NovelToon NovelToon

Penguasa Diamond Amber.

P. D. A

Aku benci hidupku. Aku benci kehidupanku yang berulang-ulang ini. Aku sudah tidak bisa menghitung berapa kali aku mati dan berapa kali aku hidup kembali dalam tubuh yang berbeda-beda setiap kali mati dan hidup kembali.

Aku mohon berakhirlah... Aku lelah setiap kali membawa semua ingatan ini, sangat melelahkan. Tuhan... Aku berharap supaya kali ini aku mati dan tidak hidup lagi untuk selama-lamanya, hanya itu saja.

...✿☯☯⁠✿...

...Penguasa Diamond Amber...

...✿☯☯⁠✿...

"...."

Cuit... Cuit... Cuit...

Berkedip.

Creekkk...

Pintu terbuka.

"Nona muda saatnya untuk bangun."

"Huuff...."

Bangun.

Menarik nafas....

"Well... Sepertinya kehidupan seorang nona muda bangsawan." Ucapku dengan bosan, ketika aku menyadari bahwa aku telah hidup kembali.

"Siapkan pakaianku."

"Baik Nona Muda."

"...."

Ketika pelayan dengan pakaian rakyat kelas menengah khas abad pertengahan itu pergi ke bilik pakaian, aku berjalan pelan menuju jendela yang berada tepat di tepi ranjang mewahku.

Berkedip.

Aku melihat suasana asri tanpa polisi serta aroma uang keluarga kelas atas terasa sangat akrab di hidungku. "Ini menjijikan, aroma yang mengingatkanku pada kehidupan pertamaku."

"Nona apakah anda ingin memakai pakaian ini," tunjuknya pada gaun megah berwarna hijau dengan hiasan di segala sisinya.

Aku yang melihat pakaian itu dengan rasa risih kembali mengalihkan pandanganku ke jendela sambil berkata. "Ambil gaun yang sederhana saja, cukup sedikit hiasan, hari ini saku ingin memakai yang ringan-ringan saja."

"Baik Nona muda " ucapnya sambil membungkuk sopan kemudian keluar dari kamar.

"Nona muda, kira-kira siapa namanya." Aku berjalan kearah kaca yang terletak di meja rias untuk memastikan wajahku.

Dengan tatapan kosong aku menatapnya. Sangat cantik, pikirku.

"Aku minta maaf, karena mengambil tubuhmu sembarangan." Ucapku pada pantulan di cermin.

Di depan cermin aku melihat tampilan sosok wanita muda berusia 16 tahun dengan tinggi badan 160 cm, iris mata berwarna ungu thistle, rambut hitam panjang bergelombang serta kulit putih yang bersih, bibir merah muda yang lembut. Tatapan matanya yang tajam membuatnya terlihat arogan dan penuh karisma.

Tanpa perlu memakan waktu lama aku langsung menerima kondisi ini. Tubuh yang sehat serta berasal dari keluarga terpandang lebih baik dari pada hidup kembali sebagai budak rendahan yang hidup untuk menderita.

Creek. Pintu di buka dan kali ini pembantu yang berhadapan denganku tadi membawa gaun yang lebih enak dipandang. "Nona muda biarkan saya membantu anda berganti pakaian."

Aku hanya perlu mengikuti alur sebagaimana mestinya, ini bukan pertama kali aku menjadi bangsawan muda yang biasa di layani oleh seseorang, jadi, melakukan hal semacam ini sudah tidak canggung untukku yang telah hidup berulang-ulang ditubuh orang lain.

Pembantu rumah tangga ini mulai memanggil teman-temannya untuk membantu proses berpakaian.

Membutuhkan waktu 1 jam lebih bagi wanita bangsawan untuk menyelesaikan riasan dengan sempurna. "Sudah selesai Nona Muda." Ucap gadis berambut merah keriting bernama Anna.

"Aku lapar. Bawakan makanan ringan."

"Baik."

