NovelToon NovelToon

Permaisuri Raja Langit

Episode 1

“Huhuhu.. Aku nggak melakukannya ibu.. Ayah.. Tolong percaya sama Dewi...” Bocah cantik yang masih mengenakan seragam sekolah itu menangis sesenggukan sepulang dari sekolah.

Takut, itu lah yang dia rasakan. Ya, Dewi kembali mendapat hukuman dari kepala sekolah karena di tuduh melukai teman sekelasnya sampai di larikan ke rumah sakit.

Sita dan Doni saling bertatapan. Masalah yang menimpa putrinya bukan kali ini saja. Sebelum sebelumnya Dewi juga mendapatkan hukuman dari pihak sekolah dengan tuduhan yang selalu sama.

“Ayah percaya sama kamu... Sudah jangan nangis lagi ya...” Doni mengusap air mata Dewi. Pria itu tersenyum menatap putrinya yang terus menangis.

Dewi menganggukkan kepalanya. Dengan sisa isak tangisnya Dewi pun menyeka air matanya dengan kedua tangan.

“Kalau begitu biar ibu siapkan makan siang dulu..”

Sita tersenyum merasa lega menatap putrinya yang akhir nya berhenti menangis. Wanita itu kemudian berlalu menuju dapur dan menyerahkan penanganan putrinya pada sang suami.

Saat hendak menghidupkan kompor, tiba tiba Sita terdiam. Wanita itu yakin ada sesuatu yang tidak dia dan suaminya ketahui.

“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.”

Tiba tiba suara menggelegar itu kembali terngiang di indra pendengaran Sita. Wanita itu langsung menggelengkan kepalanya tidak mau kembali mengingat malam mencekam dan menyeramkan itu.

Tidak hanya suaranya saja yang terngiang di telinga Sita, bahkan sosok tampan berambut putih itu juga kembali muncul di penglihatan nya.

“Enggak enggak. Dewi adalah putriku. Dia milikku.” Gumam Sita.

“Jangan ngelunjak.”

Sita terkejut mendengar suara berat nan dingin itu. Dengan cepat Sita melangkah mundur menghindar dari sosok yang meskipun tampan namun sangat menakutkan baginya. Sosok itu tidak berubah. Dia sama seperti malam dimana dia muncul di kamar Sita untuk yang pertama kalinya.

“Dewi adalah milikku.” Tekan sosok itu menatap Sita tajam.

Sita menelan ludah. Keringat dingin langsung membasahi sekujur tubuh kakunya. Tatapan tajam pria berambut dan berjubah putih itu benar benar sangat menusuk.

“Tugas kalian adalah merawat dan menjaganya dengan baik.” Tambah sosok itu sebelum akhirnya menghilang begitu saja.

Begitu sosok tampan tersebut menghilang, tubuh Sita meluruh ke lantai. Napasnya langsung tersengal. Rasa takut kembali menguasai dirinya. Penyataan pria itu membuat Sita takut jika sesuatu yang buruk akan menimpa putri satu satunya.

“Dewi.. Dewi..” Lirih Sita kemudian menangis.

Sementara itu di ruang keluarga.

“Sekarang kamu ceritakan sama ayah apa yang terjadi sebenarnya?” Doni menatap penuh perhatian pada Dewi yang duduk di samping nya.

Dewi menundukkan kepalanya. Bocah cantik itu juga tidak tau harus menjelaskan bagaimana. Yang Dewi tau dirinya tidak bersalah dan tidak melakukan apa apa.

“Dewi nggak bersalah ayah.. Dewi nggak pukul Susan.. Susan yang pukul Dewi..” Pelan pelan Dewi mencoba menjelaskan sebisanya. Terkadang Dewi juga bingung kenapa setiap ada teman yang menjahilinya pasti akan langsung terkena karma. Hari bahkan Susan yang memukulnya tiba tiba terlempar ke belakang sampai kepalanya berdarah dan harus di larikan ke rumah sakit.

“Ya ampun.. Kasihan anak cantik ayah.. Lalu apa anak ayah terluka?”

Dewi menggelengkan kepalanya menjawab.

“Hanya sedikit nyeri di punggung ayah.” Cicitnya.

