Di pagi hari yang cerah, burung burung berkicau dan angin dingin yang menusuk. Seorang gadis meringkuk diatas dipan reyot, dia menggigil dan berusaha meraih selimut, namun tidak ada apapun di sekitarnya.
Gadis itu mmebuka matanya perlahan, duduk dan merasakan tubuhnya terasa sakit. Menyadari sesuatu yang aneh, gadis itu mematung lalu berteriak.
“AAKKHHHH DIMANA INI.”
Gadis itu celingukan, dia terbaring di dipan usang, disekitarnya hanya ada dinding lumpur, lantai tanah yang kotor berdebu, sarang laba-laba di langit-langit, Genteng yang bocor, semuanya usang dan tidak layak huni.
“M-mustahil kan? apa gue kecapean jadi aktor sampe mimpi begini?.” Gumam gadis itu.
Gadis itu mencubit lengannya keras, berharap ini cuma mimpi. Tapi, dirinya merasakan sakit artinya ini nyata. Jantungnya berdebar, tidak mau menerima fakta menakutkan di depan matanya.
“Ngga… nggamau… KEMBALIKAN KEKAYAAN GUE!!!!.” Teriaknya frustasi.
Gadis itu adalah ***Serena Halim ***Seorang Aktor terkenal dari Negara Indonesia. Usinya masih 22 tahun, anak muda gen z yang paling takut miskin dan cacingan.
Serena memiliki tubuh yang cantik dan jenjang, dengan tinggi badan 173cm, kulit putih bersih, rambut panjang merah menyala. Berkat kharisma dominan ini lah, Serena selalu mendapatkan peran Antagonis.
Serena sukses membintangi bermacam-macam film, dia bukan pemain sinetron dan hanya fokus di dunia perfilman. Mulai dari Romantis, Aksi, Anak sekolah, Horor dan banyak lagi.
Sebelum mengalami kejadian aneh yang di sebut Transmigrasi Jiwa, Serena sedang melakukan perjalanan ke luar negri melewati jalur udara. Serena ingat saat dirinya sedang sibuk membaca buku novel, tiba-tiba pesawat mengalami trubelence dan ingatannya terputus sampai di sana.
Kembali pada Serena saat ini, dia berada di tubuh gadis kurus. Tangannya kecil tapi kulitnya putih bersih, gadis itu sepertinya pemalas melihat betapa kotor tempat tinggalnya.
“Sialan, udah cape-cape kerja biar hidup enak. Malah di banned jadi miskin lagi, anjir lah paok.” Gerutu Serena, hendak bangkit berdiri.
Namun, belum juga berdiri dengan benar. Ingatan asing muncul di kepalanya, ingatan yang begitu banyak dan bertumpuk. Kepala Serena berdenyut dan merasa dunia berputar dan pandangannya menggelap.
Serena berpegangan pada dipan, berusaha tetap sadar. Dia merasa sesuatu yang hangat keluar dari hidung mungilnya, Serena tidak peduli. Dia hanya fokus tetap sadar dan berusaha menguatkan dirinya agar tidak tumbang.
Hoshh…
Hoshh..
Hoshh..
Serena mengatur nafasnya, pandangannya mulai kembali fokus. Sakit kepalanya mereda secara teratur, setelah Serena merasa lebih baik dia pun kembali duduk dan mengelap darah di hidungnya.
Dirinya kini telah mengerti, saat ini Serena mengalami Time travel ke Dimensi lain tepatnya di peradaban China kuno. Serena tidak tau apakah ini peradaban sebelum masehi atau hanya sebuah Dimensi Paralel.
Tubuh yang di tempati Serena adalah milik seorang gadis bernama Siren. Dia adalah seorang budak yang dibuang di laut karena pembangkang, saat dia hampir mati seorang pemuda menyelamatkannya dan menikahinya.
Bukannya berterimakasih, Siren justru menjadi Istri durhaka karena benci pada suaminya yang miskin. Suami Siren adalah seorang pemburu, pendapatannya tidak menentu. Terakhir kali pemuda itu pulang tanpa membawa hasil buruan, Siren mengusirnya dan tidak memperbolehkannya pulang jika tidak membawa hasil buruan.
“Gila, bahkan dia ga ngasih makan suaminya dulu.” Serena merasa hatinya berdenyut.
“Gue tau banget betapa susahnya cari uang, kok bisa ada wanita se tega ini. Apa dia ngga kepikiran, suaminya di luar sana makan apa? tinggal dimana? aman atau tidak? gue bersyukur banget lo mati dan gue yang nempatin tubuh lo.” Gumam Serena.
Serena menarik nafas dalam-dalam, menenangkan hati dan pikirannya. Sekarang dia mulai menerima takdirnya, mungkin tuhan mengirimnya kesini karena ingin menolong pemuda malang itu.
“Oke, gue OCD parah. Gabisa liat yang jorok dan kotor begini, pertama gue harus bersih-bersih.” Serena menyemangati dirinya.
