BAB 01: Prolog
Seseorang pernah mengatakan, jika kau ingin mengejar dunia, kau harus mengorbankan sesuatu yang besar untuk mencapainya, baik itu harga diri, cinta, bahkan nyawa sekalipun. Karena tidak ada yang benar-benar gratis di bawah langit ini, setiap kekuatan memiliki harga yang harus dibayar.
Seperti dalam hukum rimba, hanya ada satu kebenaran yang berlaku, yang kuat akan berkuasa, sementara yang lemah hanya akan menjadi pijakan. Kekuatan adalah garis pemisah antara kehormatan dan kehinaan, antara hidup dan mati.
Hukum rimba itu juga berlaku pada suatu tempat di bumi, yaitu dunia kultivator. Di mana kekuatan bukan hanya kehormatan, melainkan hukum itu sendiri. Mereka yang lemah akan diinjak, dan mereka yang kuat akan memerintah.
Dunia kultivator adalah dunia yang terpisah dari kehidupan fana. Sebuah tempat di mana langit seakan lebih dekat, bumi lebih keras, dan jalan menuju kekekalan terbentang dengan penuh darah serta air mata. Di dunia ini, manusia menolak takdir sebagai makhluk lemah, menantang surga dan bumi hanya untuk melangkah sedikit lebih tinggi.
Liu Xian salah satunya, seorang anak yatim piatu yang berusia tiga belas tahun yang diangkat oleh salah satu pendekar hebat di benua Seribu Bintang menjadi anaknya. Liu Xian mempunyai mimpi yang mulia, yaitu ingin menjadi seorang kultivator agar bisa membuat kedamaian untuk seluruh dunia.
Namun menurut Liu Long pemimpin sekaligus pendiri sekte Naga Langit yang sudah memungut Liu Xian saat masih bayi dan juga sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri mengatakan bahwa Liu Xian sama sekali tidak memiliki bakat dalam kultivasi.
Meskipun demikian, Liu Xian tidak pernah mau menyerah, dia tetap berusaha keras untuk mencapai mimpinya tersebut. Sehari-hari Liu Xian selalu membersihkan lapangan latihan sambil mencoba untuk melatih beberapa jurus yang ia ketahui saat melihat murid-murid sekte yang sedang berlatih.
Liu Xian memiliki sifat yang pemurah, baik hati, dan senang menolong sesama oleh sebab itu pula seluruh murid sekte Naga Langit sangat senang dengannya, meskipun bisa dikatakan Liu Xian adalah yang paling muda di sekte tersebut.
"Liu Xian, apa hari ini kau tidak ikut berlatih?" tanya salah satu murid.
"Aku akan ikut latihan nanti, setelah pekerjaanku selesai," jawab Liu Xian dengan ramah.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu di lapangan," ucap murid tersebut.
"Kakak, sekarang kultivasimu sudah berada di tingkatan apa?" tanya Liu Xian penasaran.
"Saat ini kultivasiku masih berada di tahap Golden Core tingkat tujuh," jawab murid itu.
Tingkatan kultivasi sendiri di dunia ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Ranah Bintang, Langit, dan Nirvana. Ranah Bintang terdapat sebelas tahapan, yaitu:
Foundation Establishment
Qi Gathering
Qi Foundation
Qi Condensation
Core Formation
Golden Core
Nascent Soul
Soul Splitting
Void Refinement
Tribulation Ascension
Celestial Sovereign
Setiap tahapan memiliki sembilan tingkatan atau sembilan bintang, untuk dua bagian lainya akan diperkenalkan ketika Liu Xian sudah mencapai akhir dari Ranah Bintang, dan ketika ia sampai ke dunia baru.
Selain itu seorang kultivator juga harus dibekali dengan senjata, pill, dan jurus-jurus agar kekuatan mereka menjadi lebih hebat. Untuk tingkatan senjata dan jurus-jurus terbagi menjadi Kuning, Emas, Bumi, Langit, Nirvana.
Sedangkan untuk tingkatan pill terdiri menjadi beberapa tingkatan juga yaitu, Rendah, Sedang, Tinggi, Puncak.
