NovelToon NovelToon

Legenda Shinobi Satu Pukulan

bab 1 transmigrasi

Di Bintang Biru, di sebuah distrik rumah mewah di Kota Sun, seorang anak kecil berumur enam tahun terbangun di kamar yang luas dan elegan.

“Uhh… di mana aku?” gumamnya pelan.

Ia mengucek matanya, lalu menatap ke sekeliling. Kamar itu begitu indah, dengan tirai biru lembut dan perabotan kayu halus yang tampak mahal. Ia tertegun beberapa saat.

“Apa aku… bertransmigrasi?” bisiknya tak percaya.

Nama anak kecil itu Ye Chen, dan anehnya, nama itu sama persis seperti namanya di kehidupan sebelumnya.

Di kehidupan lamanya, Ye Chen adalah pemuda yang gemar menonton anime. Salah satu adegan favoritnya adalah pertarungan legendaris antara Senju Hashirama dan Uchiha Madara. Saat itu, Hashirama menggunakan Mode Sage, memanggil Buddha Seribu Tangan yang menjulang melebihi gunung, lalu menekan Susanoo Kyubi Madara hanya dengan satu telapak tangan. Pegunungan runtuh, daratan berguncang, dan Ye Chen yang menonton dari layar kecil di kamarnya dulu merasa kagum.

“Kekuatan kayu sungguh hebat…” begitu katanya waktu itu.

Namun nasib berkata lain. Saat sedang menonton dan memegang gelas air di tangan, ia tanpa sengaja menyentuh stop kontak yang rusak. Aliran listrik menyetrumnya seketika—dan semuanya menjadi gelap.

Ketika tersadar, ia sudah berada di dunia baru ini, Bintang Biru. Dunia yang mirip dengan Bumi dalam budaya dan kehidupan, namun berbeda karena di sini, kekuatan supranatural benar-benar ada. Di dunia ini, seorang manusia kuat dapat memindahkan gunung, membelah lautan, bahkan membentuk hukum alam dengan kekuatannya sendiri.

Setiap orang di Bintang Biru memiliki kesempatan untuk membangkitkan bakat dan menapaki alam kekuatan.

Tingkatan kekuatan di Bintang Biru dimulai dari:

Alam Kebangkitan, di mana tubuh manusia mulai membuka potensi dan menampung energi melalui meridian.

Alam Roda Energi, di mana pusaran energi terbentuk di perut untuk menampung Qi spiritual.

Alam Ruang Hampa, Alam Pegunungan, Alam Lautan, hingga Alam Planet.

Konon, mereka yang mencapai Alam Planet disebut sebagai Orang Suci Umat Manusia. Setiap gerakan mereka bisa meledakkan daratan sejauh ribuan mil, dan setiap langkah mengandung kekuatan hukum.

Kini, Ye Chen hidup di dunia ini sebagai anak adopsi keluarga Lan, sebuah keluarga bangsawan ternama di Kota Sun. Ayah angkatnya bernama Lan Batian, seorang jenderal perang dari Negara Xia Agung, yang memiliki kekuatan di Alam Pegunungan. Ia dikenal sebagai pahlawan dengan banyak prestasi di medan tempur.

Ibu angkatnya, Xia Yu, berasal dari Keluarga Xia yang berpengaruh di pusat kota. Ia seorang wanita lembut namun kuat, dengan kekuatan di Alam Ruang Hampa.

Mereka memiliki seorang putri tunggal bernama Lan Shuang, gadis kecil berumur enam tahun yang ceria dan ramah.

Keluarga itu hidup harmonis. Meski Ye Chen hanyalah anak adopsi, Lan Batian dan Xia Yu memperlakukannya seperti anak kandung sendiri. Begitu pula Lan Shuang, yang menganggap Ye Chen sebagai kakaknya sendiri.

Di bawah atap keluarga Lan, Ye Chen tumbuh dalam kehangatan, tanpa mengetahui bahwa di dalam dirinya tertidur kekuatan yang suatu hari akan mengguncang seluruh Bintang Biru.

Ye Chen membaca semua ingatan barunya dan menghela napas panjang. Ia segera memusatkan perhatian, merasakan tubuh kecilnya dengan seksama. Dalam sekejap, sesuatu yang selama ini ia impikan terasa jelas di dalam dirinya.

