Tawa Raja Tien Long bergema di seluruh Istana Kehangatan, sebuah melodi langka yang biasanya teredam oleh urusan negara dan formalitas kaku. Di tengah aula yang dihiasi sutra emas dan ukiran naga, Selir Hong tersipu, wajahnya bersinar seperti bunga persik yang baru mekar.
“Hong-er, kamu sungguh permata yang ditemukan takdir,” kata Raja Long, membelai pipi Hong dengan kelembutan yang jarang ia tunjukkan di hadapan umum. “Sejak kamu datang, istana ini benar-benar hidup. Tidak lagi terasa seperti makam emas.”
Xiao Ling, berdiri dua langkah di belakang Selir Hong, memegang nampan teh giok. Tangannya teguh, tetapi hatinya bergetar bangga. Sudah tiga tahun ia melayani Selir Hong, sejak Hong hanyalah seorang wanita muda dari keluarga pejabat rendahan. Sekarang, Hong adalah salah satu selir favorit Raja, sebuah posisi yang didapat bukan dari intrik, tetapi dari ketulusan dan kehangatan yang tak tertandingi.
“Yang Mulia terlalu memuji,” jawab Selir Hong, suaranya lembut namun percaya diri. “Keindahan ini hanya mungkin berkat kehangatan yang Anda berikan, dan tentu saja, berkat Xiao Ling. Dia adalah bayanganku yang paling rajin. Bahkan saat aku tidur, aku tahu dia menjagaku.”
Raja Long menoleh, tatapannya menyapu sosok Xiao Ling yang mengenakan jubah pelayan berwarna abu-abu yang bersih. “Ya, Xiao Ling. Kesetiaanmu tidak luput dari perhatianku. Semua orang tahu bahwa Selir Hong beruntung memilikimu.”
Xiao Ling menundukkan kepala sedalam-dalamnya. “Hamba hanya melakukan tugas, Yang Mulia. Selir Hong adalah kebahagiaan hamba.”
Sejak kecil, Xiao Ling telah diajari bahwa loyalitas adalah mata uang yang lebih berharga daripada emas. Melayani Hong adalah hal paling membahagiakan dalam hidupnya. Ia menyaksikan bagaimana intrik dan kecemburuan melilit istana, tetapi di Istana Kehangatan, mereka menciptakan gelembung perlindungan yang hangat.
“Dengar, Hong-er,” lanjut Raja Long, bersandar ke depan dengan raut wajah serius. “Aku telah memutuskan. Aku akan memberikan hadiah yang pantas untuk Istana Kehangatan. Sebuah paviliun baru akan didirikan di sebelah Taman Anggrek. Aku ingin kamu menjadi Nyonya dari paviliun itu. Tempat yang lebih besar, lebih aman, dan lebih mewah.”
Mata Hong melebar. “Paviliun baru? Itu terlalu berlebihan, Yang Mulia.”
“Tidak ada yang berlebihan untukmu,” tegas Raja Long. Ia meraih tangan Hong. “Aku lelah dengan perdebatan di Balai Utara. Aku lelah dengan suasana dingin di Balai Tengah. Aku hanya ingin kembali ke tempat ini, ke Istana Kehangatan, dan menemukan kedamaian.”
Xiao Ling menuangkan teh wangi ke cangkir Raja, matanya tetap tertuju pada gerakan tangannya, tetapi telinganya menangkap setiap kata. Balai Tengah. Itu adalah kediaman Permaisuri Xiu Feng. Penyebutan itu seolah mengirimkan embusan angin dingin yang sekejap memadamkan kehangatan ruangan.
“Xiao Ling, bagaimana menurutmu?” tanya Selir Hong, tiba-tiba memanggilnya untuk berbagi kegembiraan.
Xiao Ling mengangkat pandangannya. “Ini adalah kehormatan besar, Selir. Ini menunjukkan betapa dalamnya kasih sayang Yang Mulia. Dengan lokasi yang lebih strategis, urusan harian Selir akan jauh lebih mudah.”
Raja Long tersenyum, puas dengan respons cerdas pelayan itu. “Lihat? Bahkan pelayanmu tahu bahwa ini adalah kemajuan. Persiapkan dirimu, Hong-er. Aku akan mengumumkan ini secara resmi besok pagi di hadapan semua pejabat. Biarkan semua orang tahu siapa yang membawa cahaya ke dalam hidupku.”