***
Setengah jam berlalu, akhirnya Liu Xian menyelesaikan semua pekerjaannya, setelah itu Liu Xian langsung berjalan menuju ke lapangan pelatihan karena ingin ikut berlatih bersama para murid.
Saat di dalam perjalanan menuju ke lapangan pelatihan, Liu Xian menghentikan langkahnya karena ia dipanggil oleh salah seorang murid yang terlihat sedang terburu-buru.
"Liu Xian tunggu sebentar!" ucap murid tersebut dengan napas terengah.
"Kakak, ada apa?" tanya Liu Xian ramah.
"Sebenarnya aku butuh bantuanmu," jawab murid itu dengan wajah penuh kegelisahan.
"Bantuan apa yang kakak perlukan?" tanya Liu Xian ramah.
"Begini, aku mendapat tugas untuk mencari tanaman spiritual di hutan. Tapi saat ini aku juga harus segera menghadap salah satu tetua karena ada urusan penting. Kalau aku telat, aku pasti akan dihukum. Jadi bisakah kau membantuku mengambil tanaman spiritual itu?" kata murid tersebut, suaranya penuh rasa cemas.
Liu Xian menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah, kalau begitu akan aku bantu cari. Memangnya tanaman spritual apa yang kakak butuhkan?"
"Rumput hati," jawab murid tersebut.
"Baik, kalau begitu aku akan mencarinya," ucap Liu Xian, lalu segera bergegas menuju hutan.
Tanaman spiritual rumput hati sangat berguna untuk menyembuhkan luka serta menambah stamina. Selain itu, tanaman ini tidak sulit ditemukan dan sering digunakan untuk membuat pil penambah stamina.
Sesampainya di hutan, Liu Xian langsung menuju ke arah selatan. Di bagian selatan, banyak sekali tanaman spiritual rumput hati tumbuh. Ia juga tidak takut tersesat karena sudah hafal setiap sudut hutan. Hal itu karena ia sering mengikuti para murid akademi saat mencari tanaman spiritual di sana.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya Liu Xian sampai di hutan bagian selatan. Benar saja, di sana terdapat banyak sekali tanaman spiritual rumput hati. Tanaman itu dinamakan demikian karena bentuk daunnya menyerupai hati dan berwarna merah, sehingga mudah dikenali.
"Wahhh, banyak sekali," gumam Liu Xian.
Tanpa pikir panjang, ia langsung memetik tanaman spiritual itu dengan semangat. Namun saat ia sedang asyik memetik, tiba-tiba langit mendung dan hujan turun sangat deras. Mau tak mau, Liu Xian harus segera berteduh.
"Kenapa tiba-tiba hujan? Sebaiknya aku berteduh di gua itu," ucap Liu Xian kesal. Ia lalu berlari menuju gua yang tidak jauh darinya.
"Gara-gara hujan aku jadi tidak bisa memetik tanaman spiritual rumput hati. Semoga saja ayah tidak marah saat aku kembali nanti," gumam Liu Xian.
Waktu terus berlalu dengan cepat namun hujan masih tak kunjung reda, rasa dingin mulai menusuk kulit Liu Xian, hingga terasa sampai ke tulangnya. Karena tidak tahan Liu Xian lalu memutuskan untuk masuk ke gua lebih dalam agar ia bisa menghangatkan tubuhnya.
Setelah berjalan beberapa menit, Liu Xian tiba-tiba melihat sebuah cahaya kecil dari kedalaman gua. Awalnya Liu Xian sempat merasa takut. Karena bisa saja cahaya tersebut berasal dari binatang buas penghuni gua.
Namun karena rasa penasarannya lebih tinggi daripada rasa takutnya, Liu Xian kemudian memberanikan diri untuk masuk lebih dalam lagi dan mencari tahu dari mana asal cahaya tersebut.
"Kenapa di dalam sini terasa sangat hangat? Apakah karena cahaya itu?" gumam Liu Xian.
Liu Xian meningkatkan kewaspadaannya ketika ia merasakan cahaya aneh itu sudah tidak jauh lagi darinya. Jantungnya berdetak kencang, dipenuhi rasa takut kalau cahaya tersebut benar-benar berasal dari binatang buas. Jika itu benar, maka tamatlah riwayatnya.