Ia menutup mata, mencoba merasakan lagi. Energi spiritual di sekitar perlahan mengalir masuk ke tubuhnya. Kedekatannya dengan elemen kayu terasa begitu alami, seolah tubuhnya diciptakan untuknya.

“Kekuatan kayu?” gumam Ye Chen pelan, matanya berbinar.

Rasa semangat membuncah di dadanya. Ia melompat-lompat kecil dengan tubuh mungilnya, lalu duduk bersila di atas tempat tidur.

Energi spiritual terus mengalir masuk, menyusuri tubuhnya dan mengisi seluruh meridian. Dalam tubuh manusia terdapat sembilan meridian utama, dan setiap kali seseorang menembus satu meridian, berarti ia telah naik satu tingkat dalam Alam Kebangkitan. Jika kesembilan meridian telah terbuka, barulah ia bisa masuk ke Alam Roda Energi dan membangkitkan kekuatan supranatural.

Seperti halnya Lan Batian, ayah angkatnya, yang telah membangkitkan kekuatan supranatural Naga Api dengan rank SS.

Di dunia ini, bakat kekuatan diukur dari Rank F hingga Rank SSS. Konon, mereka yang memiliki bakat supranatural Rank SSS akan memperoleh kemampuan ilahi yang melampaui logika manusia.

Lan Batian dengan bakat api Rank SS dikenal memiliki kekuatan atribut api yang sangat mengerikan.

Sementara itu, Ye Chen perlahan merasakan sesuatu di tubuhnya. Salah satu meridian di dalam dirinya telah terbuka sepenuhnya. Ia bangkit berdiri, dan auranya berubah drastis.

Memasuki Meridian Pertama berarti kekuatan fisiknya telah mencapai setara seratus kilogram. Namun berbeda dari kebanyakan orang, Ye Chen memiliki atribut kayu, kekuatan spiritual yang mampu mengisi dan memulihkan energi jauh lebih cepat—bahkan sepuluh kali lipat dari kultivator biasa.

“Hahaha! Kekuatan kayu! Aku mendapatkannya!” seru Ye Chen dengan suara lantang dan polosnya.

Namun kegembiraannya segera mereda saat ia menyadari sesuatu. Kekuatan kayu yang ia miliki belum bisa digunakan sepenuhnya karena energi spiritual di dalam tubuhnya belum tertampung sempurna. Ia baru bisa menggunakannya ketika mencapai Alam Roda Energi nanti.

Ia duduk lagi, tersenyum kecil. “Tak apa. Saat waktunya tiba, aku akan menunjukkan kekuatan Senju Hashirama yang legendaris itu.”

Bayangan Hashirama dengan Buddha Seribu Tangan muncul di pikirannya. Sosok yang berdiri gagah di atas patung kayu raksasa, menghantam bumi dengan kekuatan dahsyat.

“Betapa tampannya dia waktu itu…” Ye Chen terkekeh kecil. “Hahaha… tunggu saja, aku, Ye Chen, akan mencapainya.”

Namun tanpa ia sadari, di kamar sebelah, seorang gadis kecil juga sedang duduk bersila.

Lan Shuang, gadis cantik berumur enam tahun itu, tengah menyerap energi spiritual di sekelilingnya. Tubuh mungilnya memancarkan cahaya halus, dan perlahan, aura kuat menyelimuti dirinya.

Dalam sekejap, ia juga menembus Alam Kebangkitan Pertama. Saat membuka matanya, tampak sepasang mata merah dengan dua tomoe berputar di dalamnya—pemandangan menakjubkan yang tak seorang pun tahu telah terjadi malam itu.

Ya, itu Sharingan, dan dua tomoe di matanya perlahan memadat, berputar pelan dalam cahaya merah yang misterius.

Lan Shuang bukan gadis biasa. Sama seperti Ye Chen, dia juga seorang penjelajah waktu. Di kehidupan sebelumnya, dia adalah gadis populer yang anggun dan memesona. Kecantikannya membuat banyak pria tergila-gila, namun nasibnya tragis.

Suatu hari, dia dijebak oleh temannya sendiri. Mereka menyerahkannya kepada sekelompok pria jahat yang menginginkan tubuhnya hanya karena kecantikannya yang luar biasa. Lan Shuang yang marah dan merasa hina menolak semua itu. Dalam keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya sendiri.

Sebelum napas terakhirnya hilang, wajah seorang pria muncul jelas di benaknya—Ye Chen.

“Dasar bodoh,” bisiknya lirih, “jika ada kehidupan selanjutnya… mari kita bersama.”

Namun kenyataan di kehidupan sebelumnya membuat hatinya hancur. Ia pernah mendengar kabar bahwa Ye Chen menikah, padahal saat itu ia masih menyimpan perasaan yang tak pernah diucapkan. Ia tidak tahu, bahwa Ye Chen telah menikah jauh sebelum popularitasnya meningkat. Kesalahpahaman itu membuatnya terpuruk, hingga akhirnya ia mabuk dan kehilangan kesadaran.

Kini, dia terlahir kembali di dunia baru ini sebagai putri keluarga Lan—Lan Shuang.

Begitu menyadari keberadaan mata Sharingan di wajahnya, hatinya bergetar bahagia. Dia tahu persis apa arti mata ini. Sebagai penggemar berat anime Naruto di kehidupan sebelumnya, dia mengenali kekuatan itu.

“Sharingan…” gumamnya pelan, matanya bersinar.

Dia tersenyum lembut, mengingat sosok Uchiha Sasuke yang dulu dikaguminya—tampan, dingin, dan gagah saat berdiri di bawah Susanoo petirnya yang menjulang seperti dewa.

Kini, dengan tubuh mungilnya di dunia baru ini, Lan Shuang merasakan semangat yang tak pernah padam. Dunia baru, kehidupan baru, dan kesempatan baru… untuk bertemu kembali dengan seseorang yang dulu ia rindukan.

bab 2 keluarga yang hangat

Pagi hari itu, Ye Chen bersiap mencoba kekuatannya.

“Chen’er, Shuang’er, bangun sini, ayo makan!”

Suara lembut seorang wanita terdengar dari luar kamar. Itu suara Xia Yu.

“Iya, Ibu!” jawab Ye Chen dengan keras.

Dia tersenyum kecil. Di kehidupan ini, dia memiliki keluarga yang hangat, tidak seperti kehidupan sebelumnya di mana dia hanyalah yatim piatu yang menikahi istri temperamental dan gila uang. Kini, dia bertekad menjaga keluarga barunya sebaik mungkin.

Ye Chen membuka pintu kamar dan menuruni tangga. Di bawah, di meja bundar, duduk seorang pria gagah — Lan Batian — dan seorang gadis kecil cantik berwajah datar. Namun entah kenapa, Ye Chen merasakan getaran aneh di dalam hatinya. Pandangan gadis kecil itu membuatnya seolah melihat rival sejati, tapi di saat bersamaan, ada rasa akrab yang sulit dijelaskan.

“Hei, kenapa berdiri diam? Ayo makan.”

Xia Yu tersenyum dari belakang Ye Chen.

Lan Batian tertawa kecil.

“Ha ha, anak ini masih mengantuk rupanya.”

Mereka pun duduk berempat di meja makan dan mulai makan dengan suasana yang hangat.

“Istriku, hari ini aku harus ke perbatasan lagi,” kata Lan Batian dengan nada berat.

“Ohh… monster mengamuk lagi?” tanya Xia Yu khawatir. Dia tahu betul betapa berbahayanya perbatasan.

Monster — makhluk buas yang menghuni dunia ini. Mereka kerap mengamuk dan membunuh manusia.

Tingkatan mereka terbagi menjadi: Monster tingkat 1 hingga 9, lalu Komandan Monster, Jenderal Monster, Raja Monster, Kaisar Monster, dan terakhir Orang Suci Monster — setara dengan Alam Planet atau Orang Suci umat manusia.

“Hati-hati, suamiku,” kata Xia Yu lembut sambil menatap suaminya penuh kasih.

Ye Chen tersenyum melihat keluarga yang saling menyayangi itu. Namun tiba-tiba, Lan Shuang menatap Ye Chen lekat-lekat. Ada rasa aneh yang menyelimuti hatinya — keakraban yang menusuk dalam.

Tiba-tiba mata gadis kecil itu memerah. Pola dua tomoi muncul jelas di bola matanya.

“Kakak… Ye Chen!” seru Lan Shuang sambil berlari memeluknya erat dengan tubuh mungilnya.

Ye Chen terkejut, pelukan itu begitu kuat hingga membuatnya sedikit sesak.

“Shuang-shuang, lepaskan dulu…” katanya panik.

Namun begitu melihat mata Lan Shuang yang berputar merah dengan dua tomoi, Ye Chen terpaku.

“Sha–Sharinggan…?” serunya tak percaya.

Pantas saja Ye Chen merasakan keakraban yang begitu kuat. Ternyata Lan Shuang memiliki Sharinggan, dan bahkan sudah bangkit dengan dua tomoi.

Perlu diketahui, bahkan sang Petapa Enam Jalan di dunia Naruto saja baru membangkitkan Sharinggan di usia lima belas tahun. Sementara Lan Shuang sudah memiliki dua tomoi di usia sekecil ini — sesuatu yang luar biasa.

Hubungan antara klan Uchiha dengan Senju atau Uzumaki di dunia itu adalah rival sejati. Mungkin karena itulah Ye Chen merasakan getaran aneh dan rasa persaingan yang kuat ketika menatap Lan Shuang.

Bukan hanya Ye Chen yang terkejut. Lan Batian dan Xia Yu juga terperangah melihat mata merah yang berputar di mata putri mereka.

“Me… membangkitkan bakat?” ujar Xia Yu tak percaya.

Mereka bertiga berdiri hampir bersamaan. Aura yang terpancar dari dua anak itu membuat Lan Batian bergidik.

“Chen’er, Shuang’er… kalian berada di tingkat kebangkitan pertama?” tanya Lan Batian dengan suara serius.

Perkataannya membuat Xia Yu menatap kedua anaknya dengan mata melebar. Kebangkitan pertama biasanya hanya terjadi pada anak usia sepuluh tahun ke atas, tapi kedua anak mereka bahkan belum sampai usia itu.

“Emm… ya, Ayah,” jawab Ye Chen pelan.

Dia tak menyangka hal ini akan terekspos secepat itu. Namun yang paling mengejutkannya justru Lan Shuang — gadis kecil itu juga sudah berada di kebangkitan pertama.

‘Apakah karena dia memiliki darah keturunan dari Sage of Six Path?’ pikir Ye Chen dalam hati.

Lan Shuang menunduk dengan wajah imutnya yang seperti porselen, tampak bersalah. Dia menangguk pelan.

“Hahaha, bagus!” Lan Batian tertawa keras. “Ini berarti putra dan putriku jenius, kan?”

Xia Yu menatap mereka bertiga dengan senyum campur cemas, sementara Ye Chen dan Lan Shuang hanya saling pandang — keduanya sama-sama tahu, sejak saat itu nasib mereka tak akan berjalan biasa lagi.

“Chen’er, kamu membangkitkan bakat apa?” tanya Xia Yu dengan penuh antisipasi. Lan Batian pun ikut menatap dengan serius, menunggu jawaban putranya.

Ye Chen tersenyum bangga. “Bakat kayu.”

“Kayu?” Lan Batian dan Xia Yu saling pandang, keduanya tampak tertegun. Sejauh yang mereka tahu, belum pernah ada yang membangkitkan bakat seperti itu.

“Apa kemampuan dari bakat itu?” tanya Lan Batian dengan nada sungguh-sungguh. Bagi seorang ayah dan kepala keluarga, hal ini sangat penting — karena bakat menentukan masa depan seorang kultivator.

Ye Chen sempat terdiam. “Kemampuannya… bisa menyerap energi spiritual sepuluh kali lipat lebih cepat dari orang biasa. Apakah itu juga termasuk kemampuan?”

Lan Batian dan Xia Yu sontak tercengang.

“Hebat!” seru mereka berdua bersamaan.

“Nak, kau tahu?” ujar Lan Batian dengan mata berbinar. “Hanya bakat dengan peringkat SSS yang bisa menyerap energi spiritual lima kali lipat dari biasanya. Jika dikombinasikan dengan metode kultivasi, bisa mencapai sepuluh kali lipat. Tapi kamu—tanpa metode apa pun—sudah bisa sepuluh kali lipat?!”