Mulai beranjak dan melihat semua sudut, melihat ada kamar mandi, Serena mulai mandi terlebih dahulu dan menggunakan pakaian yang disebut Hanfu simple dan usang.
Serena mengikat rambutnya tinggi-tinggi, melipat lengan hanfu nya lalu mulai mengangkat semua barang yang masih layak ke atas dipan. Setelah lantai kosong dan tinggal sampah berdebu, Serena menyapu lantai tanah itu menggunakan sapu lidi.
Menyapunya sampai benar benar bersih, Serena bersin berkali-kali tapi tetap melanjutkan pekerjaanya. Setelah rumah terbebas dari debu dan kotoran, Serena mendekat ke sumur. Mengambil air dengan hati-hati, air itu digunakan untuk menyiram lantai agar tidak berdebu.
sambil menunggu lantai kering, Serena merapihkan tungku, mengambil abu untuk bahan dasar mencuci piring dan pakaian. Lalu menata kayu bakar dengan rapih dan estetik, setelah rumah terlihat lebih baik Serena bernafas lega.
“Fyuhhhh, oke lah udah lebih baik. Tinggal cuci baju terus makan dulu.” Gumam Serena menyeka keringat.
Serena mencuci baju di sumur, lokasinya di halaman belakang. Serena mencuci sebisanya, lalu menjemur pakaian itu di sebuah jemuran tali di teras belakang rumah.
Selesai menjemur, Serena melihat ada dendeng di meja, jadi makan dendeng untuk mengganjal perutnya. Serena merasa sedih, pertama kali merasakan kemiskinan sampai sebegini nya.
“Bosen deh, kayaknya renov rumah bagus nih. Sebagai permintaan maaf buat pemuda malang itu, siapa sih namanya kok pemilik tubuh ini ga inget nama suami sendiri.” Gerutu Serena.
Serena beranjak dan mencari kain di lemari, ada beberapa kain berwarna merah terang meskipun sudah usang. Serena mencari alat jahit, lalu mulai membuat kelambu dan beberapa gorden. Karena kekurangan bahan, Serena bahkan memakai Hanfu yang menurutnya sudah sangat tidak layak pakai.
Hampir menghabiskan waktu seharian dengan menjahit, Serena mulai kembali merasa lapar. Melihat ke luar jendela dan langit sudah mulai menguning, menandakan malam sebentar lagi akan tiba.
Serena menghentikan jahitannya, lalu pergi ke dapur. Melihat ada beberapa potongan daging yang tergantung, serena pun mencuci dan membakarnya.
“Bahkan bumbu dapur ngga ada, kaya gini mirip orang zaman purba. Kapan si suami gue pulang, susah banget bertahan hidup disini kalo sendirian.” Gumam Serena merasa sedih.
Setelah makan daging bakar hambar itu, Serena menyalakan lentera minyak tanah dan mulai kembali menjahit. Berusaha menyibukan diri agar tidak merasa takut, suara hewan membuatnya takut dan merinding. Apalagi suasana gelap mencekam tanpa ada listrik ataupun teknologi.
Serena fokus menyelesaikan jahitan kelambu miliknya, mulai memasangkan kelambu dengan tali diatas dipan. Setelah di pasang kelambu, tempat tidur terlihat jauh lebih baik, sisa kain Serena buat sebagai gorden.
Di zaman ini jendela hanya di lapisi kertas, tentu saja bisa di intip. Serena menutup jendela dengan kain gorden, lalu berusaha merebahkan diri dan terlelap.
Detak jantung Serena berdegup kencang, entah kenapa dia merasa sangat was-was dan tidak tenang untuk tidur. Serena berguling kesana kemari berharap bisa menemukan posisi yang nyaman.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki terdengar mendekat, Serena reflek terduduk dengan waspada. Saat berada di halaman belakang siang tadi, Serena tidak melihat ada rumah tetangga. Disini seperti rumah terpencil di kelilingi hutan belantara yang menakutkan, Serena memang belum melihat halaman depan tapi tetap saja dia takut.
Krieettttt~~
Tap
Serena melotot, saat pintu terbuka. Dirinya merasa bodoh karena tidak mengunci pintu, melihat langkah kaki masuk Serena melihat dengan jantung berdebar.
Serena melihat bayangan tinggi besar menakutkan, bayangan itu melangkah dengan tenang ke belakang. Serena terus mengamati dan mengintip, melihat gerak geriknya yang santai, apalagi mendengar suara percikan air seperti orang mandi, Serena bernafas lega karena sepertinya sang suami sudah pulang.
“Itu pasti suami gue kan? ngga mungkin orang asing masuk rumah orang tiba-tiba mandi.” Batin Serena.
Serena turun dari dipan dan keluar dari kelambu, Serena berjalan dengan tenang sambil membawa lentera. Melihat apa yang dibawa pulang suaminya, ternyata rusa dan beberapa kelinci yang masih hidup.
Klak-
Serena menoleh, melihat sesuatu yang membuat matanya melotot. Terlihat seorang Pria tinggi, berotot, dengan kulit coklat sexy. Otot perut yang memanjakan mata dan tatapan tajamnya yang menusuk, rambutnya hitam panjang menambah kesan menakutkan dan buas.
“Bjirr ganteng, mana ngga ada bulu. My tipe banget sih, manusia seganteng ini kok di sia-siain.” Batin Serena.
“Sedang apa kau disini.” Suara Boriton terdengar.
Deg.
“Ekhem, itu… maaf, aku belum memasak.” Lirih Serena.
“Sejak kapan kau bisa memasak?.” Pria itu mendekat, serena bisa menghirup aroma rumput yang menenangkan.
“Aku bisa memasak, bahannya saja yang tidak ada. Aku mencari bumbu tapi tidak ada.” Serena klarifikasi.
“Benarkah?.” Pria itu menatap dengan intens.
“Iya, lalu Maaf atas perkataanku yang kemarin. Aku tidak bermaksud mengusirmu seperti itu, maaf.” Serena menunduk.
“Aku akan membawamu ke kota besok, pergi lah ke tempat asalmu, Siren.” Ucap nya.
“Tunggu, sebentar. Apa kau mau mendengarkan penjelasanku?.” Serena panik.
“Katakan.” Pria itu menatap lurus.
“Aku sudah tau kesalahanku, jadi aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan jadi Istri yang baik dan penurut, aku akan menemanimu berburu dan selalu berada di sisimu. Maaf, aku benar-benar minta maaf.” Serena menatap pria kekar di depannya, menunjukan eskpresi penyesalan yang mendalam. Apalagi matanya yang berkaca-kaca dan mulai menangis.
“Kumohon, jangan tinggalkan aku sendirian.” Tangis Serena pecah.
“Bukankah kau yang menginginkannya, selama satu bulan penuh kau mengatakan hal yang sama.” Ucapnya.
“Benar, aku memang bodoh. Tapi, aku sudah menyadarinya sekarang, saat aku sendirian disini aku benar-benar kesepian dan berharap kau cepat kembali. Saat gelap dan merasa ketakutan, aku selalu berharap kau datang, tanpa sadar aku bergantung padamu. Maafkan sikap aroganku selama ini, aku akan berubah aku berjanji.” Ucap Serena. berusaha bertahan hidup, demi Pria tampan.
Pria itu hanya menatap Serena, tidak mengatakan apapun. Serena tau, pria itu pasti sudah merasa sakit hati selama satu bulan ini. Serena mengecam Siren yang tidak tau diuntung, perlahan serena mendekat dan memeluk perut suami dadakannya.
Pria itu tersentak, tapi tidak menolak pelukan Serena. Mereka berpelukan dalam waktu yang cukup lama, sebenarnya hanya Serena saja yang memeluk. Meskipun begitu, setidaknya hubungan mereka sudah membaik meskipun sedikit.
Setelah cukup lama berpelukan, Pria tampan itu menyudahinya. Serena nampak tidak senang, tapi harus bersabar. Masih mending hanya didorong pelan, daripada di tepis sejak awal.
“Kau belum makan?.” Ujarnya.
“Bagaimana jika masak bersama, Sayang?.” Serena sengaja, karena dia tidak tahu nama suaminya sendiri.
“Kau ini kenapa? apa yang kau rencanakan?.” Pria itu menatap rumit.
“Jika aku jujur, apa kau akan marah.” Serena sedikit ragu.
“Aku akan lebih marah jika kau diam saja.” Ucap pria itu tegas.
“T-tadi pagi, aku terpeleset di sumur. Begitu aku bangun, aku seperti orang linglung, aku bahkan lupa siapa namaku dan dimana aku sekarang. Aku berusaha mencari ingatan dengan membersihkan rumah dan terus berusaha mengingat, akhirnya aku ingat semuanya secara berangsur tapi…..” Serena memotong ucapannya.
“Tapi apa?.” Desaknya.
“Aku tau sudah memiliki suami, dan aku sangat jahat pada suamiku sendiri. Padahal suamiku sudah menolongku, tapi aku sangat tidak tahu terimakasih. Aku merasa malu, aku tidak bisa mengingat wajah suamiku dan aku bahkan lupa namanya. Tapi, sekarang aku tau. Kau suamiku kan?.” Ucap Serena, beralasan dengan menggabungkan kebenaran dengan kebohongan.
“Berhenti__
“Baiklah, aku tau kau tidak akan percaya melihat bagaimana watakku sebelumnya. Tapi, aku tidak berbohong.” Ucap Serena menatap dengan berani.
“Lalu, apa yang kau inginkan sekarang, Siren?.” Ucapnya.
“Aku…. aku ingin memperbaiki semuanya, maaf karena aku terlalu lama untuk sadar. Aku sudah menyia-nyiakan pria tampan dan pekerja keras sepertimu. Aku sangat bodoh, kumohon berikan aku kesempatan.” Ucap Serena, berusaha keras.
“Kesempatan apa?.” Pancingnya.
“Kesempatan hamil anakmu, Eh?.” Serena keceplosan.
“Itu.. Bukan, ya… anu, jadi… Pokoknya bukan. Intinya itu, aku akan berusaha jadi lebih baik lagi. Aku akan jadi Istrimu yang berbakti.” Serena merasa wajahnya terbakar saking malunya.
“Melahirkan anakku? kau?.” Pria itu menatap menelisik.
“AKU BILANG BUKAN!!! LUPAKAN SAJA.” Teriak Serena malu, bahkan menutup wajahnya rapat-rapat.
“Kenapa kau malu?.” Pria itu terlihat aneh.
“Kenapa? apa menurutmu ini bukan hal memalukan?.” Kesal Serena.
“Bukankah wajar jika seorang Istri hamil anak suaminya?.” Pria itu datar-datar saja.
“Yasudah, aku akan menghamilimu.” Serena typo.
“Apa?.” Pria itu syok.
“BUKAN!!! ARRGGGHHHH, sudahlah lupakan saja.” Serena berbalik hendak kembali ke ranjang, merasa malu karena mulutnya suka typo.
Sraatttt~~
Greb.
“Mau kemana kau?.” Suara boriton itu terdengar menggoda iman.
“T-tidur.” Cicit Serena.
Pria itu menarik tangan Serena, membawanya ke dekat tungku. Mengambil sesuatu yang tertutup daun lalu menyerahkannya pada Serena.
“Ini apa?.” Bingung Serena.
“Aku mendapat buruan ayam hutan, aku membakarnya dan itu sisanya. Katanya kau belum makan.” Pria itu berucap perhatian dengan wajah datar.
“Terimakasih.” Serena mulai melahapnya.
Meskipun rasanya hambar, entah kenapa terasa enak di mulut Serena. Serena makan dengan lahap, bahkan reflek menyuapi suaminya, meskipun awal-awal canggung.
Urggg~~
“Wah kenyang.” Serena menepuk perutnya polos.
Pria itu hanya menggeleng samar, fokus menali kelinci yang masih hidup dan se’ekor rusa yang cukup besar.
“Ini untuk apa?.” Tanya Serena.
“Dijual.” Cueknya.
“Namamu siapa?.” Tanya Serena.
“Yuwen.” Jawabnya.
“Tidak ada Marga?.” Heran Serena, setahunya China itu kental dengan marga.
“Lin Yuwen.” Ujarnya sekali lagi.
“Ohh, umur berapa? dimana keluargamu?.” Serena cerewet.
“22 tahun, aku sebatang kara.” Jawab Yuwen.
“Bukankah sekarang kau tidak sendirian lagi, Yuwen.” Ucap Serena.
“Apa maksudmu?.” Yuwen menoleh.
“Kau sudah punya Istri, mungkin di masa depan kau juga akan menjadi Ayah.” Ucap Serena tersenyum.
“Anak? mungkin anakku akan mengutuk diriku karena membuatnya hidup melarat.” Ucap Yuwen.
“Kau tidak akan selamanya seperti ini, aku yakin kau akan menjadi sosok yang berhasil. Sekarang mungkin jalannya masih sulit, tapi aku akan menemanimu sampai ke puncak itu.” Ucap Serena.
“Apa kau, Siren?.” Yuwen mendekat dan mencengkeram bahu Serena.
“Y-ya? apa maksudmu?.” Serena merasa takut.
“Kau bukan Siren, siapa kau?.” Tatapan tajam Yuwen hampir menusuk jantung Serena.
“Aku… aku Serena.” Cicit Serena dengan air mata berlinang.
“Dimana Siren?! Apa kau membunuhnya?! Kenapa kau menggunakan wajah Siren!? Apa kau penyihir?.” Yuwen mencekik Serena.
Serena melotot, merasa lehernya sakit dan nafasnya berhenti. Paru-parunya terasa panas dan sakit karena kekurangan oksigen, Serena berusaha melepaskan cekikan Yuwen.
Tiba-tiba Serena teringat dengan suatu adegan dalam Film. Semakin kita memberontak, maka semakin keras musuh akan mencekik. Serena, menggunakan bakat ekting nya mulai pingsan dengan natural.
Benar saja. saat Serena melemas dan kepalanya mendongak ke belakang. Yuwen melepaskan cekikannya dan mendekap Serena, melihat ekspresi Serena yang menghawatirkan.
Matanya terbuka sedikit, tatapan matanya kosong. Benar-benar seperti orang mati. Yuwen memeriksa denyut nadinya, bernafas lega karena Serena masih hidup. Yuwen menggendong Serena ke ranjang, merebahkannya dengan hati-hati. Ada perasaan bersalah dalam hatinya.
Dalam hati Serena, dia senang karena di peluk dan digendong pria tampan. Serena memilih untuk tidur saja, besok dia akan memikirkan bagaimana cara merayu Yuwen.
Pagi hari berikutnya, Serena terbangun dan merasa lehernya sakit. Yuwen datang membawa segelas air jahe, Serena melanjutkan ektingnya dengan beringsut mundur ketakutan, bahkan matanya berkaca-kaca dan tubuhnya gemetar.
Yuwen yang melihat itu melotot samar, lalu mendekat. Tapi, Serena berteriak dengan ketakutan, dia harus melakukan sandiwaranya sampai tuntas, agar Yuwen masuk ke dalam jebakannya.
“AARRGGGGGHHH, AKU TIDAK MEMBUNUHNYA!!! AKU TIDAK TAU, AKU TIDAK TAU!!!.” Teriak Serena dengan air mata berlinang, terlihat memilukan.
“Tenanglah.” Yuwen berusaha meraih Serena.
“Jangan… jangan marah padaku, aku benar-benar tidak tahu.” Lirih Serena.
Yuwen duduk di sebelah Serena, menarik Serena dalam pelukannya. Berusaha menenangkan Serena agar mau diajak bicara, Serena tentu saja menikmati kesempatan dengan sebaik mungkin. Meskipun harus terus menangis dan terlihat menyedihkan.
“Katakan padaku, siapa Serena?.” Tanya Yuwen.
“Aku Serena, aku dari masa depan. Aku terjebak disini dan berusaha bertahan hidup, hanya dengan mengandalkan ingatan yang tertinggal di tubuh ini.” Ucap Serena.
“Buktikan padaku, mana mungkin aku percaya pada omong kosong semata kan?.” Ucap Yuwen, menarik dagu Serena agar mendongak menatapnya.
“Tentu saja, kau pasti akan tahu perbedaannya. Aku dan dia kan tidak sama, itu saja buktinya. Aku kan tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa- siapa disini.” Ucap Serena.
“Namamu terlalu asing.” Ucap Yuwen.
“Karena aku memang orang asing kan? My name is Serena, Im From Disney, nice to meet you.” Serena mendadak bicara bahasa inggris dengan ngawur.
“Apa itu bahasa orang asing?.” Tanya Yuwen.
“Bagimu tentu saja itu asing.” Serena mengangguk.
“Lalu kenapa kau bisa menggunakan bahasa yang sama denganku, apa di masa depan bahasa ini masih digunakan?.” Tanya Yuwen.
“Pertama, aku tiba-tiba bisa karena tubuh ini fasih menggunakannya. Kedua, di masa depan bahasa ini disebut Bahasa Mandarin, ini bahasa yang sulit jadi hanya orang tertentu yang bisa menggunakannya.” Jujur Serena.
“Disana, kau ini apa?.” Tanya Yuwen.
“Aku? tentu saja manusia.” Heran Serena.
“Maksudku, apa kau orang kaya dan berpengaruh?.” Tanya Yuwen.
“Oh, tentu saja aku kaya raya.” Sombong Serena.
“Benarkah? Apa kau seorang Ratu? atau Tuan Putri?.” Yuwen penasaran.
“Hahahahh, tidak ada seperti itu lagi di masa depan. Tidak ada Raja atau pun Kaisar, Hanya ada Presiden. Siapa saja bisa jadi Presiden, asalkan dia pintar dan rakyat memilihnya. Intinya seperti itu.” Ucap Serena berusaha menjelaskan.
“Jadi kau Presiden?.” Ujar Yuwen.
“Bukan, aku ini Pebisnis. Aku wanita Karir, wanita yang memiliki Usaha besar dan penghasilan fantastis. Wanita yang tidak bergantung pada laki-laki.” Ucap Serena pamer.
“Orang sepertimu mau membersihkan rumah?.” Yuwen mulai curiga.
“Aku punya OCD.” Ucap Serena.
“Apa itu?.” Heran Yuwen.
“Seperti penyakit anti jorok dan kotoran. Aku paling tidak bisa melihat sesuatu yang tidak bersih dan rapih. Intinya seperti itu.” Ucap Serena.
Yuwen hanya menatap Serena, perlahan menurunkan Serena dari pangkuannya dan beranjak kembali ke dapur. Serena jadi kesal karena lagi-lagi dirinya di campakan.
“Mau kemana?.” Tanya Serena.
“Menjual hasil buruan ke kota, kau disini saja.” Ucap Yuwen.
“Tidak mau, aku mau ikut.” Kesal Serena.
“Perjalanannya jauh, kau akan kelelahan.” Ucap Yuwen.
“Kan ada kau yang akan menggendongku.” Kukuh Serena.
“Menurutlah, aku akan secepatnya kemabali.” Ucap Yuwen.
“Tidak, tidak mau. Kau punya selingkuhan di kota ya? Kau punya Istri lain disana?!!! Iyakan? Kau pergi menemui selingkuhanmu makanya aku tidak boleh ikut.” Desak Serena.
“Tidak ada yang seperti itu.” Ucap Yuwen.
“Bohong!.” Sungut Serena.
“Kau akan menyesal jika ikut.” Yuwen mulai lelah.
“Benar, aku akan menyesal karena melihatmu bersama selingkuhanmu.” Serena melotot.
“Hah…. Baiklah, ikut saja.” Yuwen kesal.
Serena buru-buru mandi dan ganti baju. Berlari menyusul Yuwen yang sudah siap di depan rumah. Mereka berjalan bersama, melewati hutan belantara, Serena berusaha mencari tetangga, tapi tidak ada satupun.
“Kenapa rumahmu terpencil begini? tidak ada tetangga.” Ujar Serena.
“Karena aku tidak suka hidup dengan mereka.” Jawab Yuwen.
Serena juga heran kenapa Yuwen memakai penutup wajah yang seperti cadar berwarna hitam. Memakai topi jerami dan terkesan menyembunyikan identitas, mata tajam Serena membunyikan sirine.
“Kayaknya dia ini orang penting yang lagi nyamar, atau justru buronan? Duh hidupnya penuh rahasia banget.” Batin Serena.
Yuwen dan Serena terus berjalan dengan senyap, melewati hutan belantara. Menyebrang sungai, memanjat tebing dan bebatuan, hingga akhirnya sampai di sebuah Desa.
Yuwen menutup wajah serena dengan luaran Hanfu miliknya, mendekap Serena erat dan menariknya berjalan cepat. Serena sendiri bingung tapi berusaha mengimbangi langkah Yuwen yang lebar.
“Kenapa?.” Bingung Serena.
“Tidak apa? Aku tidak suka keramaian.” Jawab Yuwen.
“Sayang.” Panggil Serena menggoda.
“Apa?.” Yuwen menoleh.
Serena salting sendiri karena Yuwen tidak mempermasalahkan, panggilan Sayang darinya. Untung saja wajah Serena tertutup hanfu, jadi wajahnya yang memerah tidak begitu terlihat.
"Masih jauh pasarnya?." Tanya Serena.
"Melewati Desa ini, tinggal satu hutan dan kita sampai di pasar kota." Ucap Yuwen.
"Kau setiap hari berjalan sendirian sejauh ini?." Tanya Serena.
"Kenapa?." Yuwen menoleh.
"Ini sangat melelahkan, kau pasti kelelahan kan?." Ujar Serena.
"Tidak, apa kau lelah." Tanya Yuwen.
"Tidak, aku senang berjalan bersama denganmu seperti ini." Ucap Serena, suaranya terdengar ceria.
Yuwen nampak tersenyum tipis, sangat tipis jadi tidak terlihat. Mereka berjalan bersama dan bergandengan tangan, sampai di Pasar yang ramai. Yuwen membawa Serena ke tukang penjagal.
Serena mengamati, bagaimana Kelinci dan Rusa milik Yuwen di tawar, dan bagaimana Yuwen meminta dinaikan harganya. Setelah buruan terjual, mereka berniat kembali ke rumah mereka.
"Dapat berapa?." Tanya Serena.
"Ini, pegang saja." Ujar Yuwen.
"Aku tidak tau mata uang disini, apa kita bisa membeli bumbu dapur dengan uang ini?." Tanya Serena.
"Tentu saja, apa yang kau butuhkan?." Tanya Yuwen.
"Minyak, tepung, penyedap, garam, gula, cabai, bawang merah, bawang putih, dan tumbuhan palawija lainnya. Tolong beli tepung juga." Ucap Serena.
"Aku mengerti, tunggulah disini. Aku akan membeli semua yang kau katakan tadi." Ucap Yuwen, meminta Serena duduk di kursi depan sebuah ruko.
"Tidak apa-apa aku disini?." Tanya Serena.
"Iya, jangan kemana-mana." Yuwen menyentuh kepala Serena sekilas, seakan mau mengelus tapi tidak jadi.
Saat Yuwen sedang membeli di dalam ruko, seorang pemuda biasa saja datang menghampiri Serena. Pemuda itu terlihat flexing.
"Hai nona manis, kenapa kau duduk sendirian disini? apa kau dari Desa? sepertinya kau kelaparan ya?." Ucapnya.
"Tidak." Jawab Serena.
"Siapa nama mu? mau berkencan denganku? aku akan memberikanmu bakpao daging yang enak." Ujarnya.
"Tidak mau." Risih Serena.
"Kurang ajar, kencan dibayar bakpao. Sama kambing aja sana biar cuma dikasih rumput juga diem." Batin Serena kesal.
Srattt~~
Tangan Serena ditarik kasar, Serena berusaha melepaskan cekalan itu tapi dia justru tertarik nyaris jatuh. Untung saja Serena bisa menjaga keseimbangannya.
