Malam yang gelap membawa angin dingin berhembus secara halus, di pinggiran jalan Pantura lama Terdapat sebuah toko boneka yang terlihat cukup istimewa apabila di bandingkan dengan toko toko boneka pada umumnya.
Bangunan toko boneka ini terkesan sedikit kuno di sekeliling toko ini juga terdapat pagar batu bata yang melingkari toko ini, dengan di beberapa titik tembok terdapat ujung yang membentuk seperti candi, layaknya bangunan bangunan di zaman majapahit.
Tek!
Tek!
Tek!
Terlihat seorang pria dekil berjalan dengan langkah kaki lesu mendekati bangunan kuno tersebut yang terdapat plang besar toko boneka di atasnya.
Pria dekil tersebut terlihat menyeret sebuah koper besar yang berisi baju baju, wajah pria dekil tersebut terlihat di tekuk murung menambah kesan menjengkelkan di wajahnya.
Pria dekil tersebut bernama Atmo Pambudi Susilo walaupun dia sebenarnya berharap memiliki nama Alex, Boy, atau mungkin Calvin, namun takdir berkata lain dia tetap saja di berikan nama Atmo.
Atmo terlihat berjalan sembari memasang wajah lesu bercampur kusut, dia benar benar sedang kecewa pada saat ini.
Bagaimana tidak? Setelah lulus SMK Atmo sama sekali belum mendapatkan pekerjaan, dia yang awalnya sangat berharap dengan janji wapres dan sangat antusias mencoblosnya namun siapa sangka janji tersebut hanyalah bualan belaka.
Di tambah lagi Atmo yang mau tidak mau harus meneruskan usaha milik neneknya yang sudah meninggal.
Usaha tersebut adalah menjual boneka boneka.
Atmo sebenarnya dahulu tinggal di Bandung Jawa Barat, namun karena harus meneruskan usaha ini Atmo terpaksa pindah ke tojo bobeka peninggalan neneknya yang berada di Semarang tepatnya di jalan Pantura lama.
Atmo terus berjalan sembari terus menunduk hingga akhirnya langkahnya berhenti ketika dia tiba di depan bangunan kuno yang merupakan toko boneka milik neneknya.
Atmo menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika melihat bangunan yang merupakan toko boneka ini sangat bersih, di atasnya tidak ada sarang laba laba bahkan di lantai tidak ada sedikit debu pun yang di lihat Atmo.
Benar benar seperti rumah baru.
Atmo memandangi bangunan di depannya dengan bingung, "kalau ngga salah toko ini di tinggal nenek 3 tahun yang lalu karena nenek sakit, masa selama tiga tahun toko ini masih bersih? Hmm.... apa ada warga sekitar yang membersihkannya ya?" Tanya Atmo sembari celingak celinguk.
Atmo mengabaikan hal tersebut dia melangkahkan kakinya menaiki tangga toko tersebut.
Setibanya di depan pintu utama Atmo mengambil kunci di sakunya dan langsung membuka pintu besar yang terbuat dari kayu jati dengan di beberapa sisi terdapat ukiran ukiran aksara jawa.
Krieeeett!!!
Bunyi pintu yang terbuka terdengar sangat nyaring.
Begitu melihat isi di dalam toko Atmo kaget bukan kepalang, matanya melebar dengan mulut melongo melihat betapa berantakannya isi di dalam toko boneka tersebut.
Boneka tercecer di mana mana dengan debu yang menumpuk di setiap boneka, sarang laba laba terlihat menempel di sudut sudut ruangan, hingga debu yang terlihat sangat menumpuk di setiap jengkal ruangan dan yang paling tidak masuk akal terlihat beberapa rak boneka yang ambruk.
Sesaat Atmo mematung Karena heran melihat isi di dalam toko boneka ini sangat berbeda dengan apa yang ada di dalam toko, Atmo kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Namanya juga toko yang di tinggal selama tiga tahun, wajar saja jika seperti ini. Namun anehnya mengapa tidak ada rayap yang memakan kayu kayu rak atau mengapa besinya tidak berkarat?" Tanya Atmo sembari mengamati rak boneka di dekatnya yang masih berdiri kokoh.