“Oke.. Nanti ayah akan bilang sama ibu supaya memberikan salep pada punggung mu. Sudah tidak apa apa. Ayah sama ibu selalu percaya Dewi adalah anak ayah dan ibu yang paling baik.” Doni berusaha menghiburnya putrinya.

Doni percaya sepenuhnya pada Dewi. Putrinya adalah anak yang lembut. Pada hewan saja Dewi tidak berani menyakiti apa lagi pada sesama teman sekelasnya. Putrinya adalah pribadi yang baik dan penuh cinta. Apa lagi Doni dan Sita juga selalu memberikan kasih sayang dan cinta yang penuh pada putri semata wayangnya itu.

Tanpa Doni sadari ada sosok yang memperhatikan nya dengan Dewi. Sosok itu tidak bersembunyi. Dia berdiri menjulang di belakang sofa yang di duduki Dewi. Namun kehadiran nya sama sekali tidak di sadari oleh Dewi maupun Doni.

Sosok itu tersenyum menatap Dewi yang begitu imut dan menggemaskan. Dia bahkan mendekat dan menatap dari dekat wajah cantik Dewi yang selalu membayanginya setiap saat.

“Apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungi kamu Dewi.. Bagaimana pun caranya.” Bisiknya tepat di depan wajah Dewi.

Dewi tersenyum pada sang ayah. Dan senyuman itu merekah tepat setelah sosok itu selesai mengucap janjinya.

*****

Seperti yang sudah sudah, baik Doni maupun Sita tidak lagi mempermasalahkan apa yang sudah terjadi. Mereka selalu yakin bahwa putrinya memang tidak bersalah. Mereka juga selalu yakin apa yang di katakan putrinya adalah kejujuran, bukan kebohongan.

Malamnya Dewi tertidur dengan sangat nyenyak. Wajah cantik alaminya di sinari oleh cahaya lembut rembulan yang membuatnya semakin terlihat sempurna.

Saat itu juga muncul pria berjubah putih di samping ranjang Dewi. Pria itu perlahan naik ke tempat tidur Dewi dan memposisikan dirinya tepat di samping Dewi.

Dengan posisi miring pria itu memperhatikan setiap inci wajah cantik pujaan hatinya. Dan pelan pelan tangannya terangkat menyentuh kulit lembut wajah Dewi.

“Kamu selalu menawan. Kamu selalu membuat aku tidak bisa untuk tidak tersenyum. Dewi.. Aku mencintaimu. Aku juga percaya sama kamu..” Lirih sosok itu dengan senyuman.

“Kamu tau? rasanya aku tidak sabar menunggunya. Menunggu kamu beranjak dewasa. Menunggu saat itu tiba.. Saat dimana kita bisa bersama untuk selamanya.” Sosok itu membelai lembut pipi Dewi tanpa sedikitpun takut tindakannya akan mengganggu tidur lelap Dewi.

“Aku tau kamu juga mempunyai perasaan yang sama dengan aku Wi.. Aku tau kamu adalah milikku yang setia. Aku tau semua itu hanya kesalah pahaman. Kita pasti bisa memperbaikinya Wi.. Kita bisa yakinkan mereka semua bahwa kita akan selalu sama sama.”

Sosok tampan itu terus saja bergumam sambil memperhatikan wajah cantik Dewi. Dia begitu yakin dengan apa yang ada di pikiran nya. Dia juga begitu yakin bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan nya.

Sementara Dewi, gadis kecil itu tidak terusik sama sekali dengan apa yang di lakukan pria tampan di sampingnya. Dewi malah terlihat begitu nyaman dengan belaian lembut di pipinya meskipun kedua matanya terpejam dengan rapat.

Setiap malam sosok tampan berjubah putih itu memang selalu datang untuk menemaninya, menjaganya, dan memastikan Dewi baik baik saja sampai pagi menjelang.

Tidak hanya malam saja, bahkan setiap langkah Dewi sosok itu selalu menyertai. Sosok itu juga lah yang selalu membalas setiap perbuatan yang di lakukan teman teman Dewi sejak dulu.

TBC

Episode 2

“Bagaimana kalau kita mencobanya?”

“Oh tidak, tidak mau. Aku takut.”

“Tidak perlu takut. Selama ada aku disamping kamu, semuanya akan baik baik saja.”

