NovelToon NovelToon

Aku Yang Kau Pandang Sebelah Mata

Tiba-Tiba Dijatuhi Talak

Braakkk...

Rantang makanan yang dibawa Hana dilempar hingga semua isinya berhamburan.

"Dasar istri tidak berguna sudah miskin, udik, kampungan lagi. Untuk apa kamu datang ke kantor, mau buat aku malu karena punya istri macam kamu."

"Mulai hari ini, Hana Nayaka bukan istriku lagi. Aku jatuhkan talak satu." Ucap Adam lantang.

"Mas... Kamu kenapa tega padaku? Apa salahku?" Tangis Hana pecah di depan lobby perusahaan tempat Adam bekerja sebagai manager keuangan.

Padahal hari itu, Hana hanya ingin membawakan bekal untuk sarapan.

Sudah hampir 3 bulan belakangan ini, Adam Husain melewatkan sarapan dengan alasan pekerjaannya sedang banyak jadi harus datang pagi-pagi.

Hana sudah mengabdi menjadi seorang istri hampir 2 tahun lamanya. Sebelum menikah dengan Adam, Hana adalah seorang sekretaris di Perusahaan di mana Adam waktu itu hanya sebagai karyawan staf biasa.

Adam, pria tampan yang sopan telah mencuri hati seorang Hana. Wanita berotak cemerlang lulusan S2 dengan nilai cumlaude pada masanya.

Hana adalah seorang anak yatim piatu, dibesarkan di Panti Asuhan yang berada di kota kecil. Tapi, karena tekad yang kuat dan juga kecerdasan yang dimilikinya. Hana mendapatkan beasiswa full untuk berkuliah di sebuah universitas terfavorit yang ada di Ibu Kota. Sejak hari itu kehidupan Hana berubah menjadi lebih baik lagi.

Meskipun mendapatkan beasiswa, tapi Hana yang terbiasa bekerja keras tidak ingin hanya mengandalkan uang itu. Dia melamar pekerjaan sebagai karyawan freelance di sebuah perusahaan besar. Hana tidak pernah datang ke kantor, karena tugasnya adalah mengaudit keuangan yang dikirim pemimpin perusahaan. Sudah banyak kecurangan yang berhasil Hana temukan, dan itulah prestasinya.

Saat ini Hana berumur 27 tahun, sedangkan dia menikah pada saat umurnya 25 tahun. Bekerja sebagai seorang sekretaris sejak lulus S1 tepatnya saat usianya baru 22 tahun, itu artinya Hana berkerja 3 tahun sebelum menikah. Tapi, Adam yang tidak ingin membuat Hana lelah dengan pekerjaannya meminta istrinya itu mengundurkan diri.

Kegiatan Hana hanya diisi dengan urusan Ibu Rumah Tangga, hal itu memicu kebencian Ibu Mertuanya. Hana dianggap sebagai pengangguran, yang hanya bisa menghabiskan uang suami. Tanpa Adam dan Ibunya tahu, jika kenaikan jabatan Adam ada andil Hana yang mempromosikan suaminya. Hana meminta pada CEO untuk mengangkat Adam sebagai Manager Keuangan.

Hana memberikan jaminan dirinya sendiri, bahwa suaminya pasti akan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.

Waktu terus berputar, setelah setahun berumah tangga Hana tidak kunjung hamil tuntutan dari Ibu Mertuanya membuat Hana stres tapi juga tetap berusaha untuk memeriksakan diri. Pada akhirnya, Hana mengikuti program kehamilan yang merubah seluruh hidupnya.

Tubuh Hana semakin subur, dalam artian dia menjadi bertambah gemuk. Kulit wajah kusam dan berjerawat. Tapi tetap saja dia belum juga berbadan dua, karena memang hasil pemeriksaan Dokter menyatakan jika salah satu indung telurnya bermasalah.

Dan sudah 3 bulan belakangan sikap suaminya mengalami perubahan drastis. Lebih dingin dan seolah berjarak.

Tapi, meskipun begitu Hana masih bersikap lembut dan memaklumi Adam. Menganggap mungkin suaminya memang sangat sibuk di kantor sehingga setiap pulang kerja selalu mengaku kelelahan. Sehingga sudah 3 bulan ini Hana tidak pernah disentuh Adam. Adam selalu tidur membelakangi Hana, tidak ada pelukan atau kecupan. Semua sudah terasa jauh berbeda.

