Pindah kerumah baru juga merupakan lingkungan yang baru baginya, Letak perabotan harus disusun dengan rapi, Meskipun rumah itu terbilang sederhana tapi keindahannya harus tetap terlihat
seperti Melody Alexandria, gadis cantik berusia 17 tahun yang sibuk mengatur letak barang barang di kamar bernuansa pink itu.
" ayo cepat pak, letakan lemarinya disebalah sana, dan meja belajarku disebelah sana, ah iya jangan lupa juga letakan vas bunga disana" ocehnya sambil menunjukan tangannya kesana kemari . Membuat orang orang yang membantunya berkemas merasa risih karna diburu buru olehnya.
setelah semuanya selesai, dia membuat origami berbentuk burung, capung, dan kupu kupu. Lalu ia gantung menggunakan benang berwarna merah muda dilangit langit kamarnya. tak lupa ia tempelkan beberapa foto keluarga dalam bingkai figura di dinding. Sesaat dia terdiam saat melihat foto itu.
Yatim piatu sejak lahir, besar bersama sang kakak selama 7 tahun, dan tuhan kembali mengambil Haikal, yang pergi karna insiden kecelakaan sepuluh tahun lalu, Sehingga menyebabkan dirinya yang sebatang kara hanya menangis sedih, dan harus menanggung beban seberat itu sendirian.
tapi semenjak itu Melody diasuh oleh Sandy, pamannya dan menetap di tengah kota. Namun sekarang, mereka sudah kembali ke desa, untuk menghindari hutang pamannya yang sudah menumpuk karna dia suka mabuk dan judi.
"meskipun kenangan masa kecilku sedikit menyenangkan, tapi kenapa mengingatnya begitu menyakitkan" gumamnya dengan air mata yang sudah terbendung. Fikirannya melayang mengingat momen bersama haikal.
...--------FLASHBACK--------...
"sudah cukup kakak, kalau aku makan terus nanti aku jadi besar" rengeknya sambil menyingkirkan sesendok nasi yang disodorkan kemulutnya oleh Haikal.
"makan terus apanya? kau belum memakan apapun, ayo cepat buka mulutmu" bujuknya
Melody menggelangkan kepala dan menutup rapat rapat bibir mungilnya.
"sayang, ayo cepat, apa kau ingin membuat kakakmu ini bersedih? ayo buka mulutmu, kapal akan mendaraat" ucapnya sambil terus membujuknya, namun Melody tetap menggelang tidak mau.
Haikal menghembuskan nafas kasar, dan menyimpan nampan dimeja, lalu memangku Melody kedalam pangkuannya. Memeluk gadis mungil itu dan sesekali mencium pipinya yang bulat.
"dengar, kakak selalu sibuk dengan pekerjaan dan seringkali menitipkanmu pada keluarga Algalasta, kalau kau manja terus nanti kau akan menyusahkan mereka, kau harus belajar mandiri Melody" nasihatnya.
"makannya kakak jangan bekerja, tetap disini bersamaku" ucapnya sambil membenamkan wajahnya didada bidang Haikal.
haikal melepas pelukannya dan menempelkan kedua tangannya dipipi gadis mungil itu"aku selalu bersamamu, percayalah!" senyumnya lalu menempelkan bibirnya diatas bibir mungil semerah cery itu.
...----FLASHBACK END-------...
kini, ciuman itu masih terasa hangat dibibirnya. Melody meletakan tangannya didada dan tersenyum, setetes air mata ikut terjun membasahi pipinya, dia yakin kalau kakaknya akan selalu bersamanya dan menetap dihatinya. Seperti yang dia katakan.
lalu pandangannya beralih pada foto seorang bocah kecil yang tampan sedang memeluknya. Yah, itulah sahabat masa kecilnya. Ada begitu banyak kenangan antara mereka berdua, sampai saat ini dia tidak pernah melupakan semua itu. Bagiamana bisa lupa, kalau dialah satu satunya teman yang Melody punya saat itu.
"kau sedang apa? ayo kita makan dulu!" tegur sang paman diambang pintu kamar.
Melody menoleh dan tersenyum, pamannya memang sangat baik, menyayanginya, menyekolahkannya, dan memberi perhatian lebih. Namun dia bilang semua itu harus ada imbalannya. Dengan cara halus dia menjual Melody pada pria hidung belang untuk menjadi pemuas nafsu mereka.
meski berulang kali menolak, namun Melody tak berdaya, pamannya sudah punya video rekaman dirinya saat dipaksa berhubungan intim dengan pria hidung belang. Tak hanya itu, ancaman halus pamannya seringkali membuat dia tak bisa berkutik,
"paman duluan saja, aku belum menyelesaikan dekorasi kamarku"
"baiklah" ucapnya lalu pergi.
Melody kembali memandangi foto foto itu, lalu dia mengusap air matanya dengan kasar.
"sudah cukup, masa laluku tidak akan menpengaruhi masa depanku" Senyumnya agak dipaksakan.
gadis periang yang polos dan keras kepala itu selalu bisa tersenyum dalam setiap keadaan. Yah meskipun itu sulit tapi dia tetap berusaha tegar
********
Tak terasa waktu terus bergulir sampai matahari sudah berada dibagian barat. Melody menikmati indahnya pemandangan. Langit masih terlihat cerah dan membiru, hembusan angin menerpa kulitnya dengan lembut.
Alam pedesaan ini seperti sudah tak asing baginya, dulu ia memang pernah tinggal didesa. tapi tidak tahu desa yang mana.
"hey nona cantik!" sapa ke tiga preman yang menghadangnya.
"kalian mau apa?" tanyanya was was.
namun ketiga preman itu malah menyeringai dengan tatapan mesum. Firasatnya sangat buruk. Tanpa menunda waktu lagi dia segera berlari meninggalkan mereka.
aksi kejar kejaranpun berlangsung cukup lama. Melody sudah tak sanggup berlari dan dia berjalan tergopoh gopoh menyusuri gang sempit yang sepi.
Bruk!
Tak sengaja kakinya tersandung dan diapun tersungkur ke tanah. Memudahkan para preman itu untuk menangkapnya.
"sudah pasrah saja!" seringai salah satu pria berjanggut tebal itu.
"tolong, tolong jangan lakukan itu" Melody semakin memekik ketakutan
"tubuhnya bagus juga, ayo bawa dia"
Mereka mulai mendekat dan hampir menyentuh gadis itu
BUGH
BUGH
BUGH
seorang pria datang dan menghajar mereka sampai mereka melarikan diri
"kau baik baik saja?" tanya pria itu sambil membantunya berdiri
"i iya, terimakasih emm..."
"Aril!" Pria itu menampakan senyum terbaiknya. Lalu menyodorkan telapak tangan kanannya "Namamu?"
perlahan, Melody menerima uluran tangannya dan balas tersenyum. "Melody Alexandria, tapi kau hanya boleh memanggilku Alexa, mengerti?" ucapnya terdengar sebuah perintah.
lagi lagi Aril tersenyum, baru kali ini matanya melihat sosok gadis yang sangat cantik dan juga ramah seperti Melody. Sampai dia tidak bisa berhenti memandanginya
"hallo, apa kau mendengarku?!" sahut Melody sambil melambaikan tangannya didepan wajah Aril sehingga membuat dia sedikit terkejut.
"ah iya, apa kita bisa berteman sekarang?" ucapnya.
"tentu saja, kebetulan aku orang baru disini,
kau bisa memperkenalkan banyak tempat padaku" ucapnya kembali riang.
"tentu saja, oh ya, jangan terlalu sering jalan sendirian, disini banyak preman yang suka mengganggu, apalagi kau sangat cantik, harus lebih berhati hati" Nasihatnya langsung saja mendapat anggukan kecil dari Melody.
Mereka berjalan menyusuri tepi sungai,
meskipun tidak jauh dari kota, tapi alam pedesaan ini masih asri dan terjaga
"mau duduk disana?" tanya Aril sambil menunjukan sebuah ayunan yang tergantung dibatang pohon besar ditepi sungai.
Melody hanya mengangguk dan merekapun duduk bersama. "aku jadi teringat masa kecilku" ucapnya sambil mengayunkan kaki.
"oh ya? seperti apa?"
"10 tahun lalu, aku punya seorang sahabat, namanya Alga, aku sangat dekat dengan dia. Kami belajar bersama, sekolah bersama, mandi bersama dan tidur bersama. Kami benar benar sangat bahagia saat itu. Dan kami seringkali menikmati senja seperti ini" ucapnya begitu antusias.
Aril memperhatikan wajah ceria Melody lekat lekat. entah kenapa saat itu juga jantungnya mulai berdegup kencang. apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?
"tapi kebahagiaan itu..." Melody menjeda ceritanya. Dia tidak mau menangis lagi mengingat masa itu.
"kenapa?" tanya Aril penasaran.
"ah lupakan saja, sepertinya aku harus pulang sekarang" senyumnya.
Aril mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal dia masih merasa sangat nyaman berada didekatnya.
"besok aku mulai sekolah, kau sekolah dimana?"
"Di SMA Starlight" senyumnya
"aku juga sekolah disana, semoga kita bertemu nanti, daah" senyumnya sambil melambaikan tangan dan pergi.
Aril menatap kepergian Melody yang perlahan menghilang, ada segurat senyum yang tersungging dibibirnya
2. kenangan
senja sore ini terlihat begitu indah, daun daun berguguran tertiup angin. capung mulai berseliweran mencari pasangannya untuk kembali ke sarang. Seorang pria berkaus hitam polos dan menggunakan topi putih itu sedang memandang langit. Melihat semburat jingga yang keindahannya mampu menghipnotis berpuluh puluh pasang mata. Dia terduduk diatas bukit sambil mengayunkan kakinya.
kini pandangan pria itu beralih pada gelang hitam polos yang tersemat dipergelangan tangannya. Onyx hitam lelaki itu menatapnya dengan tatapan yang sendu. Seperti ada kenangan mendalam tentang gelang itu.
...-FLASH BACK-...
"Alga, kenapa senja warnanya jingga?" tanya seorang gadis kecil sambil mengayunkan tangan pria kecil disampingnya.
"karna kalau warnanya cokelat kurang bagus" jawabnya
"benarkah?"
"mungkin" jawabnya tidak yakin.
"emm...apa itu cinta?" tanyanya setelah beberapa saat. Gadis itu memang tidak pernah membiarkan suasana menjadi hening.
"cinta itu sesuatu yang indah, kau tahu? saat ini aku sedang jatuh cinta!" ucapnya membuat gadis mungil berusia 7 tahun itu mengerutkan alisnya tidak mengerti
"tapi kakakku bilang cinta itu hanya bisa dirasakan oleh orang dewasa, anak kecil seperti kita ini tidak tahu apa apa soal cinta" jawabnya polos.
"kau salah Melody, cinta itu bukan hanya untuk orang dewasa, dan juga bukan untuk manusia saja. Seorang bayi dapat merasakan cinta dan kasih sayang dari ibunya. Begitu juga hewan dan tumbuhan, semua makhluk dibumi ini bisa merasakan cinta" jelasnya panjang lebar.
"lalu kau jatuh cinta pada siapa?"
"kau masih belum mengerti juga ya, tentu saja aku jatuh cinta pada persahabatan kita"
"tapi, bagaimana kalau suatu saat nanti kita berpisah? apakah kita tidak akan saling melupakan?" seketika raut wajah manisnya berubah menjadi muram.
Alga mengeluarkan sepasang gelang hitam polos dari saku celananya.
"aku akan memakaikan ini di tanganmu, dan kau pakaikan juga ditanganku, sejauh apapun kita berpisah, kalau sudah bertemu nanti aku akan langsung tahu kalau itu kau" ucapnya sambil memasangkan gelang itu bergantian.
...-Flash back end-...
"Glan!" teriak seorang gadis membuyarkan lamunan masa kecilnya.
yah, nama lengkap pria itu adalah Glan Algalasta, seorang remaja berusia 18 tahun yang masih duduk dibangku kelas 12 SMA.
"aku tidak mengerti, kenapa kau selalu berdiri dibukit ini setiap sore? apa yang membuatmu begitu suka berada ditempat ini?" tanya Resya, satu satunya teman yang setia menemaninya selama dua tahun ini.
Glan hanya terdiam dengan wajah datar, sejak kepergian orang tua dan Sahabatnya itu, berjuta warna pelangi yang ada dalam dirinya perlahan memudar dan hanya menyisakan satu warna, yaitu hitam, yang mengartikan hanya ada kegelapan dalam hidupnya.
semua masa lalunya ia kubur dalam dalam dan tak pernah menceritakannya pada siapapun, kecuali sang kakak yang tau segalanya.
"Glan?!" panggil Resya karna dia tidak menyahut
pria itu masih bungkam, lalu melenggang pergi meninggalkannya begitu saja.
Resya kalia, gadis cantik berambut sebahu dengan bulu mata yang lentik itu menatap punggung Glan dengan nanar. Selama dua tahun pertemanan mereka ini, Resya tidak pernah tahu seperti apa masa lalunya. dia tidak pernah membicarakannya sedikitpun, bukan hanya itu, pria yang diam diam dicintainya itu bahkan hampir tidak menyukai semua hal . Namun Resya selalu berusaha untuk mengerti dirinya dan ingin menjadi seseorang yang berharga bagi hidupnya kelak.
Glan kembali ke persinggahannya, rumah besar yang sangat sepi, tidak ada lagi canda tawa, teriakan, dan suara suara yang menjengkelkannya. Apalagi ocehan kedua orang tuanya. Dia benar benar merindukan semua itu.
"kalian sudah datang? ayo kita makan!" sahut Gray, kakak kandungnya.
Resya menarik lengan Glan dan menuntunnya duduk di kursi.
"aku tidak lapar" ucapnya lalu melenggang pergi menapaki anak tangga dan masuk kekamarnya.
BRAK!
Glan membanting pintu dengan kasar, membuat keduanya saling tukar pandang.
"kakak, sebenarnya Glan itu kenapa? setiap sore dia selalu menatap senja dibukit dan bersedih setelahnya" tanya Resya mulai berani menanyakan rasa penasarannya.
Gray hanya diam, sepertinya Resya benar benar ingin tahu tentang hal ini
"aku hanya bisa katakan satu hal, kalau dia terus menyalahkan dirinya atas kepergian orang tua kami, dan dia ditinggal pergi oleh sahabatnya" jawambnya semakin membuat Resya penasaran. Lalu matanya menatap pintu kamar Glan yang bercat putih polos. Berharap dia akan meneritakan semua masalahnya padanya.
Masih dikamarnya, Glan melangkah pelan menuju rak buku. Mungkin untuk menenangkan hatinya dia akan membaca buku sejarah atau buku tentang filosofi kehidupan. Yah dia memang sosok yang senang membaca.
Bruk!
tak sengaja dia menjatuhkan sebuah buku , Glan segera berjongkok untuk mengambilnya. Tak sengaja matanya menangkap sebuah album biru dirak buku paling pojok dibawah, Album itu cukup menarik perhatiannya. Dia segera mengambil album yang sudah usang dan berdebu itu..dengan perlahan, Glan mulai membukanya
Ada ayah, ibu, kakak dan dirinya yang terlihat sedang bahagia difoto itu, tapi sayang, itu hanya sebatas kenangan 10 tahun lalu sebelum keduanya meninggal.
Lalu dia melihat lembaran selanjutnya. Terlihat seorang gadis kecil yang tersenyum kearah kamera sambil memegang kembang gula yang mengembang seperti awan. Gadis kecil itu sangatlah cantik, matanya yang bulat, hidung kecilnya yang mancung, dan bibirnya yang merah semerah cery, Dan yang paling menarik adalah, bola matanya yang berwarna biru secerah langit. Membuat kecantikannya semakin sempurna.
Glan tersenyum mengingat momen kebersamaannya itu, Namun senyumnya terhenti manakala dia mengingat hal yang menyakitkan sebelum kebahagiaan itu berakhir.
Malam itu, jalanan diguyur hujan yang deras, Glan yang tak sabar menunggu kedua orang tuanya pulang bekerja, terus memaksa kakaknya agar menelpon mereka untuk cepat pulang, karna malam itu orang tuanya sudah berjanji untuk merayakan pesta ulang tahunnya bersama sama
-FLASH BACK-
"ibu cepat pulang, aku sudah menunggu lama" ucap Glan dari sambungan telpon.
"sebentar sayang, hujannya sangat deras" teriak sang ibu cukup riuh karna suara hujan.
"aku tidak mau tau, cepatlah pulang bu" paksanya sedikit berteriak.
"baiklah sayang, ayah ayo lebih cepat lagi, anak kita sudah menunggu" ucapnya langsung saja disetujui suaminya dengan meninggikan laju kecepatan.
Karna hujan yang begitu deras, membuat penglihatan jadj terganggu, sehingga tak sengaja mobil mereka menabrak truk yang sedang menyebrang dan tentu saja membuat mobil mereka terlempar jauh serta mengeluarkan ledakan hebat.
BRAAAK!!!
DUAAAAAR!
"Aaaaaaa!!!!!!"
-Flash back end-
Dan kejadian itu cukup memilukan hati Glan, dia menyalahkan dirinya atas kepergian orang tuanya . Jika saja dia tidak memaksa orang tuanya untuk cepat pulang, pasti mereka masih ada di sini bersamanya. Dan disaat yang bersamaan pula, saat kondisinya terpuruk dan benar benar membutuhkan Melody. Dia mengalami hal yang sama, yaitu kepergian kakaknya dan dia pergi meninggalkannya secara tiba tiba.
Glan benar benar tidak mau mengingat masa lalunya, tapi kenangan dirumah ini benar benar terlihat jelas dan selalu menghantui fikirannya
JANGAN LUPA LIKE , KOMEN, AND VOTE.
TERIMA KASIH😄 MAAF KALO BANYAK TYPO😅
Itukah dia
Matahari terbit diufuk timur, cahayanya memberikan sejuta kehangatan pada makhluk yang ada di bumi.
"adik, ayo cepat bangun, kau tidak boleh terlambat!" sahut Gray sambil menarik selimut yang membungkus tubuhnya.
"hm" sahutnya langsung terbangun dan duduk diranjang, menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"aku akan pergi kekantor, sudah kusiapkan sarapan diatas meja, cepatlah nanti keburu dingin" ucapnya lalu pergi. Yah, semenjak kepergian orang tuanya, Gray yang meneruskan perusahaan milik ayahnya. Kelak, setelah Glan lulus kuliah, dia juga akan bekerja diperusahaan kakaknya itu.
Disisi lain, Melody sedang asyik sarapan bersama pamannya.
"Ini!" Sandy tiba tiba memberinya secarik kertas, berisikan tiga nomor angka yang membuat Melody langsung mengerti apa maksudnya.
"Hotel X, pukul 10, mengerti?"
"bisakah aku berhenti melakukannya? Berapa banyak anak yang harus aku gugurkan?" Melody berucap lirih, karna tidak semua yang dia layani mau memakai pengaman. Sehingga harus menyebabkan dirinya hamil, dan beberapa kali menggungurkan janin tak berdosa dirahimnya.
"bisa saja, tapi jangan menyesal kalau setelah itu hidupmu akan jauh lebih menderita, bahkan aku bisa saja membuatmu mati dalam kenikmatan" Sandy tersenyum penuh maksud. "sebaiknya kau menurut saja, mengerti?
"Baik paman!"
"Anak baik!" dia mengelus rambutnya pelan.
Melody tersenyum hambar, lalu pergi ke kamarnya, menatap dirinya dicermin dan mulai menangis, entah sudah berapa banyak lelaki yang menjamah tubuhnya. Melody sendiri mengakui kecantikannya, Namun sayang, mahkotanya sudah jatuh. Kecantikannya sudah tidak berarti, sangat hampa dan menjijikan. Bahkan ia adalah pendosa besar, Yang tidak akan pernah bisa dimaafkan, hanya mengharapkan secercah kebahagiaan dalam hidupnya.
Melody mengangkat tangannya dan melihat gelang hitam yang ia pakai. "ingat atau tidak, bertemu lagi atau tidak, jelas namamu tidak akan pernah kulupakan, bahkan jika takdir mempertemukan kita lagi, aku pasti langsung mengenali dirimu, Alga" senyumnya dengan mata yang sudah basah karna air mata. Lalu dia melepas gelang itu dari tangannya. Akan sangat memalukan kalau suatu saat mereka bertemu, Sementara Melody yakin, jika Dia pasti bahagia bersama kehidupan barunya. Mungkin...
Perpisahan tanpa kata itu amatlah menyakitkan, padahal malam itu Melody sudah siap untuk pergi menghadiri pesta ulang tahun Glan, tapi tiba tiba sana ia mendapat kabar bahwa kakaknya kecelakaan dan segera dilarikan ke rumah sakit, namun sayang, nyawanya tidak tertolong dan dia meninggal dunia. tidak tahu apa yang terjadi pamannya langsung membawanya keluar kota.
******
20 menit kemudian, Glan tiba disekolah . Dia segera turun dari mobil sport merahnya dengan penuh pesona. Sosok tampan itu selalu jadi pusat perhatian banyak siswa, termasuk para gadis. tubuhnya yang eksotis, dan wajah dinginnya yang berkarisma itu tak cukup mendeskripsikan ketampanannya.
Glan berjalan gontai menuju kelas tanpa mempedulikan orang orang yang menyapanya. Tapi justru sikapnya yang dingin itulah dia semakin digilai para wanita.
BRUK!
Tak sengaja seorang gadis menabraknya hingga dia hampir terjatuh. Dengan sigap, dia menarik pinggang gadis itu agar lebih merapat padanya, sampai hidung mereka bersentuhan.
kini pandangan mereka bertemu, bola mata biru secerah langit itu seperti sudah tak asing lagi baginya, rambut panjang yang bergelombang, pipinya yang tirus, dan bibir semerah cery yang sangat ia kenali itu.
"ah maaf" ucap gadis itu yang tak lain adalah Melody, Ia segera menjauhkan dirinya.
"apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Melody begitu menyadari sesuatu, seperti pernah melihatnya, tapi entah dimana, ia jadi merasa dejavu.
Glan diam terpaku, lalu pandangannya beralih ke pergelangan tangan Melody, namun dia tidak melihat gelang hitam yang dipakainya, Konyol jika dirinya berfikir itu Melody, walau hatinya merasa sangat yakin.
"emm...baiklah aku harus pergi, semoga kita bertemu lagi nanti, daah" senyumnya lalu berlari.
Glan masih diam mematung memandangi kepergian Melody, jantungnya mulai berdebar dan dadanya terasa sesak.
"Glan!" Tegur seseorang sambil menepuk pundaknya
Sontak, Glan langsung menoleh dan mendapati Resya yang sedang tersenyum menatapnya.