Liu Xian menghela napas lega ketika menyadari cahaya itu bukan berasal dari binatang buas. Sebaliknya, sumber cahaya itu berasal dari sebuah batu kristal berbentuk bulat. Warnanya biru bercampur putih, bersinar lembut seakan terus berubah, sehingga tidak terpaku pada satu warna saja.
"Benda apa ini? Bagaimana bisa bentuknya begitu presisi dan warnanya terus berubah?" gumam Liu Xian.
Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, Liu Xian mencoba menyentuh benda tersebut. Namun, tepat ketika ujung jarinya hampir mengenai permukaan kristal aneh itu, tiba-tiba kristal itu bergetar hebat lalu melesat masuk ke dalam tubuhnya. Seketika tubuh Liu Xian terpental keras dan menghantam dinding gua.
"ARRGHHHH!!!" teriak Liu Xian kesakitan. Begitu benda itu masuk, seluruh tubuhnya langsung terasa panas, seperti sedang dibakar api dari dalam.
BAB 02: Penempaan Tubuh
Kekuatan aneh tiba-tiba mengalir memenuhi tubuh Liu Xian. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya keemasan yang terang benderang hingga menyilaukan gua gelap itu.
"ARRGHHHH!!!" teriak Liu Xian, tubuhnya melengkung kesakitan. Ia merasakan darahnya mendidih seakan dimasak dalam tungku, sementara tulang-tulangnya seperti dihancurkan dan ditempa kembali.
Sementara rasa sakit itu terus menyiksa, berbagai pengetahuan asing berdesakan masuk ke dalam kepalanya, hampir membuat pikirannya meledak.
Tulang-tulangnya retak, hancur, lalu terbentuk ulang dengan struktur yang lebih kokoh. Darahnya mendidih, namun alirannya semakin lancar. Dari pori-porinya mengalir cairan hitam pekat dengan bau busuk yang menusuk hidung.
Tanpa ia sadari, penderitaan ini adalah proses penempaan ulang tubuh. Tulang yang tadinya rapuh kini bertransformasi menjadi tulang dewa, dan darahnya pun berubah menjadi Darah Naga Azure, yang merupakan tingkatan yang paling tinggi.
Untuk kualitas tulang, para kultivator membaginya menjadi beberapa tingkatan, yaitu Tulang Biasa, Tulang Serigala, Tulang Harimau, Tulang Naga, dan Tulang Dewa. Semakin tinggi kualitas tulang, semakin besar potensi seorang kultivator untuk melampaui batas manusia.
Sementara itu, darah juga memiliki tingkatan tersendiri, yaitu Darah Biasa, Darah Qilin, Darah Phoenix, dan Darah Naga Azure. Darah legendaris itu bukan hanya sekadar simbol kebanggaan, melainkan juga kunci menuju puncak kekuatan sejati.
Namun, di dunia kultivasi ini, mereka yang memiliki salah satu dari Tiga darah beast legendaris sudah hampir punah. Apalagi Darah Naga Azure, yang disebut-sebut sebagai garis keturunan terkuat di antara semua makhluk. Bahkan hingga kini, tak ada satu pun makhluk, bahkan dewa sekalipun, yang benar-benar memiliki darah tersebut.
Setelah lebih dari satu jam, akhirnya penderitaan itu mereda. Liu Xian terengah-engah, tubuhnya gemetar hebat, basah oleh keringat dan cairan hitam pekat yang lengket menempel di kulitnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Liu Xian lirih sambil mengatur napas yang tersengal.
Dengan langkah tertatih, ia mencoba meninggalkan gua. Hujan deras yang mengguyur tidak lagi ia pedulikan, satu-satunya hal yang ia pikirkan hanyalah segera kembali ke sekte untuk mengistirahatkan tubuh nya yang hampir runtuh.
Beberapa kali ia terjatuh ke tanah, namun tekadnya tak goyah. Dengan sisa tenaga yang tersisa, ia terus memaksa kakinya untuk melangkah. Tubuhnya lemas tak berdaya, kedua kakinya bergetar hebat tak sanggup menopang tubuhnya.
***
Sekte Naga Langit.
Di depan sebuah bangunan megah, seorang pria paruh baya mondar-mandir dengan wajah penuh kecemasan.
Pria itu adalah Liu Long, ayah angkat Liu Xian. Sejak pagi, ia tak melihat keberadaan Liu Xian. Kini, waktu sudah beranjak siang, ditambah hujan deras yang tak kunjung reda, kekhawatirannya semakin memuncak.
"Xian'er kau di mana sekarang?" gumam Liu Long, matanya menatap jauh seolah mencari jawaban.
Saat keresahan itu memuncak, tiba-tiba sepuluh sosok pria muncul di hadapannya. Mereka bukan sembarang orang, mereka adalah sepuluh tetua Sekte Naga Langit, sosok-sosok yang disegani dan dikenal dengan sebutan Tetua Naga.
"Pemimpin!" ucap mereka serempak sambil menunduk hormat.
"Bagaimana? Apakah putraku sudah ditemukan?" tanya Liu Long dengan nada penuh tekanan.
"Maaf, Pemimpin," jawab salah satu tetua dengan suara berat, "kami tidak menemukan Tuan Muda di mana pun."
"Apa!" wajah Liu Long memerah karena amarah. "Bagaimana mungkin dia tidak ada di sekte?!"
Di tengah ketegangan itu, seorang pria muda melangkah maju. Dialah Liu Zhi, tetua termuda sekaligus keponakan Liu Long. "Begini, Paman... pagi ini saya menerima laporan dari seorang murid. Katanya, Xian'er tadi pagi terlihat keluar dari sekte."
Liu Long menghela napas dalam-dalam, lalu menatap Liu Zhi tajam. "Kalau begitu, kau yang pergi. Cari Xian'er sampai ketemu. Jangan kembali sebelum membawanya pulang!"
"Baik, Paman!" Liu Zhi menunduk dalam lalu bersiap pergi.
Namun sebelum ia sempat melangkah jauh, beberapa murid tergopoh-gopoh datang menghampiri. Mereka memapah seorang pemuda yang tubuhnya basah kuyup dan penuh noda hitam.
"Xian'er!!" teriak Liu Long histeris, langsung berlari mendekat.
"Di mana kalian menemukannya?" tanya Liu Long dengan nada tegang.
"Kami menemukan Tuan Muda Liu Xian di depan gerbang sekte, dalam keadaan tidak sadarkan diri, Pemimpin," jawab salah satu murid jujur.
Tanpa pikir panjang, Liu Long segera menggendong tubuh Liu Xian. Dengan langkah cepat, ia membawa anak angkatnya itu ke kediamannya. Sesampainya di kamar, ia merebahkan tubuh Liu Xian di atas tempat tidur dan langsung memeriksa keadaannya.
Alis Liu Long berkerut dalam saat menemukan keanehan. Tulang Liu Xian yang seharusnya tulang biasa, kini telah berubah menjadi Tulang Dewa. Bahkan, dari dalam tubuhnya terpancar aura yang sangat kuat, membuat ruangan seakan bergetar oleh tekanan tak kasat mata.
"Pemimpin, ada apa?" tanya salah satu tetua, merasa heran melihat ekspresi Liu Long.
"Tidak ada apa-apa," Liu Long menggeleng pelan, menutupi kekhawatirannya. "Sebaiknya kalian kembali beristirahat. Terima kasih sudah membantuku mencari Xian'er."
"Baik, Pemimpin," ucap para tetua serempak. Mereka pun meninggalkan kediaman Liu Long, kecuali Liu Zhi yang masih berdiri di sana.
Liu Zhi melangkah maju, menatap pamannya dengan raut serius. "Paman, sebenarnya apa yang terjadi pada Xian'er?"
Liu Long menarik napas panjang, lalu menatap Liu Xian yang masih tak sadarkan diri. "Aku juga belum tahu pasti," ucapnya perlahan. "Namun satu hal yang jelas, kualitas tulang Xian'er telah berubah. Bahkan, kini ia memiliki tulang tertinggi dalam legenda kultivator, Tulang Dewa."
Deg! Jantung Liu Zhi berdetak kencang mendengar penjelasan pamannya. Ia sama sekali tidak menyangka hal itu. Andai saja bukan Liu Long yang mengatakannya, pasti ia akan menganggapnya sebagai lelucon belaka.
