Ayo Tina, aku juga penasaran" jawab Andri kepada Tina.
"Aku ikut.." kata Alex
Sementara itu, Bunga berwarna ungu yang dipetik Tina saat melakukan perjalanan di gunung Ardisaeng tampaknya masih berada di dalam saku bajunya.
Bunga tersebut yang menghalangi Tina untuk kembali ke alam manusia, namun Tina tak menyadari akan hal itu.
Tina, Andri, Alex pun akhirnya terjebak ke dunia iblis, dimana berbagai macam iblis berada di sana.
Saat Tina, Alex dan Andri mencari sumber suara yang memanggil mereka, ternyata tad ada siapapun di sana. Yang ada hanya segerombolan makhluk yang lebih menakutkan daro bangsa jin. Bangsa yang baru saja mereka temui.
"Andri, kita berada dimana nih"
"Kemana perginya Mita?" tanya Tina
"Aku juga gak tau Tina" jawab Andri
"Lihat itu banyak rumah aneh, dan penduduk disini wajahnya buruk semua" kata Alex kepada kedua temannya
"Sudahlah Alex, jangan seperti Mita, ayo kita jalani dan bertanya kepada penduduk setempat daerah apa ini" kata Andri kepada Alex.
Akhirnya Alex, Andri dan Tina pergi menemui salah satu warga desa yang berada di rumah tua.
"Pak, saya mau tanya, daerah apa ini?" tanya Tina penasaran
Warga desa itu memandang Tina dengan tatapan sinis, seakan tau kalau Tina adalah orang asing yang datang ke wilayah mereka.
"Ada apa kalian kemari" tanya warga tersebut
"Maaf pak, saya dan teman-teman tersesat di desa ini" kata Alex memberanikan diri
"Oh, aku tau"
"Apakah kalian segerombolan manusia yang baru menikah dengan anak raja jin?" tanya warga tersebut
"Iya benar, darimana bapak tau?"
"Kami diminta raja jin untuk kembali ke alam dunia untuk melepas kangen dengan kedua orang tua kami"
"Namun, kami tak bisa menemukan jalan pulang itu" kata Tina kepada salah satu warga tersebut
Sambil tersenyum, salah satu warga negeri iblis berkata
Kalian telah melanggar perintah Raja Ahmed
"Dia telah berbaik hati meminta kalian untuk tidak menoleh kebelakang saat perjalanan pulang, namun kalian bertiga melanggarnya" kata salah satu warga negeri iblis.
"Terus, bagaimana nasib kami pak" tanya Andri penasaran
"Berarti, kalian masih terpesona dengan keindahan alam kami, dan kalian tidak akan bisa pulang ke alam dunia"
Tina menangis sejadi-jadinya. Melihat Tina menangis, Alex dan Andri mencoba menenangkan hati Tina dengan berkata
"Tina, bukan hanya kamu yang mengalami kejadian menyedihkan ini"
"Ada aku dan Alex yang akan menemani kamu"
"Ayo kita berjuang"
"Siapa tau, kita bisa bebas" kata Alex
Suasana di kampung iblis sangat aneh. Tak ada cahaya matahari di sana. Suasana terasa seperti sore hari. Andri, Alex dan Tina beristirahat di bawah pohon yang rindang dan besar. Pernikahan mereka dengan anak Raja jin tak menjamin mereka bisa berbuat semau mereka.
Mereka hanya dijadikan ikon oleh Raja jin Ahmed untuk memberi status kepada anak-anaknya. Setelah itu anak Raja jin cukup mengambil sari pati tubuh mereka saja.
Alex, Tina dan Andri merasakan kelaparan yang amat sangat. Karena tak kuat menahan lapar, mereka memakan tumbuh-tumbuhan serta buah-buahan yang ada di sana.
Rasanya memang sangat berbeda dengan rasa tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang ada di dunia manusia. Namun, tak ada lagi yang bisa dimakan oleh mereka bertiga.