Atmo kemudian memandangi setiap beberapa boneka yang terpajang di rak, Atmo langsung mengedutkan matanya ketika melihat betapa seram dan mengerikannya boneka boneka tersebut.
Ada boneka tengkorak berjubah hitam dan membawa sabit besar, ada boneka badut yang tersenyum menyeringai dan menggunakan sepeda roda satu, ada boneka vampir dengan taring yang sangat panjang dan tajam.
Yang paling membuat Atmo heran adalah ada sebuah boneka bunglon yang terlihat kurus dan tidak berisi seolah bunglon yang di awetkan.
Atmo meraih boneka bunglon tersebut kemudian mengamatinya dari dekat, "ternyata ini bukan bunglon yang di awetkan ini benar benar boneka." Ucap Atmo yang meraba raba kulit boneka tersebut yang terbuat dari kain lusuh.
"Cih!" Atmo berdecih pelan kemudian melemparkan boneka tersebut ke belakang, "boneka sampah lebih baik buang saja."
Boneka tersebut terlempar hingga keluar dari toko tersebut dan mendarat tepat di halaman toko.
Setelah melemparkan boneka tersebut Atmo terlihat merenung sembari menatap boneka boneka yang berada di sekitarnya.
Atmo terlihat memijat kepalanya dengan pusing, jika boneka boneka di sini semengerikan ini apa iya bisa laku?
Mana ada orang waras yang mau membeli boneka anak kecil yang memegang pisau? Nenek tua dengan jubah hitam dan sapu seperti mak lampir? hingga boneka wanita bergaun putih dengan mulut yang robek.
"Gimana sih nenek? Nenek ngga tahu bisnis atau gimana masa buka toko di tempat terpencil seperti ini? Mana boneka boneka yang di jualnya ngga ada yang imut!" Ucap Atmo dengan wajah jengkel.
Atmo kemudian memilih untuk berjalan menuju ke kamarnya, dia berpikir untuk memikirkan hal ini esok hari saja.
Atmo menendangi setiap boneka yang menghalangi jalannya menuju ke kamar.
Hingga Akhirnya Atmo tiba di depan pintu kamar, Atmo langsung memasuki pintu kamar itu begitu saja dan membantingya dengan keras.
Ada dua hal yang tidak di ketahui Atmo pada saat ini, ketika Atmo masuk ke dalam rumah semua boneka terlihat menyeringai dengan seringai yang sangat mengerikan.
Dan yang kedua pintu utama toko boneka tersebut lupa Atmo tutup.
Wus.....
Hembusan angin dingin terlihat memasuki bangunan toko boneka tersebut.
Terlihat di kejauhan seorang pemuda akamsi berjalan dengan wajah lesu, dia menendang batu di bawahnya dengan ekspresi jengkel, "aduh rungkad! Uang sepuluh juta habis semua di makan kakek zeus!" Ucap pemuda tersebut dengan sangat jengkel.
Pemuda tersebut bernama Bangun, Bangun merupakan seorang pemuda akamsi yang hidup sebatang kara sama seperti Atmo.
Bedanya Bangun adalah pemuda yang suka mabuk mabukan, merokok, bahkan kecanduan judi online.
Ketika Bangun sedang berjalan dia menyipitkan matanya saat melihat pintu toko boneka kuno yang sudah tiga tahun terbengkalai itu terbuka.
"Hmm..." Bangun bergumam pelan, "bukannya toko boneka itu sudah di tinggal 3 tahun yang lalu oleh Nenek Siyem? Lalu... kenapa pintunya terbuka?"
Seketika itu juga muncul rencana busuk di benak bangun, "pasti ada sesuatu yang berharga di dalam toko boneka tersebut, entah itu boneka yang masih layak untuk di jual! Atau mungkin besi besi rak yang bisa di jual! Haha... kamu memang pintar Bangun!" Ucap Bangun.