"Tu-tulang Dewa?!" Liu Zhi terbelalak. "Paman, bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" tanyanya dengan nada penuh keheranan.
Liu Long menggeleng pelan, ekspresinya masih diliputi kebingungan. "Entahlah, aku juga tidak tahu pasti. Tapi apa pun penyebabnya, yang jelas ini adalah berkah besar, baik untuk Liu Xian maupun untuk sekte kita."
Ia lalu menatap keponakannya dengan serius. "Liu Zhi, saat kondisi Xian'er membaik, aku ingin kau melatihnya. Bimbing dia agar kelak bisa menjadi seorang kultivator yang kuat sekaligus berbudi luhur, sama sepertimu."
Liu Zhi mengepalkan tangannya dan menundukkan kepala dengan hormat. "Baik, Paman. Liu Xian sudah aku anggap Sebagai adikku sendiri. Aku berjanji akan melatihnya sebaik mungkin."
Liu Long mengangguk puas. Ia menepuk bahu Liu Zhi perlahan, lalu mengajaknya meninggalkan ruangan agar Liu Xian bisa beristirahat dengan nyaman.
***
Keesokan harinya, Liu Xian akhirnya membuka matanya setelah tidak sadarkan diri sejak kemarin. Ingatan terakhir yang muncul di kepalanya hanyalah rasa sakit luar biasa, seolah tubuhnya sedang disiksa hingga hancur.
Belum sempat ia menenangkan diri, seorang murid datang menyampaikan pesan bahwa Liu Zhi memanggilnya ke kediamannya. Hati Liu Xian mendadak ciut, ia sempat mengira Liu Zhi akan memarahinya karena kemarin pergi tanpa izin.
Namun, begitu sampai di sana, justru kabar mengejutkan yang ia dengar. Liu Zhi mengatakan bahwa mulai hari ini, ia sendiri yang akan melatih Liu Xian untuk menjadi seorang kultivator, sebuah impian yang selama ini terasa mustahil baginya.
"Kakak, apa kau tidak bercanda?" tanya Liu Xian, matanya melebar penuh ketidakpercayaan.
"Untuk apa aku bercanda denganmu? Jadi, apa kau benar-benar ingin menjadi seorang kultivator?" balas Liu Zhi dengan senyum tipis.
"Tentu saja aku mau, Kak!" jawab Liu Xian penuh semangat.
"Bagus." Liu Zhi menepuk bahunya. "Kalau begitu, mulai hari ini, kau akan berlatih di bawah bimbinganku." Ia lalu mengajak Liu Xian menuju ruangan latihan khusus milik Sekte Naga Langit.
BAB 03: Latihan
Liu Xian berjalan dengan semangat mengikuti Liu Zhi menuju aula pelatihan khusus tempat yang biasanya hanya digunakan oleh para murid elit Sekte Naga Langit. Sepanjang jalan, beberapa murid wanita tampak memperhatikan Liu Xian dengan tatapan kagum.
Bagaimana tidak? Setelah proses penempaan tubuh, penampilannya kini jauh berbeda. Kulitnya tampak lebih cerah dan bersih, semua racun dalam tubuhnya telah hilang sepenuhnya. Kulit itu halus bagaikan sutra, namun sekeras baja.
"Liu Xian, kita akan berlatih di sini," ucap Liu Zhi sambil membuka pintu aula.
"Baik, Kak," jawab Liu Xian sopan.
"Pertama-tama, aku akan mengajarkanmu teknik dasar berkultivasi. Setelah itu, kita akan berlatih penguatan fisik, dan terakhir mempelajari jurus-jurus milik sekte," jelas Liu Zhi.
Liu Xian mengangguk paham, lalu segera duduk bersila dengan penuh kesungguhan.
"Tutup matamu dan tenangkan pikiranmu. Hilangkan segala hal yang mengganggu pikiranmu, jangan hiraukan suara apa pun, dan tetaplah tenang. Setelah itu, cobalah untuk merasakan energi alam yang ada di sekitarmu, lalu seraplah perlahan-lahan," tuntun Liu Zhi lembut.