Sementara itu di dunia manusia, orang tua Tina, Alex dan Andri sudah menyerah melakukan pencarian terhadap anak mereka. Akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing dan melaksanakan aktivitas seperti biasa. Suasana duka di rumah Tina, Andri dan Alex masih ada. Selamatan dilakukan oleh keluarga mereka masing-masing dan jika mereka mati, keluarga sudah ikhlas mendoakan karena sudah 3 bulan pencarian, mereka bertiga tak kunjung ditemukan.
Mita juga telah hidup seperti biasa. Pengalaman nya selama di gunung Ardisaeng dia jadikan pelajaran bahwa dunia gaib memang ada.
Waktu terus berlalu, tak terasa Mita sudah menjadi gadis dewasa berusia 25 tahun. Semenjak pernikahannya dengan anak Raja Ahmed di dunia gaib, Mita mudah dalam mencari pekerjaan dan karirnya makin meningkat.
Berkat hadiah yang diberikan Raja Ahmed kepadanya, Mita menjadi kaya raya dan mendapatkan apa yang dia inginkan. Selain iru Mita juga mendapatkan suami sesuai dengan apa yang dia mau.
Di sisi lain, teman Mita yaitu Alex, tina dan Andri tetap terjebak di dunia gaib bersama para jin dedemit dan gondoruwo.
Mereka menjalani kehidupan bersama para jin dedemit dan gondoruwo. Kehidupan mereka berbeda dengan manusia biasa. Makanan yang mereka makan juga berbeda sehingga kondisi tubuh mereka berempat semakin kurus dan tak terawat.
Di alam manusia, orang tua Alex, Tina dan Andri sudah mulai melupakan anak mereka yang hilang dan fokus memelihara anak mereka yang baru.
Kehidupan berjalan dengan normal tanpa mereka bertiga dan segala kesedihan berangsur-angsur menghilang.
Tapi, semua hal yang dialami Mita dan ketiga orang tua Andri, Alex dan Mita berbeda dengan apa yang dialami Alex, Tina dan Andri. Mereka berjuang di negeri iblis dengan usia mereka yang semakin bertambah.
Nama Alex, Andri dan Tina mulai dilupakan baik oleh orang tua mereka maupun oleh teman sejawat mereka. Karena semua orang telah menganggap mereka mati.
Hingga pada akhirnya, saat di alam manusia telah mencapai 50 tahun, sedangkan di alam iblis masih terasa satu minggu, mereka bertiga bisa terbebas dari negeri iblia berkat Tina yang teringat akan bunga ungu yang berada di saku bajunya.
" Ah, aku mulai bosan denganbunga ini. Rencana aku akan membawanya pulang, namun sampai sekarang aku tak bisa pulang. Lebih baik aku buang aja" gumam Tina salam hati.
Akhirnya, Tina membuang bunga ungu tepat di bawah pohon yang rindang dan besar yang berada di negeri iblis. Setelah mereka membuang bunga itu, keajaiban terjadi. Angin bertiup dengan kencang seakan membawa mereka bertiga terbang melayang-layang dan terdampar di negeri yang sangat asing.
Rupanya, selama 50 tahun berlalu, mereka melihat banyak perubahan yang terjadi. Kehidupan di alam manusia menjadi lebih modern. Mereka bertiga tak menyangka jika mereka telah meninggalkan alam manusia selama 50 tahun lebih.
Rambut mereka bertiga mulai memutih secara tiba-tiba. Sosok Andri, Alex dan Tina yang semula tampan dan cantik seketika mulai terlihat tua renta.
Mereka terkejut dengan apa yang terjadi. Dengan penuh tanda tanya, mereka bertiga pulang ke rumah mereka masing-masing.
Sampai di rumah masing-masing, suasana rumah mereka berubah dan hampir tak dapat mereka kenali lagi. Saudara mereka yang sebaya telah sama-sama tua dan pikun. Sementara ayah dan ibu mereka bertiga telah tiada.
Akhirnya, Alex, Tina, dan Andri kembali berjalan menyusuri gunung ardisaeng. Tampaknya mereka bertiga ingin kembali ke alam sana karena sudah tak punya siapa-siapa di alam dunia.
Tamat
.