Bangun langsung berjalan mendekati toko boneka tersebut, tanpa Bangun sadari bahwa sebenarnya dia dalam bahaya yang sangat besar.
Begitu bangun tiba di halaman toko ini bangun sedikit terkejut dengan pemandangan di dalamnya yang sangat kotor sangat berbeda dengan bagian luarnya.
Bangun memilih mengabaikan hal tersebut, dia melihat sebuah besi besar di dalam toko boneka itu.
Oleh karena itu bangun langsung berjalan hendak memasuki toko, namun belum sempat satu kaki bangun melangkah mata bangun secara tidak sengaja melihat Bunglon sebesar 6 meter yang nangkring di atas toko boneka tersebut.
Gluk!
Bangun menelan ludahnya dengan ngeri ketika melihat wujud Bunglon tersebut sangat mengerikan, ukurannya yang sangat besar seperti buaya di padukan dengan tubuh yang kurus dan hanya tulang berbalut kulit membawa kesan mengerikan tersendiri bagi Bangun.
Bangun hendak berteriak ketakutan namun sebelum itu terjadi lidah bunglon tersebut melesat terlebih dahulu dan langsung menempel di tubuh Bangun kemudian bunglon tersebut melahap Bangun hidup hidup tanpa suara sedikitpun.
Setelah memakan Bangun, bunglon itu terlihat berjalan merayap menuruni genteng toko kemudian tertidur di halaman, dan berubah menjadi boneka bunglon.
Ya bunglon itu adalah jelmaan dari boneka Bunglon yang di buang oleh Atmo.
Suasana sangat hening pada saat ini.
Ngoookkk!!
Hanya terdengar suara dengkuran keras Atmo.
Waktu berjalan dengan sangat cepat sekali, siapa sangka pagi hari tiba begitu saja dengan sangat cepat.
"Huaaaahhh!!!!" Atmo terlihat menguap sembari meregangkan tubuhnya.
Wajah menjengkelkan terlihat semakin menjengkelkan di padukan dengan mulutnya yang terbuka lebar selebar gerbang istana, membuat siapapun yang melihatnya akan merasa jengkel.
Setelah menguap Atmo terlihat menatap melongo semut semut yang melintas di pinggiran tembok dengan tatapan kosong.
Setelah beberapa saat mengumpulkan nyawa akhirnya Atmo bangkit dari duduknya, dia mengambil pakaian handuk kemudian memasuki kamar mandi.
"Indah suaranya! Memintaku pulang... indah suaranya memintaku kembali... tak ada tempat seindah rumah.. tak anda tempat seindah di sana! Kumencari terus mencari arah.."
Atmo menyirami tubuhnya hitam dekilnya dengan air, kakinya yang terlihat retak retak bergerak kesana kemari di lantai kana mandi yang licin bak seperti seorang penyanyi, tidak lupa bokong hitam sensaionalnya ia goyang goyangkan.
Selesai menyiram tubuh Atmo terlihat menyantuni tubuhnya sembari meniup gelembung, gelembung tersebut perlahan mendarat dan Atmo tebas dengan kemaluannya.
Memang begitulah sifat lelaki bisa di bilang umur hanyalah angka bagi mereka namun kelakukan masih seperti anak anak.
Setelah selesai dengan segala tingkah absurdnya di kamar Mandi Atmo keluar dengan keluar dari kamar mandi, setelan baju biru polos dan celana hitam panjang.
Terlihat sebuah handuk bertengger di pundaknya.
Atmo kemudian keluar dari kamar itu, dia menarik nafas dalam dalam ketika melihat betapa berantakannya ruangan ini, di tambah lagi dia harus membersihkannya.
Jiwa jiwa Gen Z Atmo meronta ronta seolah menolak dengan tegas apa yang hendak di lakukan oleh Atmo.