Setelah Raja Long pergi, membawa serta rombongan pengawalnya yang berisik, Selir Hong berbalik, memeluk Xiao Ling erat-erat, sebuah tindakan yang tidak biasa dilakukan majikan terhadap pelayannya.
“Xiao Ling, apakah kamu mendengarnya? Paviliun baru! Kita berhasil! Kita bisa memiliki taman obat kita sendiri, dan aku bisa memiliki perpustakaan yang selalu aku impikan!” Hong memegang bahu Xiao Ling, wajahnya penuh harapan.
“Tentu saja, Selir. Ini adalah kemenangan bagi ketulusan Anda,” kata Xiao Ling, hatinya ikut melompat kegirangan. Namun, saat ia melihat bayangan pintu yang ditutup oleh penjaga, ia teringat sesuatu. “Namun, Selir, dengan kehormatan besar, datanglah perhatian yang lebih besar.”
Hong melepaskan pelukan, sedikit cemberut. “Maksudmu… Permaisuri?”
“Permaisuri Xiu Feng sudah merasa tidak nyaman sejak Raja sering mengunjungi Istana ini. Dengan pengumuman paviliun baru, dia tidak akan hanya merasa tidak nyaman, dia akan marah,” bisik Xiao Ling, mengambil cangkir teh yang telah kosong.
Hong menghela napas, ekspresinya berubah dari cerah menjadi sedikit muram. “Aku tahu. Xiu Feng selalu dingin. Aku selalu menghindarinya, tetapi dengan promosi ini, kita harus lebih sering berhadapan dengannya dalam pertemuan formal.”
Xiao Ling meletakkan cangkir di nampan. “Jangan khawatirkan dia. Tugas hamba adalah memastikan tidak ada bayangan yang mencapai Anda. Mulai sekarang, kita harus menggandakan kewaspadaan kita. Kita akan membatasi interaksi dengan pelayan luar, terutama yang berasal dari Balai Tengah.”
Hong mengangguk. “Baiklah. Aku percaya penuh padamu, Xiao Ling. Kamu adalah mataku di istana yang gelap ini.”jawab selir Hong penuh dengan perasaan percaya dan kebanggaan tersendiri.
Selir Hong, tidak pernah menyangka hari ini datang, ketika tangan kokoh itu merengkuh dan membelanya di tengah badai persaingan Harem.
Saat malam tiba, Xiao Ling memastikan setiap pintu dan jendela terkunci. Ia memeriksa kembali semua makanan dan air minum yang disiapkan untuk Hong. Ia tahu bahwa kebahagiaan mereka adalah penghinaan bagi mereka yang hidup dalam kecemburuan.
Ketika Hong sudah tertidur pulas, Xiao Ling duduk di sudut ruangan, di balik tirai sutra. Suasana di luar Istana Kehangatan terasa tegang. Keheningan malam di istana bukanlah kedamaian, melainkan penantian. Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki yang cepat di koridor batu di luar. Itu bukan langkah pengawal yang berpatroli; itu lebih terburu-buru, lebih panik.
Xiao Ling mengintip melalui celah tirai. Ia melihat seorang kasim berlari menuju Istana Raja. Wajah kasim itu pucat pasi, seperti baru saja melihat hantu.
Mengabaikan intuisinya yang berteriak waspada, Xiao Ling hampir kembali ke tempat duduknya ketika ia melihat kasim itu berhenti di depan gerbang utama istana Raja, berlutut, dan meneriakkan sesuatu yang membuatnya tercekat napas.
Teriakan itu tidak keras, tetapi cukup untuk memecahkan keheningan istana yang mencekam.
“Yang Mulia! Tabib Hao memohon audiensi! Ada kabar penting dari Balai Tengah—Kesehatan Permaisuri Xiu Feng… telah dikonfirmasi! Dia tidak akan pernah bisa hamil!”
Dunia Xiao Ling terhenti. Kabar itu bukan hanya pukulan bagi Permaisuri Xiu Feng. Itu adalah bom yang dilemparkan ke dalam Istana Naga, dan Selir Hong, yang kini tengah mengandung kebahagiaan Raja, tiba-tiba menjadi target yang paling terang di seluruh kekaisaran. Xiao Ling tahu, malam itu, gelembung perlindungan mereka telah pecah, dan masa depan Istana Kehangatan kini digantung di ujung sebilah pisau yang tak terlihat.