Ye Chen hanya tersenyum kaku. Ia sendiri baru menyadari betapa istimewanya hal itu.

“Hahaha! Masa depanmu cerah, Nak!” Lan Batian tertawa puas sambil menepuk meja dengan keras, wajahnya dipenuhi kebanggaan.

Xia Yu tersenyum bahagia, lalu beralih menatap gadis kecil di samping Ye Chen. “Bagaimana denganmu, Shuang’er?”

Lan Shuang tidak banyak bicara. Ia menunduk sedikit, lalu perlahan mengaktifkan Sharinggan-nya. Mata merah dengan dua tomoi berputar di irisnya, tampak memancarkan pesona misterius.

Begitu melihatnya, Lan Batian dan Xia Yu seakan tertarik ke dalam pusaran itu. Mata mereka perlahan kosong, seperti terperangkap dalam ilusi yang tak terlihat.

“Ibu, Ayah! Jangan dilihat terlalu lama,” seru Ye Chen dengan cepat dan sedikit panik. Tatapannya serius, namun juga penuh rasa aneh — dia tak menyangka kemampuan Lan Shuang sekuat itu bahkan di usia sekecil ini.

Lan Batian dan Xia Yu akhirnya tersadar dari ilusi. Mereka saling pandang dengan wajah bingung.

“Apa yang terjadi barusan?” tanya Lan Batian sambil mengusap keningnya.

“Ayah, Ibu, bakatku adalah teknik mata,” jawab Lan Shuang lembut. “Namanya Sharinggan. Ini adalah mata yang sangat kuat dengan kemampuan ilusi, dan bisa mempelajari semua seni bela diri dalam sekejap.”

Penjelasan itu membuat Xia Yu dan Lan Batian tercengang. Keduanya saling berpandangan, lalu tawa bahagia pun pecah di ruangan itu.

“Bagus! Bagus sekali!” seru Lan Batian dengan mata berbinar. “Kalian berdua benar-benar anak ajaib! Jika kalian sudah mencapai alam Roda Energi, Ayah akan memberikan metode kultivasi yang sesuai untuk kalian.”

“Baik, Ayah!” jawab Ye Chen dan Lan Shuang hampir bersamaan, suara mereka penuh semangat.

Keduanya merasa sangat senang dan tak sabar untuk segera naik ke alam Roda Energi. Aura harapan dan tekad kuat memenuhi ruangan itu, seolah masa depan mereka sudah mulai terbuka dengan cahaya yang gemilang.

bab 3 tes kemampuan

Mereka melanjutkan makan dengan harmonis, sambil berbincang ringan. Lan Batian dan Xia Yu beberapa kali menghela napas kagum mendengar Ye Chen dan Lan Shuang berkata bahwa kemampuan mereka baru saja dimulai—dan akan terus berkembang seiring naiknya alam kultivasi.

Kedua orang tua itu merasa sangat senang dan bahagia melihat semangat anak-anak mereka.

Selesai makan, Lan Batian berdiri di luar vila. Angin pagi bertiup lembut ketika ia menatap putra, putri, dan istrinya dengan tatapan hangat.

“Aku pergi dulu, ya,” ucapnya sambil tersenyum.

“Ya, Ayah!” jawab Ye Chen dan Lan Shuang bersamaan dengan suara riang khas anak-anak.

Xia Yu menatap suaminya lekat-lekat, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran.

“Hati-hati di sana,” katanya lembut.

“Hahaha, baik, istriku,” jawab Lan Batian sambil tertawa. Ia lalu melangkah menuju pesawat tempur di atas distrik mereka. Dengan gemuruh lembut, pesawat itu terbang meninggalkan rumah.

“Wah, Ayah bisa terbang?” seru Ye Chen dengan mata berbinar.

Lan Shuang ikut menatap langit, wajahnya dipenuhi kekaguman.

Xia Yu tersenyum kecil. “Itulah yang terjadi kalau sudah mencapai alam Ruang Hampa. Saat itu, gravitasi tidak lagi mengikatmu.”

Ye Chen tampak bersemangat mendengarnya, sementara Lan Shuang hanya diam. Dalam hatinya, tekad kuat sudah tertanam—dia harus menjadi lebih kuat agar bisa selalu bersama Ye Chen.

