NovelToon NovelToon

Terlahir Kembali Karena Dendam

Hari kematian

"Saya tidak melakukan pengkhianatan!" teriak Ratu Corvina Lysandre, ia berlutut di atas karpet permadani berwarna merah.

Terikan Corvina di saksikan para pejabat kerajaan dan tentu saja suaminya sang kaisar negri Ardelia, Cassian Vallero yang duduk di singgasananya dengan wajahnya yang dingin.

"Ratu Corvina adalah mata-mata musuh. Dia membocorkan rahasia kerjaan." Seorang dewan kerajaan berambut putih dan berbadan gempal bersuara. "Kami harap Yang Mulia Kaisar segera mengambil tindakan untuk menghukum pengkhianat."

Ratu Corvina menggeleng. "Tidak! tolong percaya saya tidak melakukannya."

Malam sebelumnya, di pesta perjamuan itu, seorang bangsawan utusan dari kerajaan lain roboh di lantai. Mereka bilang minuman itu beracun. Mereka bilang akulah yang meracuninya. Mereka bilang akulah yang mengirim surat ke kaisaran Brionne. Rasanya perutku mual dan kepalakku berputar setiap kali mendegar kesaksian para pelayan di istanaku ... Mereka kenapa melakukan ini terhadapku? atas dasar apa aku di fitnah seperti ini? dan saat aku melihat wajah Lady Meriel Astreine yang tersenyum, aku baru sadar ternyata itu perbuatannya.

Semua berawal dari selembar surat. Tulisan tangan yang mirip dengan tulisan tangan Ratu Corvina, lengkap dengan cap kerajaan Ardelia. Yang isinya: "Pangkalan timur akan terbuka pada bulan perak. Segala kehormatan akan ku bayar pada Brionne."

Cassian menatap ratunya itu tanpa perasaan iba sedikitpun, lalu ia melempar surat eksekusi yang sudah di bubuhkan tanda tangan dan stempel kerajaan.

"Jika itu benar, maka ratu telah menodai Ardelia. Dan harus di jatuhi hukuman mati."

Ucapan sang Kaisar adalah mutlak dan tak bisa di ganggu gugat, membuat Corvina meraung tak terima.

"Yang Mulia kaisar, aku tidak bersalah," lirih Corvina, berharap ada sedikit belas kasihan dari suaminya itu. Namun, tak ada tanggapan sedikitpun.

"Dan seluruh keluarga Lysandre akan ikut di hukum mati karena telah melakukan pengkhianatan," titah Kaisar. Dengan tatapan yang dingin ia menatap Corvina, orang tua dan kakak laki-laki Corvina ikut menangis.

"Tidak! kenapa keluargaku ikut di hukum?" tanya Corvina

"Kalian adalah sekutu dari musuh negeri ini." kata seorang dewan kerajaan yang lainnya, "seluruh keluarga kalian harus di musnahkan."

"Bawa mereka semua ke tempat eksekusi!" titah Cassian.

Pengawal istana langung mengikat tangan Corvina dan keluarganya dengan tali, lalu membawa mereka ke tempat eksekusi. Semua orang keluar dari istana mengikuti Corvina dan keluarganya yang di giring oleh pengawal istana.

Corvina menengadah ke langit yang saat itu terlihat mendung seolah ikut berduka atas ketidakadilan yang terjadi padanya dan keluarganya. Lalu, ia menatap mata pisau tajam pada alat penggal dengan berat hati ia menarik napasnya mencoba untuk pasrah meskipun hatinya menjerit karena tidak terima.

"Aku Kaisar Cassian Vallero de Ardelia, dengan ini menyatakan Ratu dan seluruh anggota keluarga Lysandre yang telah melakukan pengkhianatan dan merugikan negara akan di hukum penggal."

Dengan suara dingin dan wajah yang menakutkan, Kaisar Cassian mengakhiri hidup mereka semua.

Corvina mengarahkan pandangan kepada kaisar dan Lady Meriel sebelum mata pisau alat penggal mengenai lehernya, dengan tatapan penuh kebencian. Dan hatinya tak hentinya mengutuk mereka berdua.

Aku tak akan pernah melupakan wajah terkutuk kalian, tak akan melupakan perbuatan yang telah kalian lakukan terhadapku... Dan jika nanti ada kehidupan kedua semoga saja aku bisa membalaskan dendam ini...

Terlahir kembali

"Yang mulia, apa anda tidak apa-apa?"

Corvina mengerjap seolah baru terbangun dari mimpi, napasnya tersengal-sengal dan ia langsung memegangi lehernya.

"Ah! leherku tidak terputus?" ujarnya pelan, "bagaimana bisa? aku masih hidup atau hidup kembali?"

Pelayan pribadinya, menatap sang Ratu degan keheranan.

"Anda barusan tertidur. Saya sudah berusaha membangunkan anda tapi tidur anda sangat pulas."

Corvina mengernyit. "Apa aku hanya bermimpi?" tanya nya pada diri sendiri.

"Apa Yang mulia, mimpi buruk?" tanya pelayan itu, "saya sempat khawatir saat melihat anda tadi berlari ke taman, tapi setelah melihat anda tidur saya sedikit lega setidaknya anda tidak menangis seperti biasanya."

Corvina menatap sekeliling, ia ternyata berada di taman. Tempat yang biasa ia datangi saat sedag measa sedih.

"Memangnya aku kenapa, sampai kamu mengira menangis?"

"Apa anda tidak ingat? tadi anda menyaksikan Lady Meriel yang diangkat menjadi selir resmi Kaisar." jelasnya.

Jadi aku kembali tepat di saat wanita jalang itu di angkat menjadi selir? Hah, tentu saja aku ingat, di kehidupan sebelumnya aku sangat hancur dan merasa di khianati mendengar Meriel tiba-tiba di angkat menjadi selir. Meriel tadi nya hanya seorang pelayan di kediaman Lysandre ... Mungkin aku yang dulu terlalu naif sampai aku tidak menyadari betapa busuknya dia. Aku memperlakukannya seperti saudaraku sendiri karena aku sering iba saat dia menceritakan kehidupannya sebelum dia bekerja di keluargaku. Dan bodohnya lagi, aku bawa dia ke istana hanya karena dia membuat alasan ingin melayaniku dan tak mau jauh dariku. Aku tak menyangka ternyata dia mempunyai niat terselubung dan entah sejak dari kapan dia mulai menggoda suamiku? sampai-sampai berhasil menjadi selir resmi tepat di usia pernikahanku yang ke satu tahun.

"Casie, haruskah aku datang untuk mengucapkan selamat kepada mereka berdua?"

pertanyaan tiba-tiba dari Corvina membuat pelayan itu terkejut.

"Apa anda yakin, Yang mulia?"

"Tentu saja, Cesie. Mereka layak di beri ucapan selamat."

Corvina bangkit dari duduk nya, dan melangkah menyusuri lorong meninggalkan kediaman ratu menuju kediaman sang selir yang baru di angkat, Meriel. Tak butuh waktu lama, ia sampai dan langsung menyaksikan Meriel sedang duduk di pangkuan Cassian sang Kaisar sekaligus suaminya.

"Apa kedatanganku mengganggu kemesraan kalian?" tanya Corvina berjalan perlahan mendekat ke arah mereka.

Cassian mendorong perlahan Meriel.

Meriel langsung berdiri dan membungkuk hormat.

"Hormat saya kepada Yang mulia ratu,"

"Apa aku perlu mengadakan pesta atas keberhasilan mu menjadi selir, Lady Meriel?" tanya Corvina

"Jika itu tidak merepotkan, aku setuju,"

"Aku tidak akan repot," ucap Corvina tenang, ia berjalan mendekat ke arah Cassian yang masih duduk dengan tenang. "Justru aku senang karena sekalian aku akan memberi contoh untuk para istri di pesta nanti, agar lebih berhati-hati terhadap pelayan wanita yang bekerja di rumah mereka."

Wajah Lady Meriel menegang. “Maksud Anda, Yang Mulia…” suaranya bergetar halus, “apa Anda berniat mempermalukanku di depan tamu kerajaan?”

"Kenapa kamu harus merasa malu? kenyataan nya Memangnya begitu, kan?"

Tanpa aku menawari mengadakan pesta buatnya, pesta itu tetap akan di adakan atas permintaan Meriel yang di sampaikan kepada Cassian ... Cassian akan mendatangiku dengan titahnya sebagai Kaisar untuk mengadakan pesta buat sekingkuhannya itu dan menyuruh ku mengundang para bangsawan sebagai debut awalnya di kalangan bangsawan.

"Yang mulia, aku tahu anda cemburu terhadapku yang telah mendapat kasih sayang dari Yang mulia Kaisar," kata Meriel dengan nada suara yang seolah bersedih, tapi Corvina tahu betul dia sedang berpura-pura di depan Cassian. "Tapi, apakah yang mulia Ratu sampai harus berbuat seperti itu?"

Dia memang pandai berakting ... di kehidupan sebelumnya, justru akulah yang di permalukan olehnya di pesta. Dia pandai berakting menyedihkan dan berhasil membuatku di cap sebagai Ratu yang cemburu, yang menganiaya selir Kaisar.

"Ratu," Cassian angkat bicara. "Bersikaplah layaknya seorang Ratu negeri ini, jangan sampai kamu terbawa oleh perasaan. Ratu yang bijak tidak akan berbuat hal yang kotor."

Cih! ucapannya membuatku mual ... dia mengajariku untuk bersikap bijak? lalu sikapnya apa sudah bijak sebagai kaisar selama di kehidupanku yang lalu? dia seolah menutup mata dan telinga nya, tak pernah melihat ke arahku saat aku di fitnah dan di permainkan oleh selingkuhannya itu.

"Ah, Yang mulia tentu saja saya akan bersikap bijak. Tapi saya tahu apa yang harus dan tidak boleh di lakukan, Anda tidak perlu khawatir selirmu tidak akan saya apa-apakan. Saya hanya akan mengajarinya sedikit sopan santun agar dia tahu posisinya."

"Ratu!" bentak Cassian, saat Meriel pura-pura berlindung di balik lengannya.

"Anda membentak saya, Yang mulia?" Corvina pura-pura terkejut, padahal di kehidupan nya yang dulu bentakan dan kata-kata kasar dari Cassian sudah menjadi makanannya sehari-hari. "Saya sedih mendengarnya. Baru saja sehari Lady Meriel menjadi selir, anda sudah membentak saya."

Corvina memasang wajah sedih, tangan nya pura-pura mengelap air mata yang tak ada lalu berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Ayo kita kembali, Cesie!" Corvina melangkah dengan mantap, ia tak lagi merasakan apa-apa saat melihat mereka berdua karena cinta nya untuk Cassian sudah di gantikan dengan rasa benci yang tak terbendung lagi.

to be continued....

bab 3

Corvina merebahkan tubuh di atas ranjangnya. Baru pertama kalinya ia merasa lega karena bisa meluapkan kekesalannya, di kehidupannya yang dulu ia hanya bisa memendam apapun yang ia rasakan tanpa bisa mengutarakannya. Mulai saat itu, Corvina bertekad akan memperbaiki hidupnya da menjalaninya dengan damai.

"Yang mulia, apa anda mau di buatkan teh?" tanya cesie, "anda sepertinya terlihat sangat kelelahan."

"Kamu salah, Cesie," jawabnya sambil tersenyum tipis, "justru aku tidak pernah merasa selega ini selama hidupku,"

Pelayan muda itu mengernyit, menatapku dengan ragu. Ia merasa ada yang aneh dengan sang ratu yang tak nampak seperti biasanya.

"Apa anda tidak merasa sedih, Yang Mulia? melihat Yang Mulia kaisar menjadikan Lady Meriel sebagai selir?"

Corvina bangun dan duduk menghadap jendela, menatap ke luar jendela. Langit sore Ardelia ternyata sangat indah.

"Tidak lagi, Cesie. Aku sudah tidak peduli dengan mereka berdua..."

"Benarkah?" Suara berat itu memecah udara.

Kaisar Cassian berdiri di ambang pintu, menatap ratu dengan sorot mata yang sulit dibaca. Cesie segera menunduk dan berjalan mundur meninggalkan mereka berdua.

"Benarkah Ratu sudah tidak peduli lagi dengan Kaisarnya?" tanya Cassian lagi, perkataan Corvina membuatnya heran. Ratu yang selalu mengejarnya, yang selalu haus akan perhatiannya kali ini terlihat berbeda dan itulah yang membuat Cassian berdiri di kamar Corvina saat itu.

"Yang Mulia selalu nampak tidak senang denganku," jawab Corvina pelan, seraya berdiri dan menunduk memberi hormat. "jadi mulai saat ini, saya sudah memutuskan merubah sikapku."

Cassian duduk di sofa yang ada di kamar Corvina, lalu memberi isyarat dengan tangannya agar Corvina duduk di dekatnya. Corvina menurut, dan duduk di samping Cassian.

"Merubah sikap atau merubah strategi?" tanya Cassian, "atau Jangan-jangan Ratu sedang mempersiapkan sesuatu yang mengejutkan?"