Kabar tentang kemandulan Permaisuri Xiu Feng, sebuah rahasia yang selama ini dijaga ketat oleh Tabib Hao dan segel kekaisaran, merambat di dinding Istana Naga seperti api kering. Bagi Xiao Ling, yang masih bersembunyi di balik tirai sutra di Istana Kehangatan, malam itu terasa lebih dingin daripada biasanya. Pengumuman itu, yang seharusnya menjadi aib pribadi Permaisuri, justru menjadi pedang bermata dua yang kini diarahkan ke leher Selir Hong.
Jika Permaisuri tidak dapat melahirkan pewaris, maka setiap janin yang dikandung selir lain, terutama yang sangat dicintai Raja Long, adalah ancaman terhadap kekuasaan Xiu Feng yang absolut. Hong tidak hanya dicintai; Hong kini menjadi satu-satunya harapan dinasti.
“Xiao Ling, ada apa?” Selir Hong berbisik, terbangun karena merasakan ketegangan yang memancar dari pelayannya yang biasanya setenang danau. “Kamu tampak cemas.”
Xiao Ling buru-buru mendekat, memaksakan senyum yang tidak mencapai matanya. “Tidak ada, Selir. Hamba hanya memikirkan detail untuk kepindahan ke Paviliun Anggrek. Hamba terlalu bersemangat.”
Ia tidak bisa memberitahu Hong tentang kabar dari Balai Tengah. Tidak sekarang. Hong harus tetap tenang. Hong harus tetap bahagia. Kebahagiaan Hong adalah perisai terbaik mereka.
Pagi berikutnya, Balai Tengah, yang biasanya dipenuhi oleh formalitas yang dingin, mendidih oleh gosip. Para pejabat, selir, dan pelayan senior berkumpul, menunggu pengumuman Raja Tien Long tentang Paviliun Anggrek. Tetapi sebelum Raja sempat membuka mulutnya, sebuah kegaduhan di ambang pintu menarik perhatian semua orang.
Tabib Hao, wajahnya yang keriput terlihat lebih pucat dari biasanya, berlari ke aula dengan nampan giok yang terbungkus sutra merah—simbol kabar baik yang luar biasa.
“Yang Mulia! Yang Mulia!” Tabib Hao tersengal-sengal, berlutut dengan dahi menyentuh lantai marmer dingin. “Hamba memohon ampun atas keterlambatan ini, tetapi kabar ini terlalu penting untuk menunggu! Berkah telah datang ke Dinasti Naga!”
Raja Tien Long, yang sedang duduk di takhta naga emas, mengangkat alisnya. “Kabar baik apa yang membuatmu melupakan etiket, Tabib Hao?”
Tabib Hao gemetar, namun nadanya dipenuhi kegembiraan yang dipaksakan. “Hamba telah memeriksa Selir Hong pagi ini. Setelah mengamati denyut nadinya selama dua jam, hamba dapat memastikan—Selir Hong… mengandung pewaris naga! Sudah memasuki bulan kedua!”
Seketika, Balai Tengah yang gaduh berubah menjadi keheningan total, diikuti oleh ledakan kegembiraan yang memekakkan telinga. Para pejabat bersorak. Beberapa selir menangis haru (atau mungkin cemas). Raja Tien Long bangkit dari takhtanya dengan kecepatan yang tidak pernah ia tunjukkan dalam urusan negara, wajahnya diterangi oleh cahaya yang belum pernah dilihat Xiao Ling. Raja Long tidak hanya bahagia; ia terlahir kembali.
Hong, yang duduk di samping Raja, menutup mulutnya dengan tangan, air mata mengalir dari mata indahnya. Xiao Ling, berdiri tegak di belakang Hong, merasakan gelombang emosi yang kompleks, kebahagiaan yang luar biasa untuk majikannya, dicampur dengan ketakutan yang mencekik. Tanda bahaya yang sangat mengerikan berdering memperingatkan hati lembut dan setia pelayan muda ini. Jantungnya seperti pacuan kuda di arena balap kuda.