Tapi, dijatuhkan talak hanya karena dia datang mengantar makan siang. Bukankah itu sudah sangat berlebihan. Apalagi ucapan jika Hana sengaja ingin mempermalukan dirinya di kantor.

"Sudah pergilah, jangan banyak drama. Aku malu punya istri yang tidak pandai merawat diri, tapi sekarang kamu bukan lagi istriku. Jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi."

Usai mengatakan kalimat yang menyakitkan, Adam menendang rantang dengan kencang. Hingga panci yang terbuat dari alumunium itu terpental jauh dan jatuh tepat di kepala seseorang.

Kluntanggg...

"Bangsat!" Umpat seorang laki-laki naik motor sport berwarna merah terang tanpa menggunakan helem.

Pria yang berpenampilan ala preman itu turun dengan wajah garangnya.

"Kamu ya yang sudah menendang panci rantang hingga mengenai kepalaku?" Ucap pria dengan badan penuh tatto dan rambut panjang sepundak.

"Tidak... Bukan aku." Jawab Hana dengan mata sembab berwarna merah.

"Lah... Aku yang ditimpuk, malah dia yang nangis. Konyol sih... Hahaha..." Dia tertawa tapi setelahnya berhenti ketika Hana semakin tergugu.

"Ehh... Sorry... Sorry... Jangan nangis lagi di pinggir jalan begini. Bisa gawat kalau dilihat orang, dikiranya aku mau memperkosa kamu." Ucap Pria itu terlihat panik.

Padahal tadi dia sengaja memelankan laju motornya karena ada panggilan telepon. Belum juga diangkat ponselnya, tapi kepalanya sudah kena timpuk. Dan sekarang dia seolah tersangkanya.

"Tolong, bolehkah bawa aku pergi?" Ucap Hana dengan bibir bergetar. Karena tidak tega dan takut dikeroyok warga dikira dia penjahat. Mau tidak mau pria itu menyuruh Hana naik ke motornya.

"Kamu mau diantar kemana?" Tanyanya.

"Antar saja ke Taman Kota. Aku ingin mendinginkan pikiranku dulu." Jawab Hana setelahnya motor melaju.

Setelah beberapa menit menembus kemacetan, di sinilah Hana berada sekarang. Duduk diam di kursi Taman, sedangkan pria itu menyaksikannya dari motornya yang diparkir di kejauhan.

"Lah dia minta diantar ke Taman buat lanjut menangis, aneh!" Meskipun begitu justru pria itu turun dari motor lalu mendekati Hana yang masih menangis sesenggukan.

"Aku tidak punya tissu, hanya ada sapu tangan." Ucapnya tulus, sambil mengulurkan tangan yang memegang sapu tangan berwarna biru langit.

"Aku tidak tahu permasalahanmu apa, tapi menangis di tempat umum seperti ini tidak baik untukmu. Jika terlihat oleh orang yang membencimu, maka kamu akan ditertawakan dan dijadikan bahan gunjingan mereka."

"Sebaiknya kamu pulang, renungi masalahmu dan cari solusi yang terbaik. Jangan mau kalah dengan ketidak adilan, dan jadilah dirimu sendiri." Ucap pria itu bijak, meskipun tampangnya preman tapi hatinya lembut.

"Ini kartu namaku, kamu boleh menghubungiku jika suatu hari butuh bantuanku. Tapi rahasiakan identitasku, karena aku masih ingin bersenang-senang."

Setelah itu, dia langsung pergi. Meninggalkan Hana yang terdiam membeku. Sapu tangan dengan aroma parfum mahal dan bordir inisial nama membuat kain itu terlihat mewah.

"Langit Jagadya Marva, CEO Marva Grup. tempat Adam bekerja?" Gumamnya.

"Astaga, jadi dia putra tunggal pemilik perusahaan yang selama ini selalu bersembunyi di balik layar?"

Ya, Hana tahu nama Langit tapi tidak pernah tahu orangnya. Karena dulu saat dia bekerja sebagai sekretaris pribadi Tuan Angkasa Marva, bosnya itu sering terdengar marah dengan yang namanya Langit.