Atmo menghembuskan nafas kasar kemudian berjalan menuju ke dapur, dia harus makan terlebih dahulu sebelum membersihkan semua hal yang berada di dalam toko ini.
Setelah selesai makan, Atmo langsung mengambil sebuah bak besar kemudian mengisinya dengan air.
Hal pertama yang ingin Atmo lakukan adalah membersihkan semua boneka boneka ini.
Setelah ember besar tersebut terisi air dengan penuh, Atmo berjalan kembali ke ruangan tempat di mana tercemarnya boneka boneka lusuh tersebut.
Atmo terlihat memilih milih boneka boneka di situ, boneka yang Atmo angga seram Atmo taruh di dus sementara boneka yang Atmo anggap layak untuk di jual Atmo pisahkan untuk di cuci.
Mata Atmo berkedut ketika dia melihat di balik tumpukan boneka boneka kotor terdapat 2 boneka yang sering di gunakan oleh para dukun.
Tangan kanan Atmo menggaruk kepalanya sementara tangan kirinya memegangi kedua boneka aneh itu yang merupakan boneka Fudu boneka yang sering di gunakan untuk menyantet seseorang dan sebuah boneka jalangkung yang sering di gunakan untuk memanggil setan.
"His! Untuk apa sih nenek nyimpen boneka benak kaya gini? Zaman udah modern masih ana mainan kaya beginian!" Ucap Atmo kemudian melemparkan kedua boneka itu ke dalam kardus begitu saja.
"Tunggu dulu!" Atmo berhenti karena menyadari sesuatu.
"Kenapa nenek Menyimpan boneka Fudu dan kenapa nenek Menyimpan boneka jalangkung? Apa nenek sebenarnya adalah... dukun? Dan toko ini hanya kedok saja?" Tanya Atmo dalam hatinya.
Namun dengab cepat Atmo menggelengkan kepalanya, sewaktu kecil hingga dewasa Atmo sering berkunjung ke toko ini dan Atmo sama sekali tidak mendapati neneknya berinteraksi dengan seseorang layaknya dukun yang berinteraksi dengan pasiennya.
Atmo murni hanya melihat neneknya yang menjual belikan boneka boneka ini.
Setelah memisahkan mana boneka yang bagus dan mana boneka yang tidak bagus. Atmo kemudian memindahkan boneka yang tidak bagus ke dalam gudang tokonya.
Ketika Atmo berada di dalam gudangnya dia langsung melebarkan matanya, mulutnya terlihat melongo lebar, karir yang berada di tangannya ia jatuhkan begitu saja ke lantai dan membuat semua boneka di dalam berceceran.
Apa yang Atmo lihat adalah tumpukan benda benda tajam, seperti pedang, mandau, parang, golok, sabit, hingga senjata jenis tikam seperti pisau, rencong, keris, kujang, belati, jambiya dan masih banyak senjata senjata lainnya.
Atmo langsung mendekati tumpukan senjata senjata tajam itu kemudian melihat lihat senjata sejati itu.
Atmo mengambil salah satu keris yang tergeletak di lantai.
Sring!
Atmo langsung menghunuskan (mengeluarkan keris itu dari warongkonya)
Atmo kemudian memandangi setiap jengkal dari bilah keris di depannya, bilah berwarna hitam dengan corak corak keemasan yang tampak sangat indah, membuat Atmo sangat yakin keris ini dapat terjual dengan harga yang sangat mahal.
Karena keris ini bisa di kategorikan sebagai barang antik, tentunya harganya pasti akan sangat mahal mungkin saja kisaran puluhan juta.
Atmo kemudian menatap semua tumpukan senjata senjata tajam di bawahnya, senjata senjata ini memang terlihat sangat kuno dan terkesan sangat aneh.
Karena Atmo melihat ada sebuah cakar namun berwarna hijau gelap, parang dengan kilauan khusus yang terlihat seperti berkilau sungguhan, bahkan terdapat Cincin cincin dan kalung kalung indah yang terkesan kuno tersimpan rapih di dalam toples.
