Namanya Sora Langi, pemuda yang lahir dari keluarga miskin dan bercita - cita untuk mengangkat derajat keluarganya.
Sora Langi selalu memperoleh beasiswa penuh dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bukan karena keluarganya yang miskin, tapi karena kepintarannya yang luar biasa sampai diakui pemerintah daerah.
Hari ini adalah hari kelulusan, Sora Langi bertekad untuk terus melanjutkan hingga lulus perguruan tinggi. Awalnya semua berjalan normal, tapi kecelakaan malah menimpa Sora Langi.
Ketika Sora Langi dalam perjalanan pulang menggunakan bus umum, bus mengalami kecelakaan dan tercebur ke sungai besar.
Sora Langi yang jago berenang tanpa ragu membantu mereka yang tidak bisa berenang untuk menyelamatkan diri.
Sayangnya Sora Langi salah perhitungan. Kalau Sora Langi berenang seorang diri, dia tidak akan kalah jika dibandingkan perenang profesional.
Namun berenang sambil membantu orang yang tidak bisa berenang adalah perkara lain. Stamina Sora dengan cepat terkuras yang membuatnya kelelahan setelah menyelamatkan korban terakhir.
Sora Langi naik ke pinggiran dengan selamat tapi insiden terjadi di detik berikutnya.
Sret!
"Eh?" Pandangan Sora berubah seketika.
Tubuhnya jatuh ke aliran sungai yang mengalir deras tanpa bisa berbuat apa-apa.
'Apa - apaan ini? Kenapa hal ini terjadi padaku? Apa aku akan mati? Tidak! Aku bahkan belum bisa balas budi pada orang tuaku!' Saat genting, pikiran seseorang bisa bekerja lebih cepat dari biasanya tapi masih belum cukup untuk mengubah keadaan.
Byurrr!
Sora tetap jatuh ke sungai. Sora bisa mendengar kepanikan di permukaan tapi cuma sebentar karena dirinya segera kehilangan kesadaran lalu tenggelam sambil diseret aliran sungai.
(Kamu tidak mau mati?) Suara seorang wanita terdengar di benak Sora.
Sora yang seharusnya sudah pingsan bisa mendengar suara itu dengan jelas seperti ada orang yang bicara langsung dengannya.
"Siapa kamu?"
(Belum waktunya kamu tahu. Aku ulangi, kamu tidak mau mati?)
"Tentu saja! Aku belum boleh mati!"
(Bagus, kalau gitu misalnya kamu diberi kesempatan kedua, apa kamu bakal mengambilnya?)
"Pertanyaan bodoh, tentu saja ambil!"
(Semangat yang bagus, kalau gitu, mulai sekarang kamu adalah Tuanku.)
"?" Sora bingung dan tiba - tiba merasa seperti mulutnya disumpal oleh sesuatu yang hangat dan lembut. 'Apa ini? Sebuah ciuman?' Sora tidak bisa membuka mata untuk melihat apa yang terjadi, ketika dia sadar, Sora sudah berada di dalam gubuk kayu sederhana dengan tubuh yang dibalut kain.
"!" Sora langsung duduk kemudian rasa sakit yang tidak masuk akal menyerang seluruh tubuhnya. "Arghhh!" Sora berguling - guling sambil terus berteriak kesakitan.
Suara Sora menarik perhatian orang - orang di sekitar yang membuat mereka segera datang ke gubuk Sora.
Dari sekian banyak orang yang datang, tidak terlihat satu pun yang mengenakan pakaian modern. Semuanya mengenakan pakaian kuno yang hampir tidak berwarna seperti yang biasa dikenakan NPC dalam film drama kolosal kerajaan.
Wajah mereka lusuh seperti tidak pernah merawat diri, keadaan mereka bahkan lebih buruk daripada petani yang berada di pinggiran kota.
Sadar menjadi tontonan, Sora berhenti berguling dan berteriak. Dia menatap semua orang dengan ekspresi heran di wajahnya.
"Etto, apa kalian yang menyelamatkan aku?" tanya Sora.
Orang - orang pada diam lalu perlahan terbelah menjadi dua untuk membiarkan seorang tetua melangkah maju.
"Siapa kamu? Apa kamu dikirim oleh orang-orang itu?" tanya tetua yang datang dengan nada tidak senang.
"?" Sora memiringkan kepala dengan ekspresi polos. 'Sepertinya aku dicurigai, kalau gitu, jalan terbaik untuk menghilangkan kecurigaan mereka adalah dengan begini.' Sora mengangkat tangan sambil menggelengkan kepalanya. "Bukan, aku hanyut di sungai dan kalian menyelamatkan aku."
"..." Tetua itu tidak langsung mempercayai Sora. "Pakaianmu sangat bagus. Tidak mungkin memilikinya kecuali kamu seorang bangsawan atau suruhan orang - orang itu."
"Hah, aku berani bersumpah, aku bukan suruhan orang yang kamu maksud." Sora memasang ekspresi tegas di wajahnya.
Seketika tetua yang menanyainya merasa ragu. Sebagai pengamat berpengalaman, dia tidak menemukan sedikit pun keraguan di wajah Sora.
"Kelihatannya kamu memang bukan suruhan mereka."
Sora menghela napas lega. "Kalau kalian curiga aku suruhan orang, kenapa kalian menyelamatkanku?"
Ekspresi tetua berubah. Tatapannya menajam sementara tangannya mengepal sampai gemetaran.
"Kalau bukan karena permintaan Melati, aku tidak akan menyelamatkanmu! Biarkan saja mayatmu dimakan serigala!"
Sora langsung merasa ngeri tapi dia memikirkan sesuatu yang membuatnya sedikit lega. "Jangan menakutiku, di sini mana ada serigala."
"Hah?" Seketika tatapan tetua dan semua orang berubah.
"Tidak ada serigala? Mana mungkin! Beberapa saat yang lalu, desa ini diserang serigala. Kalau bukan karena kesiapan kami, desa ini pasti musnah."
"Eh?" Giliran Sora yang heran. Sora berasal dari Java, dia yakin kalau tidak ada serigala di Pulau Java.
Awooo!
Lolongan serigala yang terdengar langsung meyakinkan Sora, seketika otaknya menjadi kosong seperti berhenti bekerja untuk sementara.
"Maaf kalau pertanyaanku aneh, sekarang kita berada di mana?" tanya Sora curiga.
"Apa kamu hilang ingatan?"
"Ya, begitulah, tolong jawab pertanyaanku."
"Hah, kamu berada di Desa Batu Putih, Desa Batu Putih berada di dalam wilayah Kerajaan Batu."
"Desa Batu Putih, Kerajaan Batu..." Sora tidak bisa mengingat apa - apa soal dua nama ini. Namun dia yakin kalau sekarang dia tidak berada di bumi.
Mengapa Sora begitu yakin dengan tebakannya? Ada beberapa alasan yang membuatnya percaya diri dengan tebakannya.
Pertama, seharusnya tidak ada serigala di Java, di belahan bumi lain memang ada tapi tidak ada satu pun di Java.
Kedua, di bumi tidak ada lagi yang namanya kerajaan, sekarang seluruh wilayah terbagi menjadi wilayah administratif yang disebut negara.
Ketiga, pakaian orang - orang di sini terlalu kuno, tidak cocok dengan era modern yang diketahui Sora.
Keempat, Sora bisa merasakan kalau kualitas udara di sini sangat baik. Hanya dengan bernapas saja membuatnya merasa segar seperti ada kekuatan magis yang terkandung di udara.
Di saat Sora linglung, tetua dan yang lain kembali mendengar lolongan serigala.
"Tetua! Kita harus bersiap!"
"Aku tahu. Nak, kamu boleh tinggal di sini sampai lukamu sembuh. Setelah sembuh kamu harus pergi dari Desa Batu Putih." Tetua segera pergi setelah mengucap kalimatnya.
Semua lelaki mengikuti tetua, cuma wanita dan anak - anak yang tinggal sambil terus menonton Sora.
(Prok! Prok! Prok!) Suara tepuk tangan terdengar langsung di benak Sora.
"Siapa!" seru Sora yang mengejutkan semua orang.
(Tidak perlu berteriak, cukup gunakan suara hatimu saat bicara.)
"..." Sora duduk dengan ekspresi kosong. 'Ka - Kamu siapa?' tanya Sora ragu.
(Namaku Luna, aku adalah asisten sistem yang akan membantu Tuan Rumah.) Suara Luna sangat menyegarkan dan enak didengar.
Sora langsung merasa candu hanya dengan mendengar suaranya untuk pertama kali.