“Pewaris!” raung Raja Long, suaranya dipenuhi otoritas dan cinta. “Setelah bertahun-tahun, Langit telah mengirimkan berkah ke Istana Naga! Hong-er, kamu telah memberiku anugerah yang tak ternilai!”
Raja Long menoleh ke kerumunan yang berlutut. “Dengarkan! Mulai hari ini, Selir Hong akan menerima gelar Selir Mulia Hong! Ia akan pindah ke Istana Anggrek dengan segera. Berikan dia pengawal pribadi sepuluh kali lipat. Siapa pun yang berani mengganggunya, apalagi menyentuh sehelai rambutnya atau pewaris di kandungannya, akan dihukum mati tanpa ampun!”
Keagungan Kaisar Long mencapai puncaknya. Ia tidak hanya memberikan gelar; ia membangun sebuah tembok perlindungan di sekitar Selir Hong. Namun, semua mata di Balai Tengah, termasuk mata Xiao Ling, tertuju pada satu sosok yang baru saja memasuki ruangan, berjalan anggun seolah dia tidak mendengar sorakan apa pun.
Permaisuri Xiu Feng.
Dia mengenakan jubah sutra hitam yang disulam dengan benang emas dan mutiara. Kehadirannya sedingin es yang baru saja dipecahkan, namun di wajahnya terlukis senyum sempurna yang, bagi Xiao Ling, terasa seperti belati yang diasah. Xiu Feng berjalan perlahan ke tengah aula, di mana ia berlutut di hadapan Raja Long.
“Selamat, Yang Mulia,” ucap Xiu Feng, suaranya merdu, tanpa cela, tetapi Xiao Ling bisa mendengar getaran tipis kemarahan di bawahnya. “Ini adalah kabar yang sangat membahagiakan bagi dinasti. Selir Mulia Hong, saya turut berbahagia. Anda telah melakukan tugas yang tidak bisa saya lakukan untuk Kekaisaran.”
Kata-kata itu terdengar seperti ucapan selamat, tetapi nada dan tatapan Xiu Feng adalah deklarasi perang. Xiao Ling melihat bagaimana jari-jari Xiu Feng mencengkeram lengan jubahnya. Ucapan 'tugas yang tidak bisa saya lakukan' adalah pengakuan terbuka atas rasa sakitnya dan pengingat akan diagnosis kemandulannya.
Raja Long, yang mabuk kepayang oleh kegembiraan, tidak menyadari subteks beracun itu. “Terima kasih, Permaisuri. Semoga kamu juga berbahagia atas kabar ini.”
Xiu Feng berdiri, matanya mengunci mata Selir Hong, sejenak, tatapan itu menyiratkan ancaman yang dingin. Kemudian, tatapannya beralih melewati Hong, berhenti sebentar pada Xiao Ling.
Xiao Ling, sebagai pelayan, biasanya tidak berarti apa-apa. Namun, ia telah melayani Hong terlalu lama, dan Xiu Feng mengenalinya sebagai perpanjangan tangan Hong.
“Selir Mulia Hong harus beristirahat. Jaga diri Anda baik-baik. Istana Naga sekarang bergantung pada Anda,” kata Xiu Feng, mengakhiri interaksi itu dengan anggukan formal dan berbalik, meninggalkan aula dengan rombongan pelayan yang diam-diam mengikutinya.
Meskipun kegembiraan meluap-luap, dan Raja Long terus memberikan perintah untuk menghujani Hong dengan hadiah dan perlindungan, Xiao Ling tidak bisa mengusir firasat buruknya. Di mata Xiu Feng, ia melihat kilatan yang sama dengan yang ia lihat pada pemburu yang mengincar mangsa terakhir.
Sore harinya, saat Selir Mulia Hong beristirahat dengan damai, kelelahan setelah badai emosi dan pengumuman formal, Xiao Ling sibuk mengurus keamanan di Istana Anggrek yang baru.
Ia memanggil para pelayan Istana Kehangatan yang kini ikut pindah, menekankan pentingnya kerahasiaan dan kewaspadaan. Mereka tidak lagi berada di gelembung; mereka berada di tengah medan pertempuran.