Atmo kemudian mengedarkan pandangannya ke setiap inci gudang, ternyata di dalam gudang ini menyimpan banyak sekali barang antik.
Mulai dari alat musik seperti seruling, kecapi, hingga hiasan seperti hiasan kerang, patung manusia kerdil dan patung elang terbang.
Atmo tersenyum sumringah membayangkan apabila semua barang barang antik ini laku, dia kemudian berucap, "aku benar benar berterimakasih kepadamu nek, ternyata nenek Menyimpan semua warisan barang antik yang harganya tidak terhingga di gudang ini." Batin Atmo.
Kita sedikit Flashback...
Apa yang tidak Atmo ketahui, ketika dia mengeluarkan keris hitam itu dari warongkonya aura hitam pekat bercampur dengan kutukan yang sangat kuat terlihat meledak dan berpusat dari keris tersebut.
Tidak hanya itu bayangan bayangan manusia hitam legam dengan mata merah nyalang juga terlihat melayang mengelilingi Atmo.
Bayangan itu adalah perwujudan dari korban yang telah di bunuh oleh keris penuh kutukan itu.
***
Sementara itu di pinggiran kota semarang terlihat seorang lelaki tampan berjalan membaur dengan para pejalan kaki lainnya.
Namun jangan tertipu dengan parasnya yang tampan karena sebenarnya pemuda tampan itu adalah seorang kakek tua buruk rupa.
Dia adalah Suhadi salah satu pemuja ilmu hitam yang namanya cukup terkenal di dalam dunia bawah tanah.
Tiba tiba Suhadi merasakan aura kutukan yang sangat kuat terpancar dari arah tertentu.
Dia langsung memandang ke arah tersebut dengan tatapan buas.
"Aura ini! Keris mpu Gandring! Bagaimana mungkin keris itu kembali muncul? Bukankah menurut legenda keris penuh kutukan itu sudah lama lenyap?!" Tanya Suhadi dengan ekspresi tidak percaya.
Namun detik berikutnya dia menyeringai lebar, "keris mpu Gandring! Sebuah keris yang di penuhi dengan kutukan yang sangat kuat! Jika aku bisa mendapatkan keris itu..... maka aku akan menjadi orang paling kuat di Semarang! Aku akan menyingkirkan semua musuh musuhku dengan menggunakan keris tersebut!" Ucapnya dengan sebuah seringai dan menatap tajam arah dari sumber aura tersebut.
***
Ciri ciri keris Mpu Gandring yang asli tidak sama seperti yang dideskripsikan author ya. Ciri ciri keris mpu Gandring di novel ini hanya sebatas imajinasi author saja, maka jangan heran apabila ciri ciri keris mpu Gandring di novel ini berbeda dengan keris aslinya.
Oke lanjut bab berikutnya dan jangan lupa kasih bintang lima agar author semangat updatenya, ingat ulasan kalian mungkin tidak berarti untuk kalian namun sangat berarti untuk author dan para calon pembaca mohon bantuannya... sekian terimakasih selamat membaca.
Suhadi terlihat menyeringai dengan lebar ketika merasakan betapa mengerikannya aura dari keris Mpu Gandring tersebut.
Suhadi melangkahkan kakinya berjalan menuju ke pinggiran jalan Pantura lama di mana asal aura kutukan tersebut terpancar.
Suhadi berjalan sembari menyeringai seperti orang gila, namun anehnya tidak ada satu pasang mata pun yang menatap Suhadi, padahal di jalanan tempat Suhadi lewat sangat banyak orang yang berlalu lalang.
Menunjukan bahwa Sebenarnya tubuh suhadi tidak terlihat, karena Suhadi menggunakan Ajian halimunan.
Sebuah Ajian yang bisa membuat tubuh Suhadi tidak bisa di lihat dengan mata telanjang.
Hingga akhirnya Suhadi tiba di sekitar jalan Pantura di mana toko Boneka itu berada. Tiba tiba Aura kutukan yang sangat mengerikan tersebut menghilang begitu saja dan sama sekali tidak meninggalkan jejak.
Suhadi mengamati toko boneka yang terletak di pinggiran jalan Pantura dengan mata yang menyipit, pasalnya hanya bangunan itu yang paling mencolok di bandingkan bangunan lainnya, "siapa pemilik toko boneka itu?' Tanya Suhadi dalam benaknya ia begitu kaget ketika mendapati sumber aura kutukan tersebut tiba tiba menghilang begitu saja tanpa jejak, dan kini di dekatnya hanya adalah sebuah toko boneka biasa.
Suhadi terlihat termenung ketika melihat seorang pria dekil yang keluar dari toko boneka itu sembari membawa boneka boneka yang basah karena baru saja di cuci.
Matanya menyipit, dia berdiri dengan percaya dirinya tepat di depan celah pagar seolah dia tahu pemuda dekil itu tidak akan bisa melihatnya.
"Boneka?" Tanya Suhadi dengan ekspresi aneh, pasalnya bangunan kuno itu lebih cocok di jadikan rumah atau mungkin toko barang antik atau mungkin toko batik.
Bangunan tersebut sangat tidak cocok apabila menjadi toko boneka, begitulah pikiran Suhadi.
Sementara itu Atmo terlihat menata nata boneka boneka yang sudah ia cuci di halaman tokonya, Atmo hendak mengeringkan boneka boneka tersebut dengan menggunakan sinar matahari.
Tiba tiba ketika Atmo sedang berjalan hendak mengambil boneka lainnya ia tidak sengaja melihat sepasang sendal di atas tanah.
Mata Atmo menyipit dia meraih sendal tersebut dengan ekspresi aneh, Atmo ingat betul tadi malam dia sama sekali tidak mendapati adanya sendal di sini.
"Apa ada maling ya?" Tanya Atmo dalam hatinya dengan ekspresi bingung.
Setelah mengamati sepasang sendal tersebut Atmo berbalik matanya mengedar mencoba mengawasi keadaan sekeliling.
Matanya langsung menangkap seseorang yang sedang berdiri tepat di celah pagar batu, Atmo sedikit heran melihat kakek tua yang berdiri di sana.
Dari tatapan mata kakek tua tersebut Atmo bisa melihat adanya niat yang tidak baik.
Tiba tiba manik mata Suhadi hendak menatap Atmo, dengan cepat Atmo mengalihkan pandangannya agar tidak ketahuan dia sedang mengamati.
"Sialan! Pasti orang tua itu memiliki niat buruk!" Duga Atmo, pakaian yang serba hitam mirip dengan dukun dan tampilan yang sama persis seperti dukun membuat Atmo sangat yakin bahwa orang tua itu memiliki niat jahat.
Sementara Suhadi sedikit mengerutkan keningnya ketika dia merasakan pemuda dekil itu sempat menatapnya, Suhadi merenung mencoba berpikir.
Namun dengan cepat dia menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin manusia biasa itu bisa melihatku..." ucapnya dengan nada sinis.
"Aku saat ini sedang menggunakan Ajian Halimunan tubuhku sekarang kasat mata dan tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, tidak mungkin pemuda dekil dengan kulit seperti tanah sengketa bisa melihatku.." imbuhnya sembari tersenyum menyeringai menatap Atmo.
Sementara buru buru Atmo memasuki tokonya dan menutup pintu, dia saat ini ingin mencari aman, bisa saja kakek tua tersebut nekat.
Atmo menatap kakek tua itu dari balik jendela, terlihat kakek tua itu menyeringai menunjukan gigi gigi kuningnya dan beberapa ada yang hitam.
"Sialan! Ternyata benar dia adalah orang jahat, dia pasti sekarang sedang mengamati keadaan toko ini kemudian nanti malam dia akan mencuri sesuatu!" Batin Atmo dengan ekspresi serius.
Atmo kemudian memilih untuk melupakan kakek tua tersebut sesaat.