Liu Xian mengikuti semua instruksi dari Liu Zhi. Perlahan, ia mulai menenangkan diri dan pikirannya. Saat dirinya benar-benar tenang, tiba-tiba saja dalam benaknya muncul sebuah ingatan aneh, seolah seseorang menanamkan langsung cara cepat untuk berkultivasi.
Liu Xian sempat terkejut, namun ia mencoba mengikuti petunjuk dari ingatan itu. Metode tersebut mengajarkan Liu Xian untuk tetap fokus menyerap energi alam, bahkan dalam keadaan pikiran yang tidak sepenuhnya tenang. Hasilnya, hanya dalam beberapa menit saja, Liu Xian sudah mampu merasakan dan menyerap energi alam di sekitarnya dan bukan dalam jumlah kecil, melainkan dalam jumlah yang sangat besar!
Liu Zhi sontak terkejut ketika ia merasakan energi alam yang begitu pekat memenuhi seluruh ruangan. Aliran energi itu berputar di sekitar Liu Xian, lalu terserap perlahan-lahan ke dalam tubuhnya.
Di dalam tubuh Liu Xian, sebuah lautan energi terbentuk. Awalnya hanya sekecil air dalam mangkuk, namun semakin lama semakin membesar hingga akhirnya menjelma menjadi kawah energi berdiameter lebih dari sepuluh meter!
Bersamaan dengan itu, suara ledakan teredam terdengar beberapa kali dari dalam tubuh Liu Xian. Setiap ledakan diikuti oleh peningkatan kekuatan yang luar biasa, membuat aura di sekitarnya bergemuruh hebat.
"Boom!"
"Boom!"
Ledakan teredam itu terus bergema di dalam tubuh Liu Xian, satu kali, dua kali hingga sebelas kali sebelum akhirnya berhenti. Sesaat kemudian, Liu Xian perlahan membuka matanya.
"Benar-benar jenius yang tiada dua... hanya dalam beberapa menit saja dia sudah masuk ke tahap Foundation Establishment tingkat pertama," gumam Liu Zhi kagum, matanya tak lepas menatap Liu Xian.
"Kakak, kenapa kau termenung?" tanya Liu Xian sambil memiringkan kepala.
"Eh… ti-tidak, tidak apa-apa." Liu Zhi cepat menggeleng. "Liu Xian, apa kau bisa merasakan lautan energi Qi dalam dirimu?"
"Hah, apa itu?" tanya Liu Xian polos, wajahnya kebingungan.
"Hais, kau ini! Katanya mau jadi kultivator, tapi lautan energi Qi saja tidak tahu," keluh Liu Zhi sambil menepuk dahinya.
"Hehehe." Liu Xian hanya terkekeh kecil sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Begini," jelas Liu Zhi sabar, "saat kau berhasil menyerap energi alam di sekitarmu, energi itu akan masuk ke dalam tubuhmu dan membentuk sebuah lautan yang disebut lautan energi Qi. Contohnya, saat kau menggunakan jurus api, energi alam yang kau serap tadi akan berubah menjadi energi Qi. Nah, dari energi Qi itulah kau bisa membentuk bola api, pedang energi, atau jurus lainnya. Paham?"
"Oohh, ternyata seperti itu, ya," ucap Liu Xian sambil mengelus dagunya seolah baru mengerti.
Padahal, bohong bila Liu Xian tidak mengerti. Tanpa dijelaskan pun, ia sudah tahu jauh lebih banyak dari yang baru saja diterangkan Liu Zhi. Semua informasi itu sudah tertanam jelas di dalam pikirannya, lengkap, mendalam, bahkan lebih akurat. Namun, Liu Xian memilih untuk tidak mengatakannya. Ia tak ingin membuat kakaknya bingung dari mana ia mendapatkan pengetahuan itu. Karena itu, ia hanya tersenyum dan berpura-pura polos.
"Jadi, sudah sebesar apa lautan energi Qi dalam dirimu?" tanya Liu Zhi penasaran.
"Sudah menjadi danau kecil dengan diameter sekitar sepuluh meter," jawab Liu Xian jujur.
"Apa?" Mata Liu Zhi langsung melebar. Ia benar-benar tak percaya.