Mereka melakukan pekerjaannya dengan baik sebagaimana mestinya pelayan memperlakukan tuan mereka dengan sopan.

"Hari ini nampaknya suasana hati anda sedang bagus nona." Kata pelayan itu dengan nada sopan.

"...."

Aku yang mendengar itu menyadari langsung bahwa sifat dari pemilik tubuh sebelumnya pastilah tipe tempramental jika menyangkut urusan kecil seperti ini.

"...."

Untuk meringankan suasana, aku berkata padanya. "Lebih baik usahakan untuk tidak merusak mood ini jika kamu tidak ingin melihatku menggila."

"Saya mengerti Nona Muda."

Pelayan paru baya itu mengangguk lembut lalu mundur setelah menuang segelas teh hangat beraroma mawar.

Sesuai dengan aturan ketat para bangsawan, nona muda dari setiap dunia serta berbagai kehidupan yang kujalani, mereka selalu menerapkan kebiasaan semacam ini.

Aku tidak begitu mengingat banyak kehidupanku tetapi terkadang, aku mengingat sebagian garis besar di awal setiap kali membuka mata. Kehidupan pertamaku sebagai bangsawan kelas menengah berada di urutan ke 17, itu adalah kehidupan seorang putri Marques dari dunia lain yang berakhir tragis.

Pada saat itu aku masih labil dan berharap kehidupan ke 17 itu akan lebih baik dari kehidupan sebelumnya tetapi, pada akhirnya aku malah berakhir di penggal karena tuduhan penghianatan terhadap kerajaannya.

"... Teh ini tidak enak." Mengingat kenangan pahit itu aku jadi melampiaskannya pada teh mawar di depanku.

Krang. Gelas cukup kuat ku sentakan sehingga sisinya miring dan menumpahkan setengah dari isinya ke atas meja.

"Maafkan Saya Nona! Maafkan Saya!!!." Pelayan itu menunduk dan bergetar, dia segera membersihkan tumpahan teh dan bergegas keluar untuk mengambil teh baru.

Setelah dia keluar, pelayan baru datang dengan nampan yang dipenuhi roti dan buah-buahan segar.

Perlahan dia meletakan nampan itu di atas meja yang sebelumnya basah dan kemudian mundur kebelakang.

"Apa kau menganggap ku anjing?."

Langkahnya terhenti. "Ti-tidak, tidak pernah Nona Muda."

"Lalu kenapa kau memberiku makanan anjing ini," ucapku dengan nada datar saat tangan kananku mengangkat roti seperti memegang kotoran.

"Apa kau telah memutuskan untuk mati setelah bosan melayaniku?."

"Tidak...! Sama Sekali Tidak Nona!." Dia berlutut lalu mengatupkan kedua tangannya, memohon untuk sebuah belas kasih.

"Hum."

Melihat itu aku mengambil roti dan menumpuknya, wajah gadis pelayan itu seketika berubah pucat. Dari atas orang tidak akan melihat ada yang salah dengan roti manis itu, tetapi jika di lihat lebih teliti dari bawahnya. Roti itu basah dan itu kemungkinan perbuatan dari wanita yang sedang berlutut di depanku ini. Dia menjilatnya di tepat yang tidak bisa dilihat.

Tap Tap...

Aku menepuk roti yang masih hangat itu pipinya dua kali dan berkata. "Lain kali, ketika kamu ingin makan sesuatu, makanlah makananmu dengan benar, jangan mencoba mencicipi makanan tuanmu apa lagi menjilatnya seperti anjing."

"Hii!!!."

Mata gadis itu bergetar dan fokusnya menjadi berantakan, dia tak percaya bahwa aku akan menyadarinya dengan sangat mudah.

"Kamu ingin tahu bagaimana aku tahu kamu menjilatnya? Hum?." Perlahan, jemariku yang cantik menyentuh ujung bibirnya, terdapat toping gula halus di bibirnya, itu sama persis dengan hiasan toping roti di piring..

"Kamu tidak tahu cara menutupi kejahatan mu." Kemudian, aku menyentuh rahangnya, memaksanya untuk segera membukanya. "Jika kau tidak membuka mulutmu maka aku akan menghukum mu lebih keras lagi."

"Hummp...." Gadis itu berurai air mata, perlahan dia membuka mulutnya, lalu kemudian, aku segera memasukan roti manis itu kedalam mulutnya.

"Kunyah dan habiskan."

"!!!"

Pelayan yang sedang menangis itu membuka matanya lebar-lebar seolah mempertanyakan tindakan ku ini. Tapi aku tidak peduli.

"Lain kali, jika kau melakukan itu pada makananku lagi maka aku akan memasukan nampan ini kedalam mulutmu sekaligus, Ingat itu."

"His-."

Mengangguk.

"Bagus."

Ancaman yang kuberikan sudah cukup jelas dan kurasa dia akan menjadi lebih tahu untuk kedepannya. Well... walaupun itu tidak akan berguna, aku tidak berencana untuk tinggal lama di tempat ini.

Setelah selesai, pelayan yang membawa minuman baru masuk lagi. Kali ini dia berhenti sejenak, mungkin dia memperhatikan wanita di atas lantai yang sedang memakan roti sambil berurai air mata dan langsung mengetahui situasinya, sehingga ketika dia masuk kedalam, langkahnya menjadi lebih hati-hati lebih dari sebelumnya.

P. D. A

"Ini tehnya Nona."

Kembali dia mengucapkan kalimat sopan serta menundukkan kepalanya supaya tidak melakukan kontak mata denganku.

Perlahan aku mengambil gelas mewah itu dan meminum tehnya. Rasanya lebih baik dari pada yang tadi. Aku menurunkan gelas dengan tindakan cantik kemudian berkata pada keduanya untuk segera meninggalkan ku.

"Kalian tinggalkan ruangan ini, suasana hatiku sudah berubah. Jika tidak ingin melihatku marah lebih dari ini maka segera pergi."

"Baik Nona."

"Baik N-nona Muda."

Keduanya berjalan pergi namun sebelum mencapai pintu.

"Panggil aku jika waktu makan sudah tiba," kataku tanpa melihat keduanya.

"Baik Nona."

"Baik Nona Muda."

Keduanya pun benar-benar pergi dari kamar dan sekarang tinggallah aku sendiri di kamar itu.

Klik.

Gelas itu ku taruh kembali diatas piringnya lalu aku berjalan kembali kedepan jendela, membukanya lalu menghirup udara segar dunia ini. "Huhhhp... Huhhh... Ini lebih baik."

Sudah saatnya.

Setelah menghitung waktu dari aku bangun, sekarang tibalah saat penerimaan ingatan dari pemilik tubuh.

Menutup Mata.

Ketika aku menutup mata, ombak ingatan masa lalu dari pemilik tubuh mulai menghantam isi kepalaku. Mengobrak Abrik semuanya dan berputar seperti video dengan durasi yang dipercepat namun tetap bisa kuingat.

Kenangan ini mulai dari lahir hingga tahun-tahun yang di habiskan oleh tubuh dari awal hingga akhir. Semuanya kulihat dengan jelas tanpa terkecuali. Untunglah aku sudah terbiasa dengan ini semua, jadi meskipun seperti dihantam ombak kesakitan, rasanya tidak begitu menyakitkan lagi bagiku.

20 menit kemudian.

"Uhuk."Aku memuntahkan seteguk darah berwarna hitam.

"Huuf.... Lebih sedikit dari yang aku kira." Mengingat kehidupanku yang tak terhitung jumlahnya, ini pertama kalinya aku memuntahkan sedikit darah, jadi hanya ada satu kesimpulan.

"Wanita ini begitu bodoh, dia tidak punya pengalaman hidup yang berguna, hanya nona muda manja yang hidup seperti parasit."