Yuwen keluar dari Ruko, melihat Serena sedang ditarik pemuda asing. Wajah Serena terlihat marah dan takut, Yuwen merasa kesal karena ada pemuda tidak sopan yang berani menyentuh tubuh wanita asing.
Greb.
"Apa yang kau lakukan, bajingan." Suara Yuwen terdengar menakutkan.
Si Pemuda mendongak, melihat tubuh Yuwen yang tinggi menjulang dan kekar berotot. Meskipun wajahnya tertutup cadar dan topi jerami, ada aura menyeramkan yang menguar.
"J-jangan ikut campur, dia ini pacarku." Ujarnya.
"Apa?." Yuwen semakin emosi.
"Aku sudah mengajaknya berkencan, aku akan membelikannya bakpao daging. Kenapa kau malah mengacau." Ucapnya berteriak marah.
"Kenapa kau bilang? karena wanita ini Istriku, brengsek." Yuwen mencengkeram kerah Hanfu pemuda itu.
Pemuda itu memucat ketakutan, melepaskan cengkeraman Yuwen dengan susah payah. Dia berlari ketakutan, Serena cukup puas melihatnya, dengan sedikit pancingan Yuwen sudah bereaksi seperti ini.
"Sayang." Panggil Serena.
"Hm? apa dia menyakitimu?." Tanya Yuwen.
"Yah untung saja kau cepat datang, ayo pulang." Ajak Serena.
Yuwen menggandeng tangan mungil Serena dan berjalan pergi, saat melewati penjual bakpao daging. Yuwen membeli satu bakpao besar untuk Serena, Serena terlihat senang dan makan dengan lahap.
"Aaa.. enak sekali loh." Ucap Serena menyuapi Yuwen.
"Untukmu saja, aku sudah kenyang." Bohong Yuwen.
"Ayo gigit saja, nanti sampai dirumah aku akan memasak untukmu." Ucap Serena.
"Benarkah?." Yuwen nampak tertarik.
"Iya, ayo kita makan bakpao bersama. Untuk mengganjal perut." Ucap Serena.
Keduanya makan bakpao bersama, berjalan dengan santai namun tidak lambat. Sampai di hutan dekat rumah terpencil mereka, Serena melihat sesuatu yang membuatnya melotot.
Deg.
"Itu kan?." Serena menghentikan langkahnya.
"Apa?." Yuwen waspada, hendak menarik pedangnya.
"Itu pohon kunyit, ayo lihat kesana. Sepertinya ada banyak tanaman rempah." Serena terlihat senang.
Yuwen membuka jalan semak belukar dengan pedang, takut ada ular atau hewan lainnya yang bersembunyi disana. Serena mencabut beberapa kunyit, ternyata ada pohon bawang dan beberapa sayur.
"Nanti kita Tanam mereka di halaman belakang dekat sumur. Lumayan untuk pemasukan bumbu, biar kita tidak harus membelinya." Ucap Serena.
"Kau tau banyak tentang tanaman?." Tanya Yuwen, ikut membantu.
"Hanya sedikit, ada di pelajaran saat sekolah." Jawab Serena.
Serena melihat ada kangkung yang tumbuh di aliran sungai kecil, Yuwen yang melihat itu mengerutkan kening. Kenapa Serena mencabut rumput liar yang kotor di selokan.
"Untuk apa?." Tanya Yuwen.
"Dimasak." Jawab Serena.
"Apa?." Kaget Yuwen.
"Ini bukan rumput ataupun hama, ini sayur Kangkung. Percayalah padaku." Ucap Soraya.
Setelah memetik beberapa sayur dan tanaman palawija, mereka kembali kerumah. Sampai dirumah Serena langsung menanam pohon kunyit dan bawang, ada sereh kuno juga. Entah sereh atau apa, tapi baunya mirip.
"Aku akan memasak, kau bisa istirahat sebentar." Ucap Serena.
"Kau akan membuat apa?." Tanya Yuwen, kurang yakin jika Serena bisa memasak.
"Bakpao tepung, tumis kangkung dan oseng daging kering. Lumayan masih ada daging yang bisa dimasak kan." Ucap Serena.
"Biar aku membantu." Ucap Yuwen.
"Bantu aku membuat api saja, aku belum bisa melakukannya. Kemarin, aku berusaha tapi tanganku lecet." Ucap Serena.
Akhirnya Yuwen menyalakan api dan membantu Serena membuat bakpao, tungkunya ada Dua jadi Serena bisa masak di sebelahnya.
Serena memotong kangkung dan mencucinya hingga benar-benar bersih dari lintah atau ulat. Setelah dijamin bersih, Serena memotong daging kering tipis-tipis lalu mencucinya.
Setelah kangkung dan daging siap di masak, Serena melihat bumbu yang di beli oleh Yuwen. Serena memotong bawang Bombay, bawang putih, cabai kering, untuk memasak tumis kangkung dan oseng daging kering.