Saat fajar mulai memudar, Xiao Ling berjalan melewati Taman Anggrek, memeriksa setiap sudut. Tiba-tiba, ia melihat satu sosok di balik gerbang batu yang memisahkan Istana Anggrek dari koridor utama. Itu adalah seorang pelayan wanita dari Balai Tengah, yang dikenali Xiao Ling sebagai salah satu mata-mata Permaisuri.
Pelayan itu tidak mencoba masuk. Dia hanya berdiri di sana, diam-diam mengamati paviliun baru. Ketika Xiao Ling mendekat, pelayan itu tersentak dan buru-buru membungkuk.
“Pelayan, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Xiao Ling, suaranya rendah dan tajam.
Pelayan itu tampak gugup. “Nona Xiao Ling… saya hanya diperintahkan untuk melihat… apakah Selir Mulia Hong telah pindah dengan aman.”
“Permaisuri mengutusmu?”
Pelayan itu mengangguk, nyaris tak terdengar. “Dia hanya… ingin memastikan.”
“Baiklah. Beri tahu Permaisuri bahwa Selir Mulia Hong telah tiba dan beristirahat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Xiao Ling berdiri tegak, memancarkan aura protektif yang membuat pelayan itu semakin kecil.
Pelayan itu berbalik untuk pergi, tetapi tepat sebelum menghilang, ia menoleh kembali, matanya menyampaikan pesan yang bukan miliknya sendiri. “Xiao Ling,” bisiknya, matanya yang ketakutan melirik ke belakang, seolah Xiu Feng ada di sana, “Berhati-hatilah. Bunga yang mekar terlalu cepat di musim dingin… cenderung dibekukan.”
Kata-kata itu menghilang bersama bayangan malam. Xiao Ling tahu bahwa itu bukan peringatan, melainkan ancaman yang disampaikan melalui pihak ketiga. Selir Mulia Hong kini mengandung benih harapan dinasti, dan itu telah memicu dendam serta kecemburuan Permaisuri Xiu Feng. Malam itu, di Balai Tengah, di istana yang gelap dan sunyi, Xiu Feng tidak tidur. Ia sedang merencanakan bagaimana mematahkan tangkai bunga persik itu, sebelum akarnya semakin kuat mengikat hati Raja Tien Long.
Permaisuri Xiu Feng tidak berlari; ia tampak melayang. Jubah naga hitamnya tampak menyerap semua cahaya di koridor istana. Para pelayan dan kasim yang mengikutinya ke Istana Phoenix tahu betul bahwa mereka sedang mengikuti badai yang tertahan, dan setiap orang berusaha untuk tidak mengeluarkan suara napas. Begitu tiba di Balai Anggrek Hitam, kediaman pribadinya yang mewah, Xiu Feng menghentikan langkah, membiarkan keheningan tebal menyelimutinya sejenak.
Kasim utama, Lie Wei, yang telah melayani Xiu Feng sejak ia menjadi selir rendah, menutup pintu berat Balai Anggrek Hitam. Suara bantingan pintu itu memecah keheningan, dan pada saat itu, topeng ketenangan Permaisuri Xiu Feng pecah.
Xiu Feng berbalik, matanya yang selama ini tampak setenang kolam kini menyala, penuh api yang membakar. Ia mencengkeram lengan jubahnya dengan begitu kuat hingga sutra terbaik pun tampak bergetar.
“Sutra merah,” Xiu Feng mendesis, suaranya tajam seperti pecahan porselen. Ia melangkah ke jendela besar yang menghadap ke Istana Anggrek, kediaman baru Selir Mulia Hong. “Li Wei, apakah kamu melihat nampan giok kotor yang dibawa Tabib Hao tadi? Merah! Warna yang mereka gunakan untuk mengumumkan berkah yang seharusnya menjadi milikku!”
Li Wei berlutut, wajahnya menunduk dalam-dalam. “Hamba melihatnya, Yang Mulia. Kegembiraan Raja… memang tidak tertahankan.”
“Tidak tertahankan?” Xiu Feng tertawa, tawa yang tidak mengandung kegembiraan, melainkan racun murni. “Itu bukan kegembiraan, Li Wei. Itu adalah deklarasi! Sebuah deklarasi bahwa setelah bertahun-tahun aku duduk di Takhta Phoenix, setelah aku memastikan Istana Naga memiliki fondasi yang kuat, seorang wanita jalang rendahan datang dan mencuri satu-satunya hal yang bisa menjamin supremasiku!”