Waktu berjalan dengan sangat cepat sekali, ketika siang hari Atmo terlihat kembali mengintip di jendela, siapa sangka di siang hari yang terik itu kakek tua mencurigakan tersebut masih saja di tempatnya menatap toko boneka Atmo dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Sudah pasti dia adalah maling!" Ucap Atmo dengan geram, dia hendak keluar dan menegur kakek tua tersebut, namun siapa sangka sebelum Atmo melangkah kakinya kakek tua tersebut terlihat berjalan pergi begitu saja.
Atmo mengurungkan niatnya, dia terlihat menghela nafas lega.
"Kakek tua itu benar benar mencurigakan, aku harus hati hati malam ini." Ucap Atmo dia langsung mondar mandir mencoba menyiapkan jebakan yang cocok.
Tiba tiba Atmo teringat bahwa dia memiliki banyak sekali boneka boneka seram, dengan cepat Atmo berlari menuju ke dalam gudang.
Atmo terlihat mengambil boneka pocong pocongan yang panjangnya sepanjang ukuran biawak dewasa.
"Sempurna!" Ucap Atmo yang melihat wajah boneka pocong tersebut sangat menyeramkan, ada semacam cat merah di wajah pocong tersebut yang sangat mirip dengan darah.
Dengan cepat Atmo mengambil benang dan menggantung boneka pocong tersebut di pintu utama, tidak hanya itu Atmo juga menggantung beberapa boneka seram lainnya di balik jendela.
Atmo menggantung boneka tersebut bertujuan agar maling tua yang melihatnya akan ketakutan.
Sementara itu Suhadi terlihat berjalan pergi dari depan toko tersebut, dia terlihat bersembunyi di balik tembok. Karena dia merasakan ada dua sosok yang mendekat ke toko boneka tersebut.
Tidak lama kemudian dua pria misterius dengan topi dan masker tiba di depan toko boneka tersebut.
Tatapan mereka berdua sangat tajam seolah adalah belati, Suhadi mengamati mereka dengan ekspresi serius.
"Para Anggota Organisasi Mayat Darah? Apakah mereka juga hendak mengambil keris Mpu Gandring?" Tanya Suhadi dengan ekspresi bingung ketika dia melihat lambang tangan berdarah di jaket kedua pria tersebut.
"Apa mereka juga merasakan aura mengerikan dari keris Mpu Gandring? Namun bagaimana caranya? Bukankah aura kutukan tersebut hanya sekilas.
"Hmm... mari kita lihat terlebih dahulu apa yang akan mereka lakukan." Ucap Suhadi dengan senyum sinis seperti orang gila.
Sementara itu kedua pria tersebut terlihat saling berbisik, mereka berdua terlihat memandangi ceceran boneka yang di jemur di halaman dengan ekspresi heran.
Terlihat salah satu pria tersebut memegangi semacam Batu gepeng bundar yang terdapat ukiran burung.
Batu tersebut bukanlah batu biasa, batu itu adalah Artefak mistis yang mampu mendeteksi di mana keberadaan ilmu hitam sekecil apapun.
Paruh burung di atas batu gepeng tersebut terlihat menunjuk ke dalam toko boneka Atmo.
Mereka berdua saling pandang dengan heran, "apakah benar, di dalam sini ada pusaka penuh kutukan?" Tanya Salah satu dari dua pria itu dengan heran.
Pasalnya sangat sulit untuk di percaya jika di dalam toko tersebut menyimpan pusaka ilmu hitam.
"Tidak salah lagi, di dalam situ ada pusaka hitam, batu ini tidak mungkin salah! Karena ini adalah Artefak mistis bukan alat!" Jawab rekannya dengan ekspresi jengkel.
Benar apa yang di katakan oleh Suhadi kedua orang ini adalah anggota organisasi Mayat Darah, sebuah Organisasi dunia bawah tanah yang sangat gemar mengoleksi pusaka pusaka hitam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!