"Dia memang tidak mirip CEO, dia lebih cocok menjadi ketua gangster pembalap liar." Ucap Hana terkekeh sambil mengusap air matanya.

Mengusir Ibu Mertua

Menurut informasi BMKG sinar matahari sedang berada di puncak panas. Jam 12:30 WIB Hana memutuskan untuk pulang dari Taman. Cuaca yang panas tak sepanas hati Hana kala mengingat statusnya yang sudah ditalak oleh suaminya.

"Apa Adam punya selingkuhan?" Gumamnya sambil berjalan kaki menelusuri trotoar. Banyak pertanyaan berseliweran di otaknya.

"Jika alasan menceraikanku karena perselingkuhan, aku tidak akan tinggal diam. Kamu lupa sebelum menikah denganku kamu hanya karyawan biasa, maka akan aku kembalikan posisi itu." Ucap Hana penuh tekad membara.

Dia harus pulang dulu ke rumah, dan mengusir Ibu mertuanya. Rumah itu miliknya, yang dia beli sebelum menikah dengan Adam.

Hana berjalan perlahan, tubuh gemuknya membuat langkah kakinya terasa berat.

"Huff... Aku tidak percaya jika hanya berjalan kaki sebentar saja, nafasku sudah tersenggal-senggal." Gumamnya.

Karena tidak kuat berjalan lagi, Hana pun memesan taxi online. Beruntung saldo OVOnya sudah diisi, karena isi dompetnya saat ini tinggal uang pecahan warna ungu.

"Ternyata aku memang semiskin ini." Gumam Hana yang berdiri di bawah pohon di pinggir jalan.

Hana baru menyadari, selama pernikahannya sudah banyak uang tabungannya yang keluar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukan hanya belanja isi dapur, tapi juga belanja barang-barang tidak penting permintaan Ibu mertuanya. Padahal nafkahnya hanya ala kadarnya.

"Aku bodoh, bisa-bisanya selama ini terima uang nafkah yang tidak sesuai dengan gaji Adam. Harusnya aku tahu jika yang diberikan padaku tidak ada setengahnya, tapi karena merasa aku mampu menutupi dengan uang tabunganku aku juga menutup mata. Oh... Sialnya!"

Tin

Tin

Saking asiknya ngedumel, Hana tidak melihat taxinya datang.

Mobil berwarna putih melaju, awalnya Hana menginginkan segera sampai rumah. Tapi saat di tengah perjalanan, Hana tiba-tiba beruban pikiran.

"Pak tolong putar balik, kita ke Perusahaan Marva Grup saja."

"Baik, Neng." Ucap Sopir menurut.

"Aku harus mencari tahu apa penyebab Adam berubah. Apakah benar dia sudah berani main api."

Hana turun sedikit jauh dari Perusahaan, di sebuah warung soto. Ini masih jam makan siang, sudah pasti banyak karyawan beristirahat.

"Semoga saja aku bisa mendapatkan informasi dari tempat ini." Gumamnya.

Hana masuk ke warung soto dan duduk di pojokan setelah sebelumnya memesan satu porsi soto.

"Lumayan, aku memang sedang lapar."

Baru beberapa sendok suap, Hana sudah mendengar kasak kusuk yang membicarakan tentang suaminya dan seseorang.

"Kamu tahu gak, tadi katanya istri Adam datang untuk mengirimkan makan siang tapi Adam marah-marah dan langsung menjatuhkan talak. Gila sih si Adam ini... Kayak kacang lupa kulitnya, dia sukses juga berkat rekomendasi istrinya."

"Memangnya siapa istrinya? Dengar-dengar wanita itu sangat jelek dan berbadan gemuk? Pantas sih kalau Adam tergila-gila dengan Veronika." Ucap salah seorang karyawan baru.

"Kamu karyawan baru tahu apa. Istrinya Adam itu wanita hebat, dulu dia mantan sekretaris pribadi Tuan Angkasa. Masuk Perusahaan setelah mengalahkan puluhan orang yang mendaftar."

"Selain cantik, dia juga smart. Hanya karena mengabdi pada Adam, dia menurut saat diminta resign. Bahkan dia merekomendasikan Adam pada Tuan Angkasa sebagai pengganti dirinya. Tapi giliran sukses, malah belagu. Selingkuh dengan karyawan yang jika dibandingkan dengan Hana, Veronika tidak ada seujung kukunya. Vero hanya menang di dia pandai menggoda."

Mata Hana berkabut, itu adalah suara Nicky temannya sewaktu bekerja. Ternyata Nicky masih mengingat dirinya, dan sekarang membela harga dirinya. Hana ingin mendekati Nicky, tapi suara temannya membuatnya urung beranjak.

"Vero ini kalau tidak salah keponakan Pak Rudi, kepala HRD. Bisa jadi, dia lolos seleksi karena Pak Rudi sudah Nepotisme."

"Tapi aku senang lihat mereka berdua, Adam dan Vero romantis sekali tiap hari. Bikin iri." Ucap karyawan yang bernama Lina.

"Lina... Lina... Kamu ini ternyata pendukung pelakor. Bagaimana jika calon suamimu yang katanya ada proyek di luar kota itu berselingkuh? Kamu pasti sudah nangis bombay, secara kamu ini terkenal lebay."

"Sudahlah Nicky jangan berkata buruk tentang tunanganku, sudah pasti dia setia meskipun aku tidak ada. Yuk buruan selesaikan makannya, sudah jam 13:30. Kita terlambat."

Akhirnya Nicky dan Lina kembali ke kantor karena jam makan siang sudah selesai sejak tadi.

"Jadi benar kalau Adam selingkuh. Baiklah kalau begitu." Gumam Hana.

Karena uang di dompetnya tinggal 5 lembar kertas warna ungu. Dia pun memutuskan langsung pulang ke rumah dengan naik bus.

Setelah beberapa waktu dalam perjalanan, Hana akhirnya tiba di rumah. Begitu membuka pintu ruang tamu. Hana sudah disambut tatapan tajam mertuanya yang bernama Ibu Juminten.

"Dari mana saja kamu?" Teriaknya.

"Kamu tidak lihat, sekarang sudah jam berapa? Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya saja keluar masuk rumah." Lanjutnya tidak sadar dengan apa yang diucapkannya itu.

"Aku...?" Hana menunjuk dirinya sendiri.

"Aku adalah Hana pemilik rumah, terserah aku mau keluar masuk. Memangnya ada aturan pemilik harus melapor pada penumpang." Jawabnya sarkas.

"Dan mulai sekarang, Ibu harus keluar dari rumahku. Karena anakmu sudah menjatuhkan talak padaku." Lanjutnya.

Beruntung, sertifikat rumah, Hana simpan di tempat yang tidak terfikirkan. Bukan di lemari atau laci. Tapi di ruang khusus dibalik keramik yang berada di bawah meja yang ada di kamarnya. Semacam brangkas besi yang ditanam.

Dengan langkah mantap, dagu terangkat, Hana menuju kamar di lantai satu yang selama 2 tahun menjadi tempat istirahat ibu mertuanya. Hana mengeluarkan tas lusuh mertuanya, dan mengambil barang yang Hana tahu mana yang pemberiannya dan mana yang asli bawaan mertuanya. Setelah itu, Hana mengunci kamar.

"Pergilah ke rumahmu sendiri, IBU!"

Memang terkesan tidak sopan, tapi Hana tidak peduli lagi sekarang. Sudah lama dia selalu mengalah, dihina, dicaci maki oleh mulut pedas Ibunya Adam karena tidak kunjung hamil dan dianggap miskin.

Hana menarik kuat tangan mertuanya, dan membawanya keluar hingga gerbang. Tentu saja Ibu Juminten kalah karena tenaga Hana sekuat gajah.

"Jangan bertanya aku ini kenapa? Tapi tanya saja pada anakmu yang sekarang jadi tukang selingkuh. Dia sudah menjatuhkan talak kepadaku, berarti dia bukan lagi suamiku. Jadi, untuk apa aku menampung ibunya di rumahku." Ucap Hana.

"Rumah ini adalah milik Adam, kamu tidak bisa mengusirku. Dasar kurang ajar!" Teriak Ibu Juminten.

"Berteriaklah Bu, biar viral, biar ramai, dengan begitu aku tidak perlu membayar buzzer atau wartawan. Aku ingin tahu apa pembelaan dari anakmu yang bajingan itu." Tidak ingin semakin terpancing emosi, Hana langsung menutup gerbang pagarnya.

Setetes air mata kembali jatuh, siapa yang tidak bersedih jika hatinya dihancurkan orang yang dicintainya.

Menemui Tuan Angkasa

Hana mengunci pintu ruang tamu, menutup semua jendela sekaligus gordennya. Dia bergegas mengecek semua berkas penting miliknya yang dia sembunyikan. Menggeser sendiri meja kayu itu, dan di sana terlihat ada empat keramik yang posisinya aneh. Bukan aneh dalam artian buruk, tapi pola keramik yang dibalik-balik sehingga terlihat tidak rapi.

Dengan obeng kecil Hana membukanya. Dan semua berkas penting miliknya masih aman berada di tempatnya.

"Syukurlah semuanya masih utuh, sertifikat rumah masih tetap atas namaku. Mobil yang dipakai Adam itu, juga BPKBnya masih di sini tertulis pemiliknya adalah Hana Nayaka. Dan buku tabungan serta ATM deposito masih aman." Gumam Hana.

"Beruntung aku ingat pesan Ibu Panti dulu saat mengantarku menikah." Ucapnya menerawang mengingat ucapan Ibu Yanti. Orang baik yang sudah dianggapnya sebagai orang tua sendiri.

'Kamu mengumpulkan semua harta benda ini sebelum menikah dengan Adam. Ada baiknya kamu simpan dengan baik, karena kita tidak tahu masa depan akan seperti apa.'

'Kita memang tidak mengharapkan hal buruk terjadi dalam hidup kita. Tapi sebagai perempuan mandiri yang tidak punya keluarga kandung yang melindungi, kamu wajib bisa melindungi dirimu sendiri.' Ucap Ibu Yanti.

Wanita paruh baya itu baru meninggal dunia setahun yang lalu. Setelah Panti Asuhannya digusur karena ternyata kepemilikan tanahnya masih ilegal.

Hana juga mengingat pesan terakhir Ibu Yanti sebelum meninggal dunia.

'Hana di dunia ini, terkadang yang kita anggap sebagai cinta. Dialah yang mungkin penyebab luka. Apa pun yang terjadi, kamu harus kuat, harus bisa selalu tegak berdiri dengan kakimu sendiri. Suami kadang orang yang menjadi sebab kamu harus tetap kuat.'

Waktu itu, Hana hanya mendengarkan tanpa banyak berkomentar. Karena Hana tahu, jika sepanjang usianya Ibu Yanti hanya hidup seorang diri. Setelah sebelumnya pernah menikah dan dikhianati karena dia wanita mandul.

Kini, Hana tahu apa maksud semua perkataan Ibu Pantinya itu. Karena kini, Hana sudah mengalami sakit hati akibat telah dikhianati.

"Mumpung masih jam tiga sore, sebaiknya aku harus segera beberes. Akan aku kemas barang Adam ke dalam koper, setelah itu aku kirimkan ke rumah ibunya. Dan untuk sementara aku butuh tempat persembunyian, bukan karena takut. Tapi aku hanya ingin menjaga kewarasan, sebelum akta cerai keluar. Bisa saja Adam bertindak impulsif."

Tidak butuh waktu lama untuk Hana mengemas seluruh pakaian Adam. Tidak lupa, dia juga mengemas pakaiannya sendiri, surat-surat berharga. Dan yang paling penting akta nikah harus dia bawa juga. Setelah itu, Hana mengunci semua jendela dan pintu dengan rapat.

"Mungkin setelah ini, lebih baik aku jual saja rumahku." Gumamnya.

Hana sudah memanggil Ojek Online untuk mengantarkan koper milik Adam. Sekarang tujuan Hana adalah rumah Tuan Angkasa, dia butuh bantuan dari mantan bosnya bekerja dulu.

"Astaga, aku sama sekali tidak punya uang cash. Tabunganku yang itu sudah habis untuk kebutuhan." Ya, Hana punya tabungan yang terbuat dari kaleng khong guan.

Sebenarnya Hana punya dua buku tabungan. Yang satu tabungan deposito, yang isinya mencapai 1 Miliar. Yang satunya lagi yang memang dia peruntukkan untuk gesek tunai. Awal mula menikah isinya 500 juta, tapi 2 tahun menikah uang itu tersisa 500 ribu. Yang belum dia ambil dari mesin ATM karena terburu-buru.

Sedangkan yang ada di kaleng adalah uang nafkah dari Adam yang setiap bulannya diberi 5 juta untuk semua kebutuhan hidup, termasuk bayar listrik, dan air. Padahal dia tahu gaji Adam sebagai Manager Keuangan setelah setahun menjabat sudah mencapai 15 juta. Lantas yang 10 juta setiap bulannya lari ke mana? Pikirnya.

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Hana ke rumah Tuan Angkasa dengan ojek online. Selain lebih cepat juga hemat sesuai isi dompetnya.

"Semoga saja Tuan Angkasa jam empat nanti sudah pulang, jadi aku tidak perlu menunggu lama."

Tapi mungkin keberuntungan sedang berpihak pada wanita bertubuh gemuk itu. Karena Tuan Angkasa sudah pulang.

Hana baru turun dari ojek, di saat bersamaan mobil Tuan Angkasa tiba di depan gerbang.

Dengan membawa banyak beban, Hana berlari tergopoh-gopoh mendekati mobil. Ya benar beban Hanya begitu banyak, beban koper, beban berat badan dan ditambah beban hidup. Hana adalah definisi wanita terkuat di bumi untuk saat ini.

"Tuan Angkasa, boleh saya bicara?" Tanya Hana dengan suara lantang. Tuan Angkasa menatap bingung ke arahnya, pikirnya siapa gajah ini. Kenapa bisa mengenali namanya, padahal Tuan Angkasa merasa tidak pernah berurusan dengan penghuni Taman Safari.

Mengerti jika mantan bosnya, melupakannya. Hana langsung menyebutkan nama lengkapnya.

"Saya Hana Nayaka." Ucap Hana.

"Hana? Tidak mungkin kamu Hana. Jangan mengaku-ngaku sebagai mantan sekretaris pribadiku yang imut itu. Masa iya hanya dalam waktu dua tahun dari kelinci imut menjadi gajah bengkak yang jelek seperti ini, kamu jangan fitnah." Ucapan Tuan Angkasa bagaikan godam yang menghantam tepat pada hatinya. Hana pun menangis meratapi nasibnya.

"Jadi aku memang sejelek itu, sampai Tuan Angkasa tidak mengenaliku. Tapi aku masih ingat jargon Anda, Tuan Angkasa." Ucap Hana.

"Jargon apa, aku tidak pernah buat jargon. Jangan mengada-ngada! Sekarang juga menyingkir dari jalanku, biar sopirku memasukkan mobilku." Ucap Tuan Angkasa sudah mulai jengah.

"Langit... Jangan mendungkan hati Mamamu."

"Haahhh... bagaimana bisa kamu tahu? Jadi kamu beneran Hana Nayaka? Astaga kenapa jadi sejelek ini? Ya sudah ayo masuk rumah, ada Mamanya Langit di dalam."

Sepanjang jalan dari gerbang hingga pintu rumah, Hana berulang kali mengusap air mata yang jatuh di pipinya dengan gerakan kasar.

"Pantas kalau Adam selingkuhi aku."

"Ma... Mama... Ada Hana di depan, sepertinya ada hal sangat penting yang ingin dia sampaikan." Teriak Tuan Angkasa pada istrinya.

"Apa sih Pa.. Kenapa harus teriak-teriak seperti di hutan." Ucap Nyonya Senja tersenyum hangat.

"Ayo buruan, kamu pasti tidak percaya jika wanita di depan itu adalah Hana mantan sekretarisku."

Saat ini, tiga orang itu sedang duduk di ruang tamu.

"Jadi katakan apa tujuanmu datang?" Setelah melihat sorot mata terluka dari mantan sekretaris pribadinya itu, Tuan Angkasa tahu jika masalah yang mungkin sedang dihadapi Hana sangat besar, sebesar bentuk tubuhnya.

"Saya minta rekaman CCTV di area Lobby siang hari ini."

"Dan rekaman yang ada di ruangan Manager keuangan." Ucap Aurora.

"Memangnya kenapa? Apa ada masalah dengan Adam, suami kamu itu?"

"Adam telah berselingkuh dengan Veronika, dia juga sudah menjatuhkan talak. Dan saya butuh bukti perselingkuhannya untuk menuntut Adam ke Pengadilan." Suara tegas tapi bergetar dari Hana membuat Nyonya Senja terenyuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!