Dewi menatap tangannya yang di genggam begitu erat oleh sosok tampan yang berdiri disampingnya. Dewi sendiri tidak tau siapa sosok tersebut. Namun Dewi merasa sosok itu adalah sosok yang sangat baik. Sosok tampan yang begitu sangat melindungi nya.

“Ayo.. Naiklah.” Titah sosok berambut putih itu.

Dewi terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan. Perlahan Dewi pun naik ke punggung pria itu dan tiba tiba pria itu berubah menjadi seekor naga berwarna putih.

“Pegangan yang kuat.” Titahnya lagi.

Dewi langsung meraih tanduk naga itu. Perlahan naga besar itu terbang membawa Dewi dan menunjukkan tempat tempat indah yang membuat Dewi terpana begitu melihatnya.

“Aku selalu percaya sama kamu Dewi. Aku mencintaimu.”

“Nak.. nak...”

Dewi tersentak. Lamunannya buyar seketika saat suara lembut Sita yang di sertai sentuhan hangat nan lembut di punggung tangannya terasa.

Sesaat Dewi gelagapan namun akhirnya langsung tersenyum manis pada sang ibu yang menatapnya penasaran.

“Kenapa kamu tidak makan sarapannya? Ini sudah siang loh.” Ujar Sita dengan nada rendah.

“Ah ya ampun..” Sadar bahwa sebentar lagi dirinya harus sudah sampai di sekolah, Dewi pun segera menyantap sarapan paginya.

Sita yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu juga dengan Doni, suaminya.

“Pelan pelan nak..” Senyum Doni mengingatkan.

Dewi hanya mengangguk saja dengan mulut penuh makanan. Dia sungguh tidak ingin sampai telat datang ke sekolah.

Di sekolah Dewi kembali memikirkan mimpi yang sering dia alami. Mimpi yang sama dengan sosok tampan yang sama juga.

“Oke anak anak pelajaran ibu sampai disini dulu. Selamat siang.” Ujar guru yang mengajar siang ini. Wanita dengan rambut di Cepol tinggi itu kemudian membereskan peralatan mengajarnya dan berlalu keluar dari kelas.

Sedang Dewi, dia masih asik melamun sampai membuat teman sebangkunya mengernyit penasaran.

“Wi.. Dewi...” Panggil teman sebangku Dewi menggoyang pelan lengan Dewi.

Dewi langsung menoleh. Dia tersenyum pada teman sebangkunya. Kayla, namanya.

“Ya kay, kenapa?” Tanya Dewi.

“Aku perhatikan dari tadi kamu melamun terus. Kamu lagi mikirin Susan ya?”

Pertanyaan Kayla membuat Dewi Tering pada kejadian beberapa hari yang lalu dimana tiba tiba Susan terpental ke belakang setelah memukul punggung nya.

“Dia belum berangkat lagi ya?” Tanya Dewi kemudian.

“Belum. Katanya masih di rawat di rumah sakit.” Jawab Kayla.

Dewi mengangguk. Bukan bermaksud tidak perduli pada Susan, namun Dewi tidak ingin membuat masalah lagi jika menjenguknya mengingat Susan yang begitu tidak menyukainya.

“Semoga saja di cepat sembuh ya..” Kata Dewi.

“Hem ya.. Tapi aku percaya kamu nggak melukai dia.” Senyum Kayla.

Dewi ikut tersenyum. Kayla adalah satu satunya teman dekat yang Dewi punya. Kayla juga selalu percaya pada Dewi.

“Ah ya.. Aku punya coklat. Kamu mau tidak? Mumpung belum ada guru kita makan sama sama.” Tawar Kayla kemudian.

“Mau mau..” Dengan antusias Dewi mengangguk. Kayla kemudian mengeluarkan coklat dan membagi dua untuk di makan bersama Dewi.

Kedua gadis yang masih duduk di bangku kelas 5 SD itu kemudian saling bercerita sambil menunggu guru yang akan mengajar untuk materi pelajaran selanjutnya.

Di taman samping gedung sekolah.

“Kamu percaya dengan adanya Dewa nggak?” Tanya Dewi membuat Kayla yang sedang membaca komik langsung menoleh padanya.

“Dewa? Yang begini?” Kayla menunjukkan komik yang sedang dia baca. Kayla memang sangat suka membaca komik dengan genre romantis.

Dewi menatap gambar dewa tampan yang di tunjukkan Kayla padanya.

“Hem.. Ya.. Rambutnya sama sama putih dan panjang.” Ujar Dewi.

Kayla mengernyitkan.

“Dewa kan hanya ada di komik komik. Nggak mungkin adalah..” Katanya.

Dewi menatap Kayla sebentar kemudian mengambil komik di tangan Kayla.

Dewi menatap lekat lekat gambar Dewa langit itu. Sosok yang selalu hadir di mimpinya benar benar mirip persis dengan gambar di komik milik Kayla. Rambut putih panjang, sedikit berantakan di bagian depan. Jubah putih bersih dan wajah tampan. Jangan lupakan kulitnya yang putih bersih tanpa bekas luka.

“Ini hanya cerita fiksi Wi..” Tambah Kayla.

Dewi kemudian mengangguk. Apa yang Kayla katakan memang benar. Tapi mimpinya terlalu jelas jika harus di katakan sebagai bunga tidur.

*****

“Ibu....”

Suara Dewi berhasil mengalihkan perhatian Sita yang sedang memasak untuk makan malam. Wanita itu kemudian tersenyum saat mendapati putrinya sudah duduk di kursi yang ada tidak jauh di belakang nya.

“Sudah lapar ya?” Tanya Sita membalikan tubuhnya sambil menunggu ayam goreng di dalam wajan berisi minyak panas itu matang sempurna.

Dewi menggelengkan kepalanya menjawab.

“Ada yang mau Dewi tanya sama ibu..” Katanya pelan.

“Oh ya? Tantang apa?” Tanya Sita penasaran. Putrinya memang selalu menanyakan berbagai hal yang tidak diketahui.

“Di dunia ini memangnya benar benar ada Dewa?”

Pertanyaan Dewi membuat Sita diam. Dan entah kenapa pikiran Sita langsung tertuju pada sosok tampan serba putih yang sering menekankan kepemilikan nya atas Dewi.

“Apa benar dia memang nyata?” Batin Sita mulai ketakutan.

“Kayla bilang Dewa itu hanya ada di komik komik. Hanya cerita fiksi katanya.” Dewi menambahkan dengan di sertai helaan napas.

Meski sedang merasa takut, Sita berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum.

“Kayla benar.. Dewa hanya ada di dalam cerita fiksi.”

Dewi menatap ibunya sebentar. Dia kemudian menyangga kedua pipinya menggunakan kedua tangan nya.

“Begitu ya?” Tanya nya lagi.

“Eumm.. Ya..” Jawab Sita pelan juga lembut.

Dewi kembali memikirkan sosok tampan dalam mimpinya. Sosok itu selalu hadir dan membawa keindahan. Banyak tempat tempat indah yang Dewi kunjungi setiap bersama sosok tampan itu. Dan anehnya Dewi merasa bahagia juga nyaman saat bersamanya.

“Tapi aku merasa seperti nya aku tidak asing dengan tempat itu. Aku seperti pernah datang ke tempat tempat itu secara langsung.” Gumam Dewi pelan.

Sita yang mendengar gumaman samar putrinya segera mendekat. Dia menyentuh lembut puncak kepala Dewi.

“Apa yang sedang kamu pikirkan Hem?” Tanya Sita dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

Dewi tersenyum lebar kemudian menggeleng.

“Mimpi itu hanya bunga tidur kan Bu?” Tanyanya yang membuat senyum Sita perlahan memudar.

Untuk sebagian orang mungkin akan menganggap mimpi itu hanya bunga tidur yang tidak perlu di pikirkan. Namun bagi Sita tidak. Mimpi bisa menjadi sebuah petunjuk yang berarti. Dan Sita mempercayai itu setelah kemunculan pria tampan berjubah putih itu sebelas tahun yang lalu.

Ya, pria itu juga sering datang ke dalam mimpinya dan memperingatkan Sita agar sebaik mungkin menjaga Dewi. Padahal tanpa terus di peringatkan pun Sita tentu akan menjaga buah hatinya dengan sebaik baiknya.