Memikirkan kisah hidupnya, aku sama sekali tidak menunjukan simpati apapun. Dia hidup seperti sampah dan berakhir menyedihkan. Melalui ingatan nya, aku menemuka fakta menarik yang membuatku bisa berakhir di tubuh ini.

"Dia bunuh diri karena kesal tunangannya mengakhiri pertunangan mereka dan memilih menikahi wanita lain."

Racun yang diminumnya membuat jiwanya mati tetapi tidak dengan tubuhnya, jadi begitulah kemungkinan bagiku masuk kedalam tubuh ini. Wadahnya sempurna.

Dan darah yang ku muntahkan ini bisa di bilang adalah ingatan yang kubuang, menandakan kehidupan baru dengan aku yang mengantikan kehidupan lama sudah dimulai sekarang.

"Kalau di ingat-ingat saat menjadi 'Ratu' dulu aku hampir mati sesaat karena kehabisan banyak darah. Mungkin kehidupan ini lebih baik...? Mungkin?," pikirku.

Aku menyeka darah daria bibirku dengan saputangan lalu duduk kembali di kursi kayu yang nyaman. Untunglah sekarang matahari masih belum terlihat sepenuhnya sehingga, aku memiliki banyak waktu untuk melihat kedalam ingatan.

Berkedip.

Saat duduk di atas kursi, aku menutup mataku dan melihat kedalam ingatan sekali lagi. Kali ini aku melihat sudut pandang gadis ini mengenai dunianya. Di bagian ini aku cukup penasaran karena ketika melihat jendela tadi, aku melihat ada dua bulan yang bisa dibilang hampir berdekatan dengan planet yang ku tinggali. Itu menjadi daya tarik yang mengiurkan untukku karena di kehidupan ke 35 aku hidup sebagai 'Seorang Peneliti Fenomena Alam ' .

"Hummm... Manusia di dunia ini memberi kedua bulan itu dengan nama Aliyah dan Amira."

Kedua bulan di perlakukan seperti Dewa. Aliyah adalah bulan 'Agung' yang berada di depan, dia menjadi pertanda spritual bagi seluruh umat di dunia ini. Ulang tahunya berada di tanggal 1 April.

Sedangkan Amira adalah 'Makmur' yang berada di belakang Aliya. Sebagaimana namanya, dia menjadi pertanda kemakmuran dari hasil panen yang menguasai pergantian musim setiap tahun. Ulang tahunya berada di tanggal 1 December.

".... Lalu apakah matahari dewa juga?." Meski mencarinya secara khusus karena penasaran, tetap saja tidak ada ingatan yang mencatat dewa matahari. Bagi manusia di tempat ini, matahari tetaplah matahari sebagaimana alam bekerja.

"Dasar pilih kasih."

Kemudian aku lanjut melihat kedalam ingatan. Kali ini aku melihat jenis manusia di dunia ini. Meski wanita ini tidak melihat dunia sepenuhnya tetapi ada beberapa buku yang dia lihat menunjukan beberapa ras mahluk hidup di dunia ini.

Sama seperti beberapa dunia tempatku hidup sebelumnya. Dunia ini memiliki beragam ras mahluk hidup. Ras hutan atau lebih sering disebut Elf, penguasa mahluk buas Ras Naga, Ras Spiritual atau Ilahi, kemudian Ras Manusia, yang terdiri dari berbagai macam suku dan tersebar hampir di seluruh dunia.

Benua di dunia ini hanya ada empat. Selatan, Timur, Barat, Utara. Ke empatnya tidak memiliki hubungan diplomatik yang bagus satu sama lain sehingga peperangan kerap terjadi jika sedikit senggolan terjadi diantara penguasa benua. Kemudian setelah itu, keberadaan monster khas benua masing-masing menjadi masalah internasional karena invasinya tidak dapat di prediksi oleh ramalan sang penyihir ahli sekalipun.

"Hemmm... Mari lihat mereka saat berjalan-jalan nanti."

Di beberapa kehidupanku sebelumnya, lebih tepatnya kehidupanku yang ke 44, aku adalah seorang pemburu monster dengan peringkat SSS, jadi. Ke ingin tahunku tentang monster-monster ini juga cukup menarik minat berburu ku jika aku punya waktu nanti.

Semua yang ingin ku ketahui sangat terbatas karena kebanyakan kenangan pemilik tubuh hanya berasal dari buku dan bukan praktik langsung.

Belum lama aku datang kedunia ini dan aku sudah menyukainya saja.

"Agak sulit tapi menyenangkan karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku bisa merasakan kembali pengalam baru."

Hal yang memiliki informasi minim sangat menyenangkan bagiku yang memiliki keingintahuan besar untuk mencari tahu, jadi aku cukup bersyukur wanita pemilik tubuh ini tidak terlalu berminat terhadap banyak hal selain perhiasan dan percintaan.

"Hahaha...."

Mengenai soal cinta, selama hidup berulang-ulang. Aku telah merasakan berbagai macam jenis cinta, mulai cinta tulus yang menyakitkan, cinta palsu yang menyebalkan, cinta yang berpura-pura, cinta pencemburu, dan macam-macam jenis cinta lainya telah ku jalani dari berbagai gender setiap kali aku hidup kembali.

Karena penasaran aku mengintip kedalam ingatan yang berhubungan dengan cinta mantan pemilik tubuh, dan kemudian mendapati kalau dirinya adalah sosok yang menawan dimata pria, dia memiliki banyak mata yang meliriknya serta beberapa selingkuhan ketika dia masih memiliki tunangan.

Tunangan dari mantan pemilik tubuh berasal dari keluarga Bangsawan terpandang berperingkat Viscount. Seorang tuan muda tampan yang begitu memikat banyak hati. Tidak dapat kulihat bagaimana keduanya bertunangan tetapi sepertinya mantan pemilik tubuh ini begitu tergila-gila padanya.

Pertunangan keduanya batal karena sang pria menemukan cinta sejatinya, yaitu nona muda dari sebuah wilayah kecil di selatan kerajaan. Terimakasih padanya, mantan pemilik tubuh yang pertunangannya hancur menjadi depresi dan meneguk racun yang entah darimana dia dapatkan lalu mati begitu saja.

#Dewa Aliyah dan Dewa Amira

P. D. A

"Hum... Lagi-lagi penyebabnya tidak begitu jelas."

Ini juga menjadi poin penting untukku, setiap kali aku hidup di tubuh yang berbeda, alasan dari kematian selalu meninggalkan banyak pertanyaan di otakku. Seperti meminum racun ini tapi tidak ada petunjuk darimana dia mendapat racunnya.

Aku memang melihatnya mati karena racun namun terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa dia mati hanya karena alasan sepele seperti itu. Mengapa aku bisa sampai pada pemikiran itu?. Alasannya yah karena setiap tubuh yang selalu aku rasuki tidak pernah mati dengan benar dan selalu meninggalkan banyak teka-teki rumit. Makanya, untuk bagian ini, aku akan jadikan pr dan akan mengerjakannya nanti jika ada waktu senggang.

Tok tok tok...

"Nona Muda, Sudah saatnya sarapan, tuan besar telah menunggu anda di bawah."

Membuka Mata.

Akhirnya..

Ingatanku berhenti sampai disitu untuk sementara, dan sekarang saatnya melihat beberapa orang-orang yang berhubungan langsung dengan mantan pemilik tubuh.

Aku merapikan pakaianku dan memastikan darahku tidak mengotori pakaian, setelah merasa sempurna barulah aku pergi keluar. Ketika keluar, aku melihat bagian dalam rumah yang memang terlihat khas bangsawan abad pertengahan tapi lebih mewah lagi untuk ukuran seorang penguasa wilayah rendahan.