Li Wei merangkak sedikit lebih dekat. “Yang Mulia adalah Permaisuri. Seal Phoenix berada di tangan Anda. Tidak ada yang bisa menantang posisi Anda, bahkan seorang pewaris sekalipun.”
“Bodoh!” Xiu Feng membentak, dan Li Wei tersentak. “Seorang pewaris adalah rantai terkuat yang mengikat Raja. Anak itu akan menjadi jaminan Hong. Jika Hong melahirkan Pangeran Naga, semua yang telah aku perjuangkan, semua darah dan keringat yang dicurahkan keluargaku untuk menempatkanku di sini ... akan menjadi abu! Raja Long tidak akan pernah melepaskan Hong. Dia tidak akan pernah bisa melupakannya.”
Ia berjalan mondar-mandir, napasnya tersengal. “Li Wei, apakah kamu melihat mata Tien Long? Itu bukan mata suami yang bahagia. Itu adalah mata seorang pria yang menemukan penyelamatnya. Dia melihat masa depan, dan di masa depan itu, aku hanyalah bayangan yang dingin.”
“Hamba mengerti, Yang Mulia. Hong harus disingkirkan sebelum benih itu tumbuh menjadi ancaman yang tidak bisa dihancurkan.” Li Wei berbicara dengan nada menenangkan, tetapi matanya mengintip reaksi Xiu Feng.
Xiu Feng berhenti, menatap bayangannya di lantai marmer. “Aku telah melindungi rahasia ini selama sepuluh tahun. Rahasia kemandulanku yang terpaksa kusembunyikan di balik diagnosis yang dilebih-lebihkan. Aku bahkan membiarkan Tabib Hao memalsukan laporan demi memastikan Raja tidak terlalu mencari anak. Tapi lihat sekarang! Langit seolah mengolok-olokku, mengirimkan benih itu pada Hong, wanita yang baru datang kemarin sore!”
“Apakah Tabib Hao sudah diberi peringatan?” tanya Li Wei hati-hati.
“Sudah. Dia gemetar seperti daun saat aku memanggilnya. Dia tahu bahwa jika Hong melahirkan, Raja akan mulai mempertanyakan mengapa selama bertahun-tahun aku tidak bisa memberinya pewaris. Dia tahu bahwa rahasia medis kami akan terkuak. Tabib Hao adalah sekutuku, tetapi dia adalah sekutu yang lemah dan mudah patah.” Xiu Feng menghela napas, kemarahan mulai berubah menjadi perhitungan yang dingin.
“Lalu, apa perintah Yang Mulia?” tanya Li Wei, kini nada suaranya berubah dari ketakutan menjadi kesetiaan yang kejam. “Kita tidak bisa menunggu sembilan bulan. Kita harus bertindak segera. Istana Anggrek kini dijaga ketat, seperti sarang naga.”
Xiu Feng menyeringai. Itu bukan senyum, melainkan kontraksi otot yang dingin. “Penjagaan ketat hanya melindungi dari pedang. Tapi bagaimana dengan racun, Li Wei? Racun yang tidak terlihat, yang tidak meninggalkan jejak, yang menyerupai penyakit alami seorang wanita yang terlalu rapuh untuk mengandung?”
“Yang Mulia bermaksud…?”
“Aku ingin Hong mengalami keguguran. Keguguran yang menyakitkan, yang tidak hanya merenggut benihnya, tetapi juga merenggut nyawanya, jika memungkinkan. Tapi yang paling penting, Li Wei, kematiannya harus tampak seperti takdir, bukan pembunuhan.” Xiu Feng berjalan ke mejanya dan membuka laci tersembunyi, mengambil sebuah botol kecil yang berisi cairan bening. Cairan itu tampak tidak berbahaya, seolah-olah hanya air pegunungan yang bersih.
“Ini adalah ‘Air Musim Dingin’,” jelas Xiu Feng, memutar botol itu di tangannya. “Dosis rendah, diberikan secara bertahap dalam ramuan tonik yang harus dikonsumsi setiap hari oleh wanita hamil. Racun ini tidak akan membunuh dalam semalam. Racun ini akan membuat tubuh Hong perlahan-lahan menolak kehidupannya sendiri, menguras kekuatannya, dan akhirnya, rahimnya akan menolak pewaris itu.”