'...' Sora terdiam sebentar lalu berkata, 'Jadi aku benar dipindahkan ke dunia lain?'
(Itu benar, Tuan Rumah aku pindahkan ke dunia ini sebagai kesempatan kedua.)
'Ha ha ha, kesempatan kedua apanya?! Apa gunanya kalau aku tidak bisa kembali ke bumi?' Sora terdengar putus asa.
(Jangan khawatir, Tuan Rumah bisa kembali ke bumi setelah mencapai kekuatan tertentu.)
Segera Sora kembali bersemangat. 'Benarkah?! Aku bisa kembali ke bumi?!'
(Ya, bukan cuma itu, Tuan Rumah juga bisa mengubah nasib keluarga di bumi dengan kekuatan yang didapatkan di sini.)
Sora menyipitkan mata dengan ragu. 'Soal kekuatan yang kamu bahas, sebenarnya apa itu?'
(... Mudahnya ini adalah dunia di mana semua orang bisa berlatih menjadi dewa atau mengejar keabadian. Tuan Rumah mungkin paham kalau aku menyebut dunia ini sebagai dunia kultivasi.)
'Hah?' Ekspresi Sora berubah tidak menentu. Dunia kultivasi? Dia jelas tahu karena dunia kultivasi merupakan dunia fantasi yang diimpikan oleh banyak pria. Sora merupakan salah satu pria yang menyukai cerita kultivasi, jadi wajar kalau dia bersemangat setelah mengetahui fakta kalau dia telah dipindahkan ke dunia kultivasi.
...
..
.
Bersambung...
Sora menenangkan diri dan berkata, 'Kamu tadi mengenalkan diri sebagai asisten sistem?'
(Itu benar, tugas utamaku adalah membimbing Tuan Rumah.)
'Apa yang bisa dilakukan sistem untukku?'
(Baik, sebelum menjawab pertanyaan Tuan Rumah, aku perlu memperkenalkan nama yang dimiliki sistem ini.)
'Kenapa begitu?'
(Nama sistem ini adalah Sistem Kultivasi Harem.) Luna mengabaikan pertanyaan Sora.
Sora terdiam sebentar kemudian berkata, 'Aku mengerti, berhenti di situ.'
(Tapi aku bahkan belum menjelaskan,) ucap Luna.
'Betul juga, kalau gitu jelaskan garis besarnya saja.'
(Baik. Tuan Rumah bisa mengumpulkan poin harem melalui kontak fisik dengan wanita. Semakin intim kontak yang dilakukan dengan wanita, semakin banyak poin harem yang bisa didapatkan Tuan Rumah.)
'Apa kegunaan poin harem?'
(Kegunaan utama bisa digunakan untuk meningkatkan ranah kultivasi. Kalau orang lain perlu berlatih keras dalam jangka waktu lama demi menaikkan satu ranah, Tuan Rumah bisa meningkatkan dengan mudah selama memiliki poin harem.)
'Terdengar sangat berguna, tapi premis dalam mengumpulkan poin harem sedikit vulgar.'
(Kontak fisik tidak selalu berarti hubungan intim. Pegangan tangan sudah termasuk kontak fisik, Tuan Rumah akan diberi poin harem yang sesuai untuk itu.)
'Apa kegunaan lainnya?'
(Poin harem bisa digunakan sebagai mata uang untuk membeli barang di toko sistem. Tuan Rumah bisa membeli segalanya di toko sistem selama mempunyai poin harem yang cukup.)
Sora menyipitkan mata dan merenungkan sesuatu. 'Bahkan kalau aku ingin membeli kemampuan dari karakter cerita tertentu?'
(Bisa, harganya tergantung pada level kemampuan yang bersangkutan.)
'Luar biasa! Sekarang aku jadi lebih bersemangat!'
(Nantikan saja, akan ada lebih banyak kejutan di masa depan.)
Sora mengangguk dengan ekspresi tidak sabar. 'Apa cuma itu?'
(Tidak, sistem juga memiliki fungsi misi. Tapi isi dari misinya cuma untuk menaklukkan wanita cantik dengan nilai kecantikan di atas sembilan puluh lima poin.)
'Bagaimana cara kerjanya?'
(Begini, saat Tuan Rumah bertemu wanita cantik yang memenuhi standar sistem, secara otomatis akan muncul misi dengan hadiah acak yang pastinya menggiurkan bagi Tuan Rumah.)