TBC

Episode 3

Di tempat lain, tepatnya tempat yang tidak semua mahkluk hidup percaya akan keberadaannya. Tempat itu di sebut juga dengan kerajaan langit.

“RAWRRRRRR !!!”

Seekor naga putih terbang mengelilingi taman langit sebelum akhirnya mendarat dan berubah wujud menjadi pria tampan berambut panjang dengan jubah putih bersihnya. Dia lah raja penguasa langit, Raja Arthaputra.

Artha menghela napas dengan senyuman tipis di bibirnya. Pria tampan itu memang selalu pergi bahkan hampir setiap saat tidak berada di tempatnya.

“Aku perhatikan akhir akhir ini kamu sering bepergian. Apakah kerajaan kita sedang dalam masalah?”

Artha hendak melangkahkan kakinya saat tiba tiba terdengar suara dari belakang nya. Artha menoleh dan mendapati adiknya berdiri di belakang nya. Dia adalah Fabian. Putra dari selir agung.

“Hem.. Semuanya baik baik saja. Hanya aku merasa butuh menikmati waktu sendiri.” Jawab Artha kemudian berlalu.

Fabian mengernyit. Dia tentu tidak bisa begitu saja percaya pada apa yang di katakan kakaknya. Apa lagi mengingat kepribadian Artha yang lebih suka meluangkan waktu untuk mengurus istana dari pada keluar tanpa tujuan yang pasti.

“Apa yang sebenarnya sedang dia sembunyikan..” Batin Fabian.

Fabian menghela napas kasar. Pria berambut hitam legam panjang itu kemudian berlalu dari tempatnya berdiri.

Sementara Artha, dia kembali ke istana kemudian langsung masuk ke dalam kamarnya untuk menghindari pertanyaan yang pasti akan di lontarkan oleh adiknya.

Artha mendudukkan dirinya di tepi ranjang putihnya. Ekspresi nya mendadak berubah serius saat mengingat pertanyaan adiknya di taman tadi.

“Maaf.. Untuk saat ini aku belum bisa memberitahu kalian tentang Dewi.. Aku harus benar benar melindunginya dari siapapun.” Artha membatin.

Ingatan Artha kemudian kembali pada kejadian 12 tahun yang lalu dimana istrinya di tuduh mengkhianati nya. Istrinya bahkan di sudutkan dan di permalukan di depan semua penghuni istana langit. Karena hal itulah istrinya putus asa dan akhirnya memilih mengakhiri hidup abadinya dengan meminum racun.

Artha sangat terpukul dengan kejadian itu. Artha bahkan hampir putus asa karena kehilangan belahan jiwanya. Padahal Artha begitu percaya pada istrinya. Artha bahkan tidak percaya dengan tuduhan itu karena Artha sendiri tau bagaimana wanita yang sangat di cintainya itu.

“Aku mungkin belum bisa membuktikan bahwa apa yang mereka tuduhkan sama kamu itu fitnah Wi.. Tapi aku akan terus mencari bukti itu.. Aku akan bersihkan nama kamu..” Gumam Artha penuh tekad.

Tok tok tok

Artha menoleh kearah pintu. Pria itu tersenyum saat mendapati selir agung berdiri di ambang pintu kamarnya.

“Boleh ibunda masuk?” Tanya selir agung.

Artha mengangguk pelan. Selir agung adalah ibu kandung Fabian. Selir agung juga lah yang merawat Artha setelah kepergian permaisuri agung yang tidak lain adalah ibu kandung Artha.

Pelan pelan selir Agung melangkah mendekati Artha. Seperti biasa, wanita cantik itu selalu menampilkan senyum manisnya.

Ya, selir Agung adalah wanita yang sangat baik. Dia ramah pada semua penghuni istana langit.

“Kamu darimana?” Tanya selir Agung dengan nada rendah.

Artha terdiam sesaat. Sungguh Artha merasa tidak bisa percaya pada siapapun jika sudah menyangkut tentang masa lalunya. Apa lagi saat itu selir Agung dan Fabian juga percaya dengan Fitnah itu.

“Hanya merasa bosan kalau terus berada di istana.” Jawab Artha sekenanya.

Selir Agung tersenyum.

“Ibunda rasa sudah saatnya kamu menikah lagi nak.. Ibunda...”