"ayo kita masuk kelas!" ajaknya langsung mendapat anggukan kecil dari Glan.
setibanya dikelas, para siswa heboh menghosipkan kedatangan murid baru yang sangat cantik dikelas mereka.
"ada apa? kenapa ribut ribut?" tanya Resya kepada Aril yang hanya duduk tenang dikursinya, karna dia sudah sangat yakin kalau dia akan sekelas dengan teman barunya kemarin.
"akan ada murid baru dikelas ini, dia sangat cantik" senyumnya.
baru saja Resya akan bertanya lagi, bel tanda masuk sudah berbunyi dan mereka duduk dengan rapi dikursi masing masing.
seorang guru cantik berperawakan mulus bak model masuk kelas dengan dibuntuti seorang siswi yang tak kalah cantik.
"selamat pagi anak anak, kita kedatangan murid baru hari ini, silahkab perkenalan dirimu" senyum bu guru cantik itu.
"halo semua, namaku Melody Alexandria, tapi kalian boleh memanggilku Alexa, salam kenal, semoga kita bisa berteman baik" senyumnya begitu ramah.
Glan tersentak mendengar namanya, terngata benar, dia memang sahabat masa kecilnya. jantungnya terasa berhenti berdetak, namun setelah itu berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.
"silahkan pilih tempat dudukmu!"
ucap guru cantik itu, karna ada beberapa kursi yang kosong.
Melody memutar mata indahnya mencari tempat yang cocok, matanya pun menangkap sosok pria yang ditabraknya tadi. Melody tersenyum kearahnya dan berniat duduk di sebelahnya meski ada Resya, dia bisa meminta bertukar tempat pada guru.
"hey, disini!" sahut Aril berteriak kecil.
Melody semakin merekahkan senyumnya saat melihat Aril, dia langsung saja memutuskan untuk duduk disampingnya. Setidaknya mereka sudah saling mengenal.
"kita bertemu lagi, dan kita satu kelas, ini bukan suatu kebetulan bukan?" tanya Melody begitu mendaratkan bokongnya di kursi.
"tidak, ini sebuah keberuntungan" sahut Aril merasa senang.
Glan melirik kearah samping dan menatap Melody yang hanya setengah Meter dari arah kursinya, ini bagai mimpi, tapi setelah mencubit lengannya sendiri, dia tau kalau ini nyata adanya.
Waktu terus bergulir sampai jam istirahat tiba. Meja Melody langsung dipenuhi para siswa yang ingin berkenalan dengannya. Dan dengan senang hati mereka menerima mereka semua sebagai temannya.
sampai keadaan kelas sekarang mulai sepi karna sebagian siswa keluar menuju kantin.
Melody melirik kesamping dan mendapati Glan yang sedang memandanginya. Diapun tersenyum dan melambaikan tangannya. "kita bertemu lagi"
"kau tidak berubah, masih sangat manis dan manja" batinnya
"Glan ayo kekantin!" ajak Resya.
Mendengar nama itu dipanggil, Melody cukup terkejut dan langsung menghampiri meja mereka.
"apa katamu tadi? Glan? Glan Algalasta? itu namamu?" tanyanya tidak percaya. Matanya sudah berkaca kaca menatap Onyx gelap lelaki itu.
"kau mengenalnya?" tanya Resya heran.
Melody hanya terdiam dan masih menatap Glan yang juga menatapnya. Itu dia sosok yang dilupakannya sejenak, sahabat masa kecilnya.
"Melody!" panggilnya dengan suara bergetar. Dia sudah sangat merindukan semua tentang gadis itu.
Melody menggelang kuat kuat dan melangkah mundur. "Tidak, ini tidak mungkin, aku pasti bermimpi berada dimana aku sekarang?" ucapnya semakin melangkah mundur dan meninggalkan mereka.
"alexa!" ucap Aril tidak mengerti
"kenapa dia?" tanya Resya yang juga merasa heran.
Glan langsung saja pergi mengejar Melody, membuat kedua temannya semakin keheranan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!