'Oh? Apa aku cuma bisa mengumpulkan poin harem dari wanita cantik dengan nilai di atas sembilan puluh lima?'
(Tidak, poin harem bisa didapatkan dari wanita sembarangan selama mereka tidak jelek.)
Sora menghela napas lega. 'Ngomong-ngomong apa tidak ada hadiah pemula atau sesuatu semacamnya?'
(Sayangnya sistem tidak menyediakan hal sepele seperti itu, Tuan Rumah perlu mengumpulkan poin harem lebih dulu sebelum bisa menggunakan fungsi sistem.)
'Begitu ya.' Jujur saja, Sora sedikit kecewa dengan jawaban Luna. Tapi apa boleh buat, dia memang tidak boleh bergantung sepenuhnya pada sistem. Setidaknya di permulaan dia harus melakukannya sendiri.
Krucuk-krucuk!
Perut Sora mengeluarkan suara yang cukup keras.
Seketika gubuk menjadi hening, para wanita saling memandang lalu tertawa bersama.
Sora tersadar dan tersenyum malu. "Apa boleh aku meminta sedikit makanan?"
"Tunggu sebentar, akan aku ambilkan," ucap wanita dewasa dengan senyum lembut di wajahnya.
Seketika Sora jatuh hati padanya, tapi bukan berarti dia menyukainya, Sora cuma terpesona dengan senyuman lembut di wajahnya.
Tak lama setelah wanita dewasa pergi, beberapa wanita muda yang tampak seusia Sora mulai mengerumuninya.
"Hei, dari mana asalmu?"
"Kulitmu putih, apa kamu benar-benar pria?"
"Pakaianmu sangat bagus, dari mana kamu mendapatkannya?"
Mereka mengerumuni sambil bertanya tanpa henti.
"Tolong satu - satu, aku tidak bisa menjawab pertanyaan kalian sekaligus." Sora mengambil kesempatan dengan mendorong beberapa wanita muda untuk mengetes fungsi sistem.
(+1...+2...+4...+3...+2...+1...)
Suara notifikasi terdengar terus - menerus, Sora merasa lega karena sistem miliknya benar - benar nyata.
Sora menjawab pertanyaan mereka satu per satu sambil terus mencari kesempatan untuk menyentuh mereka.
Sora tidak tahu kalau tindakan nakalnya terlihat oleh wanita muda berambut panjang yang poninya menutupi mata sebelah kanan.
Wanita itu berada di paling belakang dan paling jauh dari Sora. Meskipun dia terlihat ingin mendekat, dia terlalu malu yang membuatnya tetap berdiri di tempatnya sampai kerumunan perlahan mereda.
Setelah puas menanyai Sora, para wanita satu per satu mulai meninggalkan Sora. Dari anak - anak sampai wanita dewasa di desa ini memiliki pekerjaan, mereka tidak bisa terus berada di sekitar Sora.
Setelah semua orang pergi, Sora berhasil mengumpulkan seribu poin harem yang akan menjadi dasar baginya di dunia baru ini.
"Anu..." Suara pemalu seorang wanita mengejutkan Sora.
"Siapa?!" Sora menoleh dengan panik lalu melihat wanita muda yang berdiri cukup jauh darinya. "Siapa kamu?" Meski Sora tadi banyak berkenalan dengan wanita muda, dia yakin belum melakukannya bersama wanita muda yang satu ini.
"Etto, namaku Melati, aku yang meminta penduduk desa untuk menyelamatkanmu." Suara Melati cuma jelas di awal. Semakin banyak kata yang diucapkan semakin pelan suaranya.
Sora cuma mendengar namanya tapi segera sadar kalau wanita inilah yang secara tidak langsung telah menyelamatkan nyawanya.
"Begitu ya, jadi kamu-."
Bruk!
Sora yang mencoba berdiri tiba - tiba jatuh bertumpu dengan kedua lututnya.
"Apa kamu baik - baik saja?!" Melati dengan panik berlari dan mengecek kondisi Sora.
Sora memaksakan senyum di wajahnya sambil menganggukkan kepala. "Ini masalah kecil."
"Kamu tidak terlihat baik bagiku, tidak perlu memaksakan diri, aku akan membantumu kembali." Melati memeluk Sora, membantunya kembali ke tempat semula.
(Ding! Kecantikan level sembilan puluh tujuh ditemukan. Misi dirilis, taklukkan Melati, hadiah misterius akan diberikan begitu misi selesai.)
'Eh? Sembilan puluh tujuh?' Sora jelas heran dengan penilaian sistem. Soalnya Melati cuma terlihat seperti wanita pemalu yang imut di mata Sora. Bukan maksud menjelekkan, Melati memang tidak memiliki pesona wanita cantik sejati. Setidaknya sekarang dia tidak memilikinya, itulah yang diyakini Sora.
Bukan cuma nilai kecantikan Melati yang mengejutkan, tapi jumlah poin harem yang didapatkan saat bersentuhan sebentar langsung tembus seribu poin.
'Luna, apa penampilan lawan jenis berdampak pada jumlah poin harem yang bisa didapatkan dalam sekali sentuhan?'
(Ah, itu benar, aku lupa mengatakannya.)
'Begitu ya, pantas saja. Tapi aku masih belum melihat kecantikan level sembilan puluh tujuh itu gimana, apakah benar - benar cantik atau cuma gimmick belaka.'
(Tuan Rumah nantikan saja, Tuan pasti kaget saat melihat penampilannya yang sesungguhnya.)
'...' Karena pernyataan Luna, Sora menjadi semakin penasaran tapi dia masih punya akal sehat dan tidak bisa langsung meminta Melati untuk menunjukkan wajahnya. 'Apa boleh buat, aku harus bersabar.'
"Apa masih terasa sakit? Kalau iya, aku akan memanggil tabib untuk memeriksa lukamu," ujar Melati panik.
Sora segera sadar dan menggelengkan kepala. "Tidak, sudah tidak sakit lagi."
"Benarkah?" tanya Melati ragu.
Sora mengangguk dengan senyum tampan di wajahnya.
Wajah Melati memerah, jantungnya berdebar lalu dia berbalik untuk menyembunyikan reaksinya.
Meski sudah disembunyikan, Sora masih bisa menemukan jejak dari reaksi Melati. Dia tidak bisa menahan senyum karena terhibur dengan reaksi Melati.
'Dia benar - benar pemalu, pasti sulit menaklukkan hatinya.' Sora bergumam dalam hati dengan perasaan tidak bergaya. 'Ngomong-ngomong kenapa dia menyelamatkan aku?'
"Ahem! Boleh aku tanya sesuatu?" ucap Sora.
Tubuh Melati menegang sesaat lalu dia melirik dengan tatapan ragu. "Apa itu?"
"Kenapa kamu menyelamatkan aku?" tanya Sora penasaran.
Melati kembali membuang muka lalu menjawab dengan suara yang sangat pelan. "Aku tidak tahu, saat pertama melihatmu, jantungku mulai berdebar kencang. Aku merasa tidak bisa meninggalkanmu, jadi aku meminta ayah untuk menyelamatkanmu."
"Maaf, bisa lebih keras? Aku tidak bisa mendengarnya."
"!" Melati terkejut dan segera meninggalkan ruangan.
Sora yang ditinggalkan tidak bisa berkata - kata, dia cuma bisa menatap siluet yang semakin menjauh dengan perasaan tidak berdaya.
"Apa salahku, mengapa dia menghindariku." Suara Sora sangat tidak berdaya sekaligus menyedihkan.
...
..
.
Bersambung...
(Ahem! Ahem! Daripada memikirkan sesuatu yang tidak pasti, sebaiknya lakukan hal yang berguna.)
'?' Sora memiringkan kepala dengan ekspresi ragu. 'Apa maksudmu?'
(Sekarang Tuan Rumah memiliki dua ribu poin harem. Poin tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan kekuatan Tuan Rumah.)
'Sungguh? Kalau gitu gunakan sekarang!'
(Peningkatan pertama membutuhkan pencucian darah dan sumsum, rasanya sangat menyakitkan, Tuan Rumah perlu menyiapkan diri.)
Seketika semangat Sora pudar. 'Sa - Sangat menyakitkan?'
(Ya, tapi begitu pencucian darah dan sumsum selesai, perubahan signifikan akan terjadi pada tubuh Tuan Rumah.)
'...' Sora terdiam selama beberapa waktu. 'Aku tahu tidak ada makan siang gratis di dunia ini.'
(...)
'Lakukan, aku siap menahan rasa sakit.'