Hari-hari keluarga itu pun berlalu dengan damai.

Dua bulan kemudian, Ye Chen dan Lan Shuang berhasil menembus alam Kebangkitan hingga tingkat sembilan. Sembilan meridian mereka terbuka sempurna dan energi spiritual mengalir lancar di seluruh tubuh.

Namun, selama dua bulan itu, Ye Chen menemukan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—sebuah matahari kecil berputar di dalam perutnya, memancarkan cahaya lembut. Ia belum tahu apa itu, tapi firasatnya mengatakan benda itu penting.

Sementara itu, Lan Shuang juga menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Selain Sharinggan yang kini telah mencapai tiga tomoi, dia membangkitkan kemampuan lain—kendali atas bayangan. Bayangan itu mampu menyerap energi spiritual untuk dirinya sendiri, membuat laju kultivasinya tak kalah cepat dari Ye Chen.

Kini, di halaman rumah mereka, Lan Batian berdiri di depan dua anak kecil itu. Wajahnya serius namun penuh kebanggaan.

Kemampuan mereka berdua terlalu abnormal, pikirnya. Bahkan bakat rank SSS tidak sampai seperti ini.

“Baiklah,” katanya perlahan. “Kalian berdua, Ayah akan memberikan metode kultivasi untuk menembus alam Roda Energi. Dengarkan baik-baik. Ini menyangkut masa depan kalian. Jika tidak sanggup, jangan dipaksakan. Kalian masih kecil, baru enam tahun.”

Lan Batian menatap mereka dengan tegas, sementara Ye Chen dan Lan Shuang mengangguk serius.

“Ya, Ayah.”

Mereka berdua menangguk kecil dengan wajah serius. Ye Chen sudah menunggu lama momen ini—akhirnya dia bisa menggunakan energi spiritualnya untuk melancarkan jurus-jurus kayu yang selama ini dia impikan. Lan Shuang pun tampak antusias di sampingnya.

“Baiklah, ini dia,” ucap Lan Batian sambil meletakkan telunjuk di dahi keduanya.

Dalam sekejap, pengetahuan baru mengalir ke dalam pikiran Ye Chen dan Lan Shuang—metode kultivasi untuk membuka roda energi di pusaran perut.

Mereka segera duduk bersila di halaman.

“Cukup sederhana,” kata Lan Batian sambil memperhatikan. “Ini metode kultivasi umum Xia Agung, untuk menyerap energi spiritual di sekitar dan memasukannya ke dalam tubuh.”

Ye Chen mulai menyerap energi spiritual di sekelilingnya. Sembilan meridian di tubuhnya terbuka sempurna, dan aliran energi mengalir deras menuju bagian bawah tubuh. Di perutnya, sebuah pusaran energi mulai terbentuk—berputar cepat, semakin lama semakin kuat.

Dalam radius seratus meter, energi spiritual terserap habis dan terhisap ke arah tubuh Ye Chen.

“Anak ini…,” bisik Lan Batian dengan mata terbelalak. Ia bahkan bisa merasakan tekanan dari pusaran energi itu. Menyerap sebanyak ini? Mustahil…!

Namun bukan hanya Ye Chen—Lan Shuang di sampingnya juga melakukan hal yang sama. Energi spiritual dalam radius yang sama ikut terserap dengan kekuatan yang tak kalah hebat.

Akhirnya, pusaran di dalam tubuh Ye Chen stabil. Roda energi itu berputar cepat dan memancarkan cahaya spiritual yang cemerlang. Energi yang ditampungnya jauh lebih besar dari normal, dan di dalamnya mengalir kekuatan pemulihan otomatis yang terus berputar.

“Haha! Berhasil!” seru Ye Chen sambil membuka mata, wajah kecilnya berseri.

Lan Batian terpaku. Alam Roda Energi di usia enam tahun? Siapa yang akan percaya!

Namun belum sempat ia berkata, Lan Shuang di samping Ye Chen membuka matanya. Sharinggan-nya berputar, tomoinya bertambah menjadi tiga, lalu perlahan berubah menjadi Mangekyō Sharinggan—pola mata yang sama seperti Uchiha Madara sebelum mendapatkan versi abadi.