Biasanya, seorang pemula yang baru membentuk lautan energi Qi hanya mampu menghasilkan kolam kecil seukuran baskom. Tapi Liu Xian? Langsung mencapai ukuran danau kecil! Itu bukan hanya luar biasa, itu mustahil bagi seorang pemula.
"Hahaha! Bagus, adikku! Kau benar-benar seorang jenius sejati!" kata Liu Zhi bangga sambil menepuk bahu Liu Xian dengan semangat.
"Kalau begitu, sekarang kita akan melatih fisikmu agar menjadi lebih kuat. Sebaiknya kita latihan di luar," ajak Liu Zhi.
Mereka berdua kemudian meninggalkan aula latihan khusus menuju lapangan pelatihan tempat di mana biasanya para murid luar berlatih.
Di Sekte Naga Langit sendiri terdapat beberapa tingkatan murid: Murid Luar, Murid Dalam, Murid Inti, dan terakhir Murid Elit.
Begitu Liu Zhi muncul di lapangan, para murid langsung menunduk hormat. "Hormat, Tetua Ketiga!" seru mereka serempak.
Salah satu murid menatap ke arah Liu Xian dan tersenyum, "Adik Xian, apa kau akan ikut berlatih bersama kami?"
"Benar sekali," jawab Liu Xian ramah. "Tapi kali ini aku akan dilatih langsung oleh Kakak Zhi."
"Adik Xian, sebentar," ucap seorang murid lain yang tampak kaget. Ia memicingkan mata, mencoba merasakan aura Liu Xian. "Kau... kau sudah mencapai tahap Foundation Establishment?!"
"Hehehe, begitulah. Aku baru menerobos pagi ini," jawab Liu Xian santai.
"Wahhh, Adik Xian! Kau sungguh luar biasa!" seru seorang murid kagum.
"Benar! Padahal kemarin kau bahkan belum memiliki aura kultivasi"
"Selamat, Adik Xian! Sekarang kau resmi menjadi seorang kultivator!"
Suasana lapangan mendadak riuh. Semua murid tampak kagum dan bahagia untuk Liu Xian. Mereka semua tahu betapa kerasnya dia berjuang selama ini meski tanpa bakat, dia tidak pernah menyerah. Kini, kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil.
"Terima kasih, semuanya. Sekarang aku mau latihan dulu," ucap Liu Xian ramah sambil sedikit membungkuk.
Liu Zhi tersenyum kecil dan mengangguk, lalu mengajak Liu Xian menuju ke salah satu sudut lapangan yang kosong agar mereka bisa berlatih tanpa mengganggu murid lain.
"Liu Xian, sekarang mulailah berlari mengelilingi lapangan ini sebanyak seratus kali," perintah Liu Zhi tegas.
"Baik, Kakak," jawab Liu Xian tanpa ragu.
Tanpa mengeluh sedikit pun, Liu Xian langsung berlari mengitari lapangan seluas lima puluh meter itu. Keringat mulai mengalir di dahinya, namun tekad di matanya tak pernah padam.
Hampir satu jam kemudian, akhirnya Liu Xian menyelesaikan latihan pertamanya. Napasnya terengah-engah, wajahnya basah oleh keringat, tapi sorot matanya masih tajam, penuh semangat.
"Bagus," kata Liu Zhi puas. "Sekarang, angkat batu itu selama satu jam."
Ia menunjuk ke arah sebuah batu sebesar kepala manusia. Sekilas terlihat kecil, tapi beratnya lebih dari lima puluh kilogram. Batu itu bukan batu biasa, melainkan batu meteor, benda langit yang pernah ditemukan langsung oleh Pemimpin Sekte Naga Langit saat melakukan perjalanan keliling Benua Bintang.
Tanpa banyak bicara, Liu Xian segera menghampiri batu itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Urat di lengannya menegang, keringat kembali menetes deras. Namun, wajahnya sama sekali tak menunjukkan rasa putus asa, hanya tekad yang membara.
Melihat itu, Liu Zhi tersenyum bangga. "Begitu seharusnya, Liu Xian. Seorang kultivator sejati tidak hanya kuat dalam Qi-nya, tapi juga dalam tubuh dan hatinya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!