(Ding! Konsumsi seribu poin harem untuk mencuci darah dan sumsum!)
'!' Mata Sora terbuka kemudian dia mulai berguling - guling seperti orang kesurupan. "Arghhh!" Sora mencoba yang terbaik dalam menahan diri agar tidak mengeluarkan suara, dia menggertakkan giginya sampai retak karena terlalu keras menekannya.
Cairan hitam yang lengket dan bau perlahan keluar dari pori - pori kulit Sora. Tubuh Sora yang sebelumnya cukup baik kembali disempurnakan menjadi lebih baik lagi.
Setelah tiga menit bertarung melawan rasa sakit, akhirnya rasa sakit di tubuhnya mereda. Sora yang telah kehabisan kekuatan tidak bisa berdiri dari tempatnya.
"Bauku busuk sekali tapi aku tidak bisa beranjak dari sini," keluh Sora pelan.
(Tuan masih memiliki seribu poin, ini bisa digunakan untuk menerobos tingkat satu pemurnian qi.)
"Apa akan ada rasa sakit yang sama seperti tadi? Kalau iya, sebaiknya ditunda sampai aku sedikit pulih. Kalau aku kembali merasakan sakit yang sama dalam jeda waktu yang sangat singkat, aku pasti mati."
(Jangan khawatir, kali ini tidak akan ada rasa sakit. Sebaliknya, Tuan Rumah akan merasakan kenikmatan menjadi kultivator yang sesungguhnya.)
Sora tidak langsung mempercayai Luna. Dia merenung sebentar kemudian menghela napas dan menganggukkan kepala. "Mari kita coba."
(Ding! Konsumsi seribu poin harem berhasil, ranah +1.)
Wosh!
Aura dunia langsung berkumpul di sekeliling Sora dan membentuk kepompong yang menyelimuti tubuhnya.
Sora merasa sangat nyaman seperti terjebak di lautan awan yang lembut dan hangat. Ketika aura dunia mulai mengubah struktur bagian dalam tubuh Sora, dia malah tertidur pulas dan terbangun satu jam setelahnya. Tentu saja proses terobosan telah berakhir saat dia bangun.
Jejak kejutan melintas di wajah Sora. "Apa ini kekuatan kultivator? Aku merasa sangat kuat seperti bisa membunuh sapi dengan tinjuku."
(Selamat, Tuan Rumah telah resmi menjadi kultivator. Mulai sekarang jangan lupa untuk terus mengumpulkan poin harem dan taklukkan wanita cantik yang memenuhi kriteria sistem.) Luna mengingatkan dengan nada hangat.
Sora mengangguk dengan lebih termotivasi dari sebelumnya. "Tunggu dan lihat saja, aku pasti melakukannya."
Endus! Endus!
"Bau busukku semakin jelas, apa ini efek terobosan?"
(Bukan, bau busuk tetap sama tapi indera penciuman Tuan Rumah semakin kuat.)
Sora mencoba memastikan dengan mencium, mendengar dan merasakan sekelilingnya. Hasilnya seperti yang dibilang Luna, inderanya meningkat berkali - kali jadi lebih kuat dibanding sebelumnya.
"Begitu ya, sekarang aku resmi jadi kultivator." Sora memiliki perasaan rumit saat ini. Dia merasa bahagia karena berhasil mewujudkan impiannya memiliki kekuatan super tapi juga merasa khawatir dengan masa depannya.
(Tuan Rumah sudah menapaki jalan yang tidak bisa kembali. Kalau Tuan Rumah mau hidup bahagia, capailah puncak dengan dukungan sistem.)
"Kamu benar, sekarang bukan saatnya bersedih. Aku perlu membersihkan tubuhku sebelum orang - orang kembali." Sora memfokuskan pendengarannya untuk mencari mata air terdekat.
Pendengaran Sora melintasi banyak halangan sebelum berhasil menemukan suara aliran air. Sora segera pergi menuju mata air melewati orang - orang di desa yang sedang sibuk dengan pekerjaan masing - masing.
...
Ceburrr!
Sora melompat ke air seperti perenang profesional. Dengan kekuatan fisiknya saat ini, Sora bisa berenang sejauh ribuan meter tanpa khawatir kelelahan lalu tenggelam.
Air sungai yang jernih berubah warna begitu Sora masuk ke air. Puluhan ikan mengambang terbalik karena keracunan cairan hitam yang menempel di tubuh Sora.