Pertama Serena menulis Kangkung, hanya menggunakan cara masak biasa. Menuangkan sedikit minyak, masukan bawang dan cabai lalu aduk hingga harum, setelah itu masukan kangkung tambahkan penyedap dan garam. Aduk merata lalu tunggu sampai benar-benar matang.
Aroma tumis kangkung benar-benar menggugah selera, Yuwen bahkan sampai menelan ludah. Tidak menyangka baunya akan seharum ini, setelah Serena mencicipi dan rasanya enak, tumis kangkung di pindahkan ke piring kayu usang.
Serena kembali menuangkan minyak ke wajan, menumis bawang merah, bawang putih dan cabai, menambahkan sedikit gula, garam dan penyedap. Setelah bumbu harum masukan potongan daging kering, aduk sebentar, lalu tuangkan air cukup banyak dan tutup sampai air meresap sempurna.
"Pakai minyak untuk merebus daging?." Heran Yuwen.
"Sebenarnya ini tumis kok, hanya saja karena dagingnya kering dan alot. Aku menambahkan cukup banyak air agar daging menjadi empuk." Ucap Serena.
"Ini, cicipi bakpao nya. Aku juga tidak terlalu pandai membuatnya." Ucap Yuwen, menyerahkan bakpao tepung yang terlihat menggoda.
Serena menerima lalu memakannya, rasanya enak. Tidak hambar karena ditambahkan gula dan garam sedikit, cukup bagus untuk pengganti nasi.
"Enak!!!." Ucap Serena puas.
Setelah daging matang, ternyata jumlahnya jadi cukup banyak. Serena mengambil Daging ke piring sedikit, lalu bersiap makan bersama dengan Yuwen.
Pertama kali makan tumis kangkung, Yuwen melotot karena rasanya enak. Daging buatan Serena juga tidak kalah enak, rasanya lezat dan membuat Yuwen makan dengan lahap.
"Untunglah lauknya jadi banyak, bisa buat makan malam dan sarapan besok." Ucap Serena.
"Kau sungguh berbakat memasak rupanya." Ucap Yuwen, terlihat senang.
"Heheh, mana hadiahnya?." Ujar Serena malu-malu.
"Hadiah?." Bingung Yuwen.
"Semacam kecupan, atau apa." Ujar Serena salting sendiri.
Yuwen mendekat, hendak mencium Serena. Jantung Serena berdebar tak karuan, merasa kecintaan dengan suaminya yang misterius ini, dia harus berusaha keras agar suaminya mau jujur padanya.
Cup.
Kecupan hangat dan manis mendarat di bibir Serena, Serena merasa puas. Ini awal yang baik bagi mereka berdua, setelah ini Serena akan terus mengikuti Yuwen, kemanapun dia pergi.
"Malam ini kau akan tidur denganku kan?." Tanya Serena.
"Apa? aku akan berangkat berburu malam ini." Ucap Yuwen.
"Tidak, besok pagi saja. Aku juga mau ikut." Rengek Serena.
"Baiklah." Yuwen malah berdebat, karena tau Serena akan bersikeras.
Serena tidur berdampingan dengan Yuwen, ada hal asing yang mengusik Serena. Biasanya pria modern itu agresif, tapi Yuwen ini pasif atau memang menahan diri.
Pembawaannya tenang, cara berpikirnya seperti orang berpendidikan. Dia sama sekali tidak terlihat seperti pemburu miskin, badan dan wajahnya saja sangat indah. Serena yakin jika Yuwen memiliki identitas misterius.
"Gue harus buat dia punya anak dari gue, biar nanti dia mikir, kalo mau macem-macem sama gue. Siapa tau dia ini anak orang kaya yang kabur, kan kalo udah balik ke rumah besar, posisi gue tetap kokoh karena gue udah lahirin anak dia." Batin Serena.
"Apa yang kau pikirkan?." Suara Yuwen, membuat Serena terkejut.
"Ah... itu." Serena jadi malu.
"Apa kau tidak nyaman aku ada disini?." Yuwen hendak pindah.
"BUKAN." Serena buru-buru menahan.
"Lalu?." Yuwen menatap lurus, ke arah mata Serena.
"Aku..... aku ingin kita memperbaiki hubungan kita." Ucap Serena.
"Bukankah kita sudah berbaikan." Heran Yuwen.
"Bukan itu saja." Serena menutup wajahnya malu.
"Apa lagi?." Bingung Yuwen.
"Aku ingin kita saling menerima dan mencintai, layaknya suami istri." Cicit Serena.
"Sialan lah woi, kenapa malah jadi gue yang nembak." Batin Serena merasa bodoh.
Serena bisa melihat ekspresi terkejut Yuwen dari celah jarinya, ekspresi yang terlihat syok dan tidak menyangka. Tapi hanya sebentar, setelah itu Yuwen bisa mengatur eskpresinya kembali datar, meksipun ada semburat merah di telinganya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!