Perlahan aku di tuntun oleh penjaga dan pelayan, ada dua penjaga di bagian kiri dan kanan serta dua pelayan di bagian belakang yang mengikuti secara serentak. Bagi beberapa orang itu mungkin terlihat seperti perlindungan, tetapi bagiku yang mengetahui struktur etika bangsawan, sikap ini adalah sebuah penghinaan terhadap seorang tawanan rumah.

Jadi aku di dunia ini adalah wanita yang menyebabkan banyak masalah sehingga menjadi tahanan rumah. Bisa ku tebak sebagian besar karena hukuman atas batalnya pertunangan dengan putra Viscount itu.

Ketika pintu di buka, aku dengan tenang berjalan dan melihat sekeliling. Didepan meja makan besar, seorang pria yang kuduga adalah penguasa wilayah sedang duduk santai sambil menyantap makannya tanpa melihat kehadiranku.

"Wahhahaha.... Lihatlah Putri Raja Kita!, Dia Datang Lebih Cepat Dari Yang Aku Duga Hahahaha...."

"...."

Sejenak aku melirik pria muda yang tertawa, aku mengabaikannya lalu mengambil kursi di sebelahnya walau suara tawanya itu menjengkelkan bagiku.

"Oh! ... Tumben putri pembuat masalah ini duduk dengan patuh tanpa menyebabkan insiden." Kemudian hinaan serta gertakan memancing masalah terus diucapnya selama beberapa menit.

"...."

"...."

Karena jenuh dengan mulutnya yang terus berkicau untuk menyebabkan masalah, akhirnya aku memutuskan untuk meliriknya dengan tatapan sinis.

"Lihat ini... Yah, beginilah seharusnya kau bersikap, tadi aku hampir saja salah mengira kau orang lain," katanya sambil berpangku tangan melihatku.

Sosoknya tidak terlalu mirip denganku, dia pria yang lebih mirip dengan sang penguasa wilayah yang masih menyantap makannya dengan tenang. Dia memiliki warna mata biru cerah dengan rambut silver berkilau yang membuatku sedikit iri. Sayang sekali... Dengan wajah setampan itu dia bermulut besar. Aku mengalihkan perhatianku ke makanan yang di hidangkan oleh para pelayan dan menyantapnya perlahan.

Dalam satu gigitan, lautan ingatan mulai bergelombang. Memperlihatkan sekilas hal yang selalu terjadi di ruang makan setiap kali berkumpul.

"...."

Daging domba lezat yang terasa sedikit citarasa terhenti di mulutku. Oh jadi begitu. Ternyata, setiap kali sarapan pagi, mantan pemilik tubuh dan saudaranya akan memulai pertengkaran yang menyebabkan pemilik wilayah murka.

Di dalam ingatanku, pemilik wilayah akan selalu membela putranya, sama halnya dengan nyonya pemilik wilayah, dia akan membela mati-matian putra kesayangannya apapun yang terjadi. Dengan kesimpulan itu aku bertanya dalam benakku. Apa mantan pemilik tubuh ini anak mereka?.

Sepertinya memang anak mereka. Warna mataku dengan nyonya wilayah sama bahkan rambut berwarna hitamnya pun sama persis. Berarti, masalahnya ada pada kedua orang tuanya yang memperlakukan kedua anak ini secara berbeda.

Dalam hal ini, lebih baik diam dan lihat perkembangannya dulu, jika saatnya tiba menjadi pemberontak maka mari lakukan. Selama waktu sarapan pagi, tidak ada kekacauan sedikitpun yang terjadi, terasa damai bahkan hal itu membuat laki-laki di sebelahku menjadi gelisah.

"Apa kau benar-benar Rihana yang aku kenal?."

Klang. Pisau pemotong daging yang kupegang menggores sisi piring dengan bunyi nyaring yang menyakitkan telinga.

"Saudaraku, sebenarnya ingin seperti apa kamu melihatku hari ini?," tersenyum sinis.

Sepertinya dia sangat ingin pemilik tubuh ini mengacau.

"...."

Dia mengerutkan kening. "Kau-."