“Kalian jelas tau bagaimana aku mencintai istriku.” Sela Artha tenang.

Selir Agung tetap tersenyum. Dia mengangguk pelan menyetujui apa yang Artha katakan.

“Baiklah.. Mungkin kamu perlu waktu untuk memikirkan semuanya.”

Selir Agung menepuk pelan bahu tegap Artha. Wanita itu kemudian berlalu keluar dari kamar Artha.

Setelah selir Agung berlalu, Artha menghela napas kasar. Pria itu tidak tau apa yang sudah terjadi. Karena sampai sekarang dia belum berhasil menemukan pelaku yang menyebar fitnah itu.

Beberapa tahun belakangan hidup Artha memang kacau. Satu persatu orang yang di cintainya pergi meninggalkan nya. Bermula dari permaisuri nya yang di fitnah berkhianat, sampai kehilangan kedua orang tuanya yaitu Raja dan permaisuri agung yang sampai sekarang belum di ketahui keberadaannya.

“Aku tidak akan menyerah begitu saja. Takdir ini bisa ku ubah sendiri.”

*****

“Kami benar benar sudah tidak bisa lagi mentolerirnya Bu, pak.” Ibu kepala sekolah menatap bergantian pada Sita dan Doni.

“Dengan sangat berat hati saya harus mengeluarkan Dewi. Saya tidak mungkin mengabaikan demo para wali murid di luar. Apa lagi mengingat Dewi yang sudah beberapa kali melukai teman temannya.”

Sita hanya bisa diam. Yang dia tau putrinya adalah gadis yang baik. Dia sangat polos dan tidak mungkin tega melukai temannya bahkan sampai masuk ke rumah sakit. Dan hari ini bahkan ada yang terluka lagi sampai mengalami patah tulang di bagian rusuknya.

“Kami paham Bu..” Angguk Doni yang sudah tidak tau harus bagaimana lagi menyikapi hal tersebut.

“Sekali lagi saya mohon maaf karena harus bertindak tegas. Saya akan rekomendasikan Dewi ke sekolah lain. Bapak sama ibu tidak perlu khawatir.”

Doni tersenyum getir. Dia menggeleng pelan menolak kebaikan kepala sekolah.

“Saya akan berusaha menangani nya sendiri Bu.. Kalau begitu kami permisi.”

Saat Sita dan Doni keluar dari ruang kepala sekolah, semua wali murid yang demo meminta agar Dewi di keluarkan langsung menyoraki dengan ramai. Beberapa bahkan ada yang mencemooh.

Sementara Dewi, gadis itu diam di dalam mobil sang ayah. Dia sendiri tidak tau apa yang terjadi. Yang pasti Dewi tidak melakukan apa apa. Dewi bahkan pasrah dengan menutup kedua matanya saat Raka hendak memukulnya dengan tongkat baseball di ruang kesenian.

“Tidak apa apa.. Kamu tidak bersalah..”

Dewi tersentak saat tiba tiba terdengar bisikan lembut di telinga kanannya. Dia menoleh ke samping kanan namun tidak menemukan siapapun disana.

Dewi tidak menyadari keberadaan pria tampan itu di sampingnya. Pria yang hampir setiap saat mengawasinya, melindunginya, memastikan tidak ada satupun orang yang menyakiti Dewinya.

Tidak lama Sita dan Doni masuk ke dalam mobil. Mereka tetap tenang dan berusaha terlihat baik baik saja di depan Dewi. Mereka tidak mau membuat Dewi terpukul karena di keluarkan dari sekolah.

“Bagaimana yah.. Bu..?” Tanya Dewi pada kedua orang tuanya.

Sita menelan ludah. Entah harus memulai darimana dirinya menjelaskan pada putrinya nanti. Dewi pasti akan sangat sedih jika tau dirinya di keluarkan dari sekolah.

“Semuanya baik baik saja sayang.. Kita pulang sekarang ya?” Jawab Doni menatap Dewi penuh kelembutan.

Dewi hanya bisa mengangguk. Gadis kecil itu sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Sementara pria tak kasat mata yang berada disamping Dewi merasa puas karena sudah berhasil menyerang balik bocah yang hendak melukai Dewi.

“Selamanya tidak seorang pun bisa melukai kamu..”

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!