"Kalau Yang Mulia menganggap demikian, saya tidak bisa membantah. Merubah strategi maupun merubah sikapku tidak akan membuatmu berpaling dari selirmu."

"Jadi kamu cemburu? makanya kamu bertingkah sebagai bentuk protesmu?" tanya Cassian.

"Yang Mulia terlalu percaya diri, sampai bisa menyimpulkan sikapku ini sebagai bentuk protes karena rasa cemburu."

Cassian terdiam sejenak. Tatapan matanya menelusuri wajah Corvina yang kini jauh berbeda dari wanita lembut yang dulu selalu menunduk di hadapannya.

Ada sesuatu dalam cara ratu itu berbicara, terlihat tenang, penuh perhitungan, tapi tidak lagi memohon.

“Sepertinya Ratu benar-benar berubah,” katanya akhirnya. Suaranya rendah, nyaris seperti gumaman.

“Dulu kasih sayang ratu yang terlalu menggebu-gebu dan sikap ratu yang tak mudah di tebak, sekarang justru aku yang tak bisa membaca pikiranku sendiri saat melihatmu begini.”

Corvina menatapnya datar, meski dalam dadanya terselip getir yang nyaris lucu. Kaisar ini bahkan tidak sadar betapa mudahnya ia terguncang hanya karena kehilangan kendali.

“Saya hanya lelah, Yang Mulia,” ujarnya perlahan. “Lelah berusaha menjadi seseorang yang bahkan tak pernah kamu lihat."

Cassian menyipitkan mata. “Jadi kamu ingin aku memperhatikanmu sekarang?”

“Tidak.” Corvina tersenyum kecil. “Justru sekarang saya ingin merelakan kasih sayang Yang Mulia untuk Lady Meriel.”

"Kalau benar seperti itu, betapa mulianya hati Ratu, "

"Tentu saja, dengan saya tidak menghukum nya saja sudah bisa di bilang tindakan mulia. Coba Yang Mulia memposisikan menjadi diriku, melihat pelayan dari kediaman keluarga yang di bawa ke istana karena belas kasih ternyata berkhianat dengan diam-diam naik ke ranjang suamiku."

"Jangan menyalahkannya, aku lah yang tertarik kepadanya lebih dulu," ujar Cassian, "melihat kepolosan nya dan wajahnya yang selalu nampak sedih membuatku ingin melindunginya."

"Yang Mulia memang penuh belas kasih," balas Corvina, "Kenapa tidak semua pelayan dari istana ratu yang wajahnya nampak polos dan nampak bersedih di jadikan selir Yang Mulia saja." sarkasnya.

"Mulut Ratuku sekarang mulai lancang,"

"Saya hanya memberikan usulan kepada Yang Mulia. Dan satu hal yang perlu yang mulia ingat, saya tidak akan lagi mencampuri urusan asmara Yang Mulia karena saya sudah lelah."

Keheningan melingkupi kamar. Angin sore dari jendela mengibaskan tirai sutra, membawa aroma bunga lily yang dulu Cassian sendiri pilihkan untuknya. Kini, aroma itu justru terasa seperti pengingat betapa sia-sianya semua yang pernah ia janjikan.

Cassian menegakkan tubuhnya. "Kamu berbicara seperti wanita yang sudah menyerah.”

“Tidak,” jawab Corvina, suaranya tenang tapi menusuk. “Saya berbicara seperti seseorang yang baru saja terlahir kembali.”

Kata-kata itu menggantung di udara, menembus kesadaran Cassian dengan lambat tapi pasti. Ada sesuatu yang dingin di tengkuknya, entah karena firasat atau sekadar bayangan dari mata Corvina yang berkilat seperti baja.

Ia berdiri, menatapnya lama sebelum berbalik menuju pintu.

"Kalau begitu," ucap Cassian pelan, "semoga kelahiranmu kali ini tidak membuatmu menyesal."

Pintu tertutup lembut di belakangnya.

Corvina memejamkan mata, menarik napas panjang. Dalam diam, senyum tipis muncul di bibirnya, bukan senyum seorang wanita yang patah, melainkan seseorang yang baru saja menyusun langkah pertama dari rencana panjang.

"Menyesal?" gumamnya pelan, nyaris seperti amarah yang tertahan. "Yang akan menyesal… bukan saya Yang Mulia."

Di luar, lonceng istana berdentang mengumumkan malam penobatan selir Meriel.

Dan di dalam kamar yang kini sunyi, Corvina mulai menenun benang dendamnya yang pertama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!