Li Wei menelan ludah. Kejahatan ini jauh lebih kejam daripada serangan langsung. Ini adalah penyiksaan perlahan.
“Bagaimana dengan pelayan pribadinya?” tanya Li Wei, mengingat gadis muda yang selalu berada di sisi Hong. “Gadis itu, Xiao Ling. Dia sangat setia dan cerdik. Dia yang mengurus semua ramuan Hong.”
Mendengar nama Xiao Ling, tatapan Xiu Feng kembali membeku. “Pelayan hanyalah pelayan. Mereka melihat, tetapi tidak memahami. Mereka melayani, tetapi tidak pernah memimpin. Kita akan mengurus Xiao Ling setelah Hong tiada. Untuk saat ini, kita harus menemukan seseorang di lingkaran dalam Hong yang bisa kita beli, atau lebih baik, seseorang yang membenci Hong, dan Xiao Ling ya g tampak angkuh dan sombong untuk ukuran seorang pelayan rendahan.”
“Hamba akan mulai bekerja. Ada seorang juru masak di dapur Istana Anggrek, namanya Nyonya Guo, yang memiliki utang judi yang besar. Dan memiliki dendam dengan Xiao Ling. Sebab dengan adanya Xiao Ling putrinya tak bisa masuk menjadi pelayan di sisi selir favorit. Hamba yakin dia akan lebih dari bersedia untuk 'membantu' kami menukarkan beberapa bahan.”
“Bagus sekali, Li Wei,” puji Xiu Feng, senyumnya kini mencapai matanya, tetapi hanya untuk menampilkan kedinginan yang lebih besar. “Lakukan dengan hati-hati. Jangan pernah berinteraksi langsung. Gunakan rantai, dan pastikan setiap langkah bisa disangkal. Aku tidak akan membiarkan seorang selir dan benihnya menghancurkan Takhta Phoenixku. Aku adalah Sang Phoniex Abadi, Ratu Naga, dan Istana ini adalah milikku.”
Xiu Feng meletakkan botol ‘Air Musim Dingin’ itu di atas nampan kecil. “Ambil ini. Malam ini, siapkan rencana. Besok pagi, Hong akan mulai mengonsumsi ramuan ‘penyembuh’ dari kami, dan hitungan mundur akan dimulai.”
Li Wei mengambil botol itu dengan tangan gemetar. “Hamba akan memastikan tidak ada yang tersisa dari Selir Hong, Yang Mulia. Tidak ada benih. Tidak ada harapan.”
Saat Li Wei bergegas pergi untuk memulai rencana jahatnya, Xiu Feng kembali ke jendela, menatap Istana Anggrek di kejauhan. Di sana, di balik dinding yang baru dicat dan gerbang yang dijaga, Selir Mulia Hong sedang tertidur, tidak menyadari bahwa kebahagiaan yang baru ia dapatkan adalah vonis mati yang baru saja dijatuhkan oleh Permaisuri. Xiu Feng menghela napas panjang, bukan karena lega, tetapi karena kesenangan yang dingin. Kebenciannya terhadap Hong bukanlah kecemburuan yang biasa; itu adalah api yang menghanguskan, yang menuntut pengorbanan demi mempertahankan supremasi. Dia adalah penguasa yang dipercaya Istana Naga, dan dia akan memastikan bahwa benih yang mekar terlalu cepat itu akan layu sebelum sempat melihat matahari. Tekad hatinya.
Di Istana Anggrek yang tenang, Xiao Ling, yang baru saja memastikan semua pengawal berada di posisinya, merasakan hawa dingin yang tak terjelaskan. Ia melihat bayangan di kejauhan, di puncak Istana Phoenix, dan firasat buruknya semakin kuat. Jika Hong adalah bunga yang rapuh, maka Xiu Feng adalah musim dingin yang kejam, siap membekukan segalanya.
Malam itu, Xiao Ling memutuskan. Kewaspadaan saja tidak cukup. Dia harus mulai menjaga setiap aspek kehidupan Hong, terutama ramuan dan makanan yang akan segera datang dari Balai Tengah, hadiah 'kebaikan' dari Permaisuri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!