Ye Chen tersenyum puas. Seperti yang kuduga dari rivalku…

Lan Batian menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya bersemangat, “Chen’er, Shuang’er, bagaimana? Apa kemampuan kalian?”

“Ayah,” jawab Ye Chen mantap, “aku bisa menyerap energi spiritual sepuluh kali lipat lebih banyak lagi, juga memiliki kemampuan pemulihan otomatis. Selain itu, aku bisa menguasai banyak jurus kayu… dan kekuatan air.”

Lan Shuang menyusul dengan suara lembut, “Kalau aku, Ayah, aku bisa menghasilkan lima pedang energi dan juga mengendalikan api.”

Lan Batian tertegun. Kebangkitan Shuang’er luar biasa—kekuatan api dan pedang energi. Tapi Ye Chen… hanya air dan kayu?

Ia lalu tersenyum kecil. “Apakah kalian ingin mencobanya?”

Ye Chen mengangguk semangat. “Ya, Ayah!”

“Kalau begitu,” ucap Lan Batian sambil menepuk dadanya, “serang Ayah sekuat tenaga. Jangan khawatir, Ayah kuat.”

Ye Chen dan Lan Shuang saling pandang, lalu berdiri berdampingan.

Ye Chen mengambil posisi pertama. Ia menyatukan kedua tangannya membentuk segel aneh.

“Gaya kayu:kayu menjalar,” gumamnya pelan.

“Hm? Bahasa apa itu?” pikir Lan Batian bingung. Tapi sebelum sempat menanyakan, di bawah kaki Ye Chen tanah mulai bergetar.

Akar-akar kayu raksasa muncul dari tanah, menjalar cepat ke segala arah. Dalam hitungan detik, cabang-cabang setebal satu meter memenuhi area dalam radius puluhan meter.

“Gaya Kayu: Kurungan Kayu!”

Segel tangan Ye Chen berubah cepat. Kayu-kayu besar itu melilit dan menutup Lan Batian dalam kurungan rapat tanpa celah sejauh sepuluh meter.

Lan Batian menatap sekitar dan tersenyum tipis. “Nak, kalau begini Ayah bisa membakar kayumu, tahu?”

Ia mengangkat tangan kanannya, dan api menyala menyelimuti telapak tangannya sebelum menjalar ke kayu yang melingkupinya.

Namun Ye Chen justru tersenyum kecil. Saat api menyentuh kayu, nyala itu langsung terserap dan menghilang seketika.

“Apa…?” Lan Batian terbelalak. “Menyerap elemen lain?”

Ia benar-benar tak percaya. Seharusnya kayu ini terbakar!

Ye Chen menatap ayah angkatnya dengan senyum tenang dan berkata dalam hati. “Lucu sekali, kan? Kayu dari Senju Hashirama istimewa—terbentuk dari elemen tanah dan air. Karena itu, kekuatan kayu bisa menyerap elemen lain.”

Di sampingnya, Lan Shuang mulai membentuk segel dengan kedua tangan, gerakannya cepat dan lincah. Dengan nada imut namun penuh semangat, dia berteriak,

“Gaya Api: Badai Api!”

Sekejap kemudian, semburan api besar berbentuk pusaran muncul dari mulutnya. Api itu berputar membentuk badai raksasa, meluas hingga puluhan meter, lalu menjalar dengan panas menyengat ke arah kurungan kayu tempat Lan Batian berdiri.

Lan Batian sempat tertegun, namun segera tersenyum tipis.

“Kekuatan api, Lengan Naga Api!”

Suara dentuman terdengar ketika dua lengan naga berwarna merah membara muncul dari punggungnya. Lengan itu menjulur hingga lima meter, menghantam badai api dan menepis serangan putrinya. Sementara itu, kurungan kayu pun ikut terlepas dan hancur berkeping.

Ye Chen yang berdiri di sisi lain segera menyatukan kedua tangannya.

“Gaya Kayu: Duri Kayu!”

Dalam sekejap, dari tanah dan pepohonan di sekitarnya muncul duri-duri besar sepanjang dua meter. Duri itu menjalar cepat dalam radius sepuluh meter, menembus udara dan menghujam ke arah Lan Batian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!