Sora merasa sedikit bersalah pada ikan - ikan yang mati. Perasaan bersalahnya cuma bertahan sementara karena segera perhatiannya terenggut pada lolongan serigala.
Awooo!
Tubuh Sora menegang, rasa gelisah muncul yang membuatnya gugup sampai tubuhnya gemetar.
'Apa yang terjadi? Kenapa aku merasa sangat gelisah?!'
(Tuan! Lihat ke arah kanan!)
Sora menoleh dan melihat serigala bulu perak yang menatap tajam ke arahnya.
Glek!
'Begitu ya, jadi perasaan gelisah ini muncul karena naluri bertahan hidup.'
(Kenapa malah diam saja?! Lari! Tuan Rumah bukan lawan serigala itu!)
"!" Sora langsung berenang memutar dan berlari begitu mencapai daratan.
Grrr!
Serigala itu menggerang sambil terus menatap tajam ke arah Sora.
"Kenapa dia tidak menyusul? Bukannya serigala bisa berenang?" Sora menyipitkan mata, menatap heran ke arah serigala.
(Serigala bulu perak tidak bisa berenang, begitu bulunya menyentuh air, beratnya akan bertambah beberapa kali yang membuatnya akan tenggelam.)
"Ternyata begitu." Sora mengangguk mengerti.
Serigala itu terus mengamati sampai Sora meninggalkannya. Dia tidak memiliki alasan untuk bertahan, jadi dia memilih untuk segera kembali ke Desa Batu Putih.
...
Pada malam hari, Sora kembali menjadi pusat perhatian para wanita di Desa Batu Putih. Hal ini membuat para pria cemburu, terutama para suami yang kesal melihat istri mereka sangat peduli dengan Sora.
Sora tidak berdaya, dia tidak bisa menolak kebaikan para wanita, terutama mereka yang memiliki sifat keibuan. Bukan berarti dia nafsu pada istri orang, Sora bukan tipe pria yang suka merebut wanita orang lain. Kalau wanitanya janda, ceritanya bakal beda.
Berkat dikerumuni istri orang semalaman, Sora kembali berhasil mengumpulkan seribu poin harem. Dia langsung menggunakannya pada malam hari sebelum waktu istirahat.
Sora tertidur tanpa masalah, di tengah malam dia terbangun karena suara langkah kaki yang berkeliaran di depan gubuknya.
'Siapa yang berkeliaran di tengah malam seperti ini?' Sora bergumam ragu lalu bergerak menuju jendela gubuk untuk mengintip keadaan di luar. Sora melihat siluet wanita muda yang sangat dia kenal, siapa lagi kalau bukan Melati?
...
Melati mondar - mandir di depan gubuk Sora. Dia ingin sekali menyapa Sora, tapi takut mengganggu waktu istirahatnya.
"Mungkin lain kali saja," gumam Melati pelan.
"Kenapa tidak sekarang?"
"Ky-." Melati berteriak namun mulutnya langsung ditutup oleh Sora.
"Jangan berteriak, nanti yang lain bangun." Sora berbisik di jarak yang sangat dekat dengan telinga Melati.
Wajah Melati memerah karena malu sampai asap putih keluar dari kepalanya untuk sementara waktu.
Setelah sedikit tenang, Sora berhenti menutup mulut Melati.
"Maaf, aku refleks melakukannya," ujar Sora menyesal.
Melati menunduk malu dan menggelengkan kepala. "Tidak apa - apa, aku baik - baik saja."
Sora menghela napas lega lalu menatap sekeliling desa yang sepi dengan wajah ragu. "Kenapa kamu berkeliaran malam - malam begini? Meskipun kita berada di desa, tetap bahaya kalau wanita secantik kamu berkeliaran seorang diri."
Deg-deg!
Jantung Melati berdebar kencang, tubuhnya gemetar karena gugup sampai dia memberanikan diri untuk menatap wajah Sora. "Menurutmu aku cantik?" tanya Melati.
Sinar bulan menembus kabut dan menerpa wajah Melati. Poni Melati masih menutupi mata kanannya, tapi kecantikannya masih tampak di bawah sinar bulan purnama.
"Ya, kamu cantik." Sora menyibakkan poni Melati.
Seketika ruang dan waktu membeku, Sora terpesona dengan keelokan wajah Melati.
...
..
.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!