"Sudah cukup."

Kami berdua refleks melihat kearah yang sama. Arah penguasa wilayah. Seketika, suasana menjadi berat karena tekanan yang dia keluarkan. Untuk anak laki-laki di sebelahku, dia menjadi kikuk tapi tidak denganku yang menganggap itu hanya aura remeh yang bahkan tidak membuat bulu kakiku merinding.

"...."

Pertama dia melihat putranya kemudian dia melihatku.

"Tsk."

Dia mendecakkan lidahnya lalu kembali menyantap makanannya.

Dalam hatiku. Wah wah wah... Benar-benar seorang penguasa wilayah yang remeh. Melihat dia mengabaikan ku jadi aku juga mengabaikannya, makan kembali dengan tenang ketika pandangan semua orang tertuju pada ku.

Hubungan keluarga ini tidak terlalu bagus, jadi lebih baik tetap diam sampai seseorang mencari masalah dengan sendirinya.

Beberapa Menit Kemudian...

"Aku sudah selesai makan," sambil menyeka mulutku dengan serbet sesuai etika aku menggeser bangku hendak untuk pergi.

"Tunggu!." Tuan muda di sebelah bangku ku bergegas menghampiri. "Apa kau akan terus seperti ini? Serius? Ini membuatku merinding!, apa pertunangan mu yang batal tiba-tiba membuatmu kehilangan akal?."

"...."

Lebih baik jangan di jawab.

Aku memutuskan untuk mengabaikannya, tetapi sepertinya dia tidak berniat demikian. Dia terus mengejar ku dan berkicau dalam setiap langkahnya.

"Hei! Apa Kau Akhirnya Menyadari Betapa Jal_angnya Dirimu Dimata Pria Itu?," teriaknya sampai suaranya menggema di seluruh ruangan.

Baiklah sekarang kau menarik perhatianku. Aku langsung berbalik namun hanya menatapnya, memutuskan untuk mengikuti alurnya sekaligus mencari tahu seberapa dekat hubungan darah ini terlebih dahulu.

"...."

Menatap.

"Kau!!!."

Mungkin karena aku diam saja dan tidak membalas, dirinya mulai merasa semakin bodoh.

Diam lebih menyakitkan dari seribu bahasa.

Tersenyum. Aku memang tersenyum tetapi tidak begitu jelas sehingga dia mungkin akan melihat itu sebagai ejekan yang melukai harga dirinya. Pria macam ini mudah tersinggung, jadi ayo taburkan minyak kedalam bara yang mudah terbakar ini.

Begitulah pikirku, sampai....

"Ka-kau Bukan Rihana!!!"

Deg

Wuaah .... Ternyata ada yang lebih kental dari pada darah, mungkinkah itu ikatan batin?. Pria muda ini menunjukan ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ekspresi dari seorang yang menemukan sebuah kebenaran hanya dengan instingnya. Baiklah karena ini cukup berbahaya mari mulai aktingnya.

Di kehidupanku yang ke-20, aku adalah seorang aktor yang memulai karir dari bawah hingga kepuncak, jadi. menghadapi situasi ini dengan sedikit tipuan adalah ha remeh bagiku.

"PUAHAHAHAHA...." Tawaku yang pecah, menarik membuat semua pelayan dan penjaga, bulu kuduk mereka berdiri, merasa ngeri dengan situasi saat ini.

Melalui ingatan pemilik tubuh, aku pun menirunya. "Dasar Tuan muda kita yang bodoh...." Di ingatanku, pria ini sangat benci disebut bodoh, dia akan langsung mengamuk dan mencoba memukul setiap kali mantan pemilik tubuh mengatainya bodoh.

"Lantas kau mau aku bertingkah seperti apa?, haruskah aku memecahkan vas ini di kepalamu seperti yang kau inginkan?," ucapku dengan nada centil yang terdengar menyebalkan ketika tanganku benar-benar menyentuh vas berwarna putih di sebelahku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!