NovelToon NovelToon

MATA SAKTI DARI LANGIT

episode 1 ROLAN

Beberapa hari yang lalu Rolan bukanlah siapa-siapa. Dirinya hanyalah seorang kurir yang hidup pas-pasan.

Kini hidupnya berubah setelah mendapatkan sepasang mata sakti dari langit. Mata sakti ini dapat menembus pandang dan merubah hidupnya. Dengan mata sakti ini, Rolan merasa bisa melakukan apapun yang dia inginkan.

Satu-satunya masalah yang sulit untuk di hadapi olehnya adalah banyaknya wanita cantik yang suka terhadapnya.

Flashback ke beberapa hari yang lalu. Langit begitu cerah di waktu itu, semua orang memulai aktivitasnya dengan riang. Hangatnya matahari pagi semakin menambah semangat para pencari rezeki.

Di sebuah gudang yang ada di kota Neo, tampak orang-orang sedang sibuk bekerja. Gudang itu adalah titik penampungan semua kiriman paket barang dari penjuru negeri.

Paket-paket itu akan di kirimkan ke seluruh penjuru kota Neo oleh para kurir-kurir yang ada di sana.

Seorang kurir wanita sedang sibuk menyusun banyak paket-paket di sepeda motornya. Kurir wanita itu bernama Melodi.

Melodi adalah seorang wanita muda yang cantik. Walaupun seorang kurir, tapi kulitnya begitu putih dan halus, tidak kalah di bandingkan dengan para artis yang rajin perawatan.

Banyak rekan pria sesama kurir yang suka kepadanya. Bahkan manager di tempatnya bekerja juga pernah menyatakan perasaannya kepada Melodi, tapi melodi langsung menolaknya.

Rambutnya lurus dengan panjang sebahu yang membuatnya tampak anggun. tinggi tubuhnya 170 cm dengan kaki yang jenjang membuatnya semakin sempurna.

Melodi bahkan di juluki sebagai kurir wanita yang paling cantik di kota Neo. Bahkan sebagian orang juga menjulukinya sebagai dewi kurir.

"Melodi, biar aku bantu," ujar seorang pria muda bernama Rolan.

Rolan adalah seorang pria muda yang merupakan rekan kerja dari Melodi sesama kurir.

Selain sebagai rekan kerja sesama kurir, ternyata mereka juga tetangga rumah. Mereka tinggal di sebuah gedung rumah susun, sehingga hubungan mereka juga cukup baik.

Rolan segera membantu Melodi menyusun paket-paket ke sepeda motornya.

"Wah, terima kasih banyak," balas Melodi tersenyum.

Melodi terlihat senang dengan Rolan yang membantunya. Diam-diam Melodi memperhatikan Rolan sambil tersenyum sendiri.

Sejujurnya Melodi memiliki perasaan terhadap Rolan sudah sejak lama, tapi dirinya sebagai seorang wanita malu untuk mengungkapkannya.

Beberapa saat kemudian, semua paket barang juga telah tersusun rapi di sepeda motor Melodi.

"Melodi, aku dengar kamu ada kiriman paket atas nama Amanda Wijaya," ujar Rolan.

"Kalau tidak salah sih ada, biar aku lihat dulu," balas Melodi.

Sesaat kemudian, melodi telah membawa sebuah bungkusan paket di tangannya yang dia ambil dari tumpukan paket di sepeda motornya.

"Berikan kepadaku, biar aku yang mengantarkannya!" ujar Rolan dengan bersemangat.

"Hem... baiklah," balas Melodi.

Melodi sedikit cemberut karena akhir-akhir ini Rolan selalu saja sangat antusias mengantarkan paket atas nama Amanda Wijaya. Melodi juga penasaran dengan sosok Amanda Wijaya ini.

Rolan juga segera pergi dengan membawa paket barang atas nama Amanda Wijaya. Setiap kali ada pesanan paket atas nama Amanda Wijaya, Rolan begitu sangat bersemangat dan antusias sekali untuk mengantarkannya.

Setelah kepergian dari Rolan, ponsel milik Melodi juga berdering. Mengetahui panggilan itu berasal dari ayahnya, ekspresi wajah Melodi juga berubah.

Melodi sudah bisa menebak apa yang ingin di bicarakan oleh ayahnya. Namun dirinya tetap memutuskan untuk mengangkat teleponnya.

"Halo Melodi," ujar ayahnya di telepon.

"Jika ayah meneleponku hanya untuk memaksaku menikah dengannya, aku tetap pada keputusan ku," balas Melodi bersikukuh.

"Aku tidak akan kembali ke rumah," sambung melodi.

"Melodi, ayah begini juga demi kebaikan mu," ujar ayahnya.

"Kebaikan apa, ini cuma untuk kepentingan bisnis saja," balas Melodi.

Melodi yang sudah mulai kesal juga langsung mematikan panggilannya. Bukan hanya mematikan ponselnya saja, Melodi juga mematikan ponselnya agar ayahnya tidak bisa menghubunginya.

Ayahnya hendak menjodohkannya dengan seorang pria yang tidak dia sukai, tentu saja melodi langsung menolaknya. Ayahnya bahkan terus memaksanya tanpa memikirkan perasaannya. Hal ini yang membuat Melodi akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah.

Sekarang dirinya sudah nyaman dengan hidup yang dia jalani. Dirinya juga sudah ada pria yang telah dia sukai. Jadi Melodi memutuskan untuk tidak akan kembali ke rumah sebelum ayahnya membatalkan perjodohannya.

Siang hari, Rolan telah sampai di depan sebuah rumah besar. Rumah itu tampak begitu megah lengkap dengan kolam renang dan taman pribadi. Rumah itu adalah rumah dari keluarga Wijaya.

Keluarga Wijaya adalah keluarga yang lumayan kaya di kota Neo ini. Keluarga Wijaya memiliki perusahaan yang bergerak di bidang perhiasan giok. Nama perusahaannya bernama Wijaya group yang menjadi salah satu perusahaan perhiasan giok terkemuka di kota ini.

Rolan turun dari sepeda motornya dan melepaskan helmnya. Tidak lupa Rolan berkaca di spion motornya sambil merapikan rambutnya dengan sisir.

"Ternyata aku lumayan tampan juga," ucap Rolan memuji dirinya sendiri.

Kemudian Rolan juga meminta izin kepada seorang satpam yang menjaga gerbang pintu masuk rumah.

Rolan sudah sering datang ke rumah ini untuk mengantarkan paket, sehingga satpam itu juga langsung mempersilahkannya.

"Ting tong..." Rolan menekan bel pintu rumah.

Sesaat kemudian pintu rumah juga mulai terbuka dan muncul sosok seorang wanita muda cantik dari balik pintu.

"Kamu..." ujar wanita tersebut kepada Rolan.

Wanita tersebut adalah Amanda Wijaya yang merupakan putri bungsu dari keluarga Wijaya. Melihat sosok Amanda, Rolan juga semakin bertambah bersemangat.

"Nona Amanda, saya Rolan datang untuk mengantarkan paket pesanan anda," ujar Rolan memberikan paketnya sambil tersenyum.

"Kamu lagi yang mengantarkan paketan milikku," balas Amanda menerima paketannya.

"Kebetulan saja," ujar Rolan.

Padahal rute Rolan mengantarkan paket bukanlah di daerah ini, tapi setiap kali ada paketan atas nama Amanda, Rolan selalu saja mengambilnya. Semua itu Rolan lakukan agar dapat bertemu dengan Amanda.

"Baiklah, terima kasih ya," ujar Amanda sambil tersenyum.

"Cantik sekali..." ucap Rolan dalam hati.

Rolan tampak terdiam terperangah melihat senyuman dari Amanda ini. Senyuman Amanda benar-benar sangat manis di matanya, hingga membuatnya hatinya bergetar.

Walaupun Amanda hanya berdandan sedikit saja, namun masih tetap sangatlah cantik. Rambutnya yang panjang dan lurus membuatnya terlihat sangat anggun. Ketika tersenyum Amanda akan memperlihatkan gigi gingsul nya yang menjadikan senyumannya begitu manis.

"Aku akan memberikan bintang lima nanti," sambung Amanda hendak menutup pintu rumahnya kembali.

"Nona Amanda tunggu!" panggil Rolan.

"Ada apa?" tanya Amanda.

"Tidak ada," jawab Rolan.

Rolan hanya belum puas melihat Amanda saja. Dirinya masih ingin lebih lama melihat wajah cantik dari Amanda.

"Terima kasih atas bintang lima nya," sambung Rolan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh... sama-sama," balas Amanda.

Amanda juga menutup pintu rumahnya. Dari jendela rumahnya, Amanda dapat melihat Rolan yang mulai pergi sambil senyum-senyum sendiri. Bahkan sesekali Rolan juga melompat ke atas dengan sangat senang sekali.

"Kurir ini lucu juga," ucap Amanda sendiri.

Rolan sendiri mulai pergi sambil terus terngiang senyuman Amanda barusan. Tampak sekali bahwa Rolan begitu suka dan mengagumi Amanda.

"Sejuta kata ku takkan mampu, katakan-katakan kekaguman ku, dirimu benar-benar sempurna, kau luar biasa," Rolan bernyanyi sendiri berjalan menuju ke motornya.

"Kau sesuatu yang sempurna, aku teramat cinta," sambung Rolan bernyanyi.

"Bro, kamu masih muda, sayang sekali sudah gila," ujar satpam mengatai Rolan.

"Aku memang sudah gila, gila cinta," balas Rolan.

Satpam hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Wajar saja jika Rolan suka terhadap bosnya yaitu nona Amanda. Tapi sadar diri juga penting, melihat statusnya yang berbeda, pikir satpam.

episode 2 MATA SAKTI DARI LANGIT

Malam hari, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Kini hanya tinggal satu buah paket lagi yang harus Rolan antarkan.

Rolan sudah sampai di depan sebuah gedung tinggi dengan 5 lantai. Gedung itu adalah sebuah apartemen mewah yang ada di kota Neo ini.

"Sial sekali, kenapa aku harus mengantarkan benda seperti ini?" ucap Rolan memegangi sebuah kotak kecil di tangannya.

Resi di kotak kecil itu menerangkan isi yang ada di dalamnya. Rolan juga langsung mengetahui bahwa isi kotak kecil ini adalah alat pengaman pria.

Rolan juga mulai berjalan menuju ke salah satu apartemen yang ada di gedung tersebut. Sampai di sana, Rolan juga mengetuk pintu apartemennya.

Pintu apartemen mulai terbuka dan terlihat seorang pria muda dari balik pintu yang hanya menggunakan kaos singlet dan celana pendek saja.

Pria itu bernama Bento pemilik dari apartemen tersebut. Bento adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang batu giok.

"Saya mengantarkan paket," ujar Rolan kepada Bento.

"Cepat berikan kepadaku!" balas bento sambil mengambil paket tersebut dengan kasar.

"Kamu lambat sekali mengantarnya, dari tadi aku sudah menunggunya," sambung Bento.

Bento tampak kesal karena menunggu barang ini dirinya telah kehilangan banyak waktu. Seharusnya malam ini dirinya bisa 3 sampai 4 kali bermain, pikirnya.

Tanpa sengaja Rolan juga melihat ada sosok wanita di dalam apartemen itu. Wanita tersebut menggunakan pakaian yang begitu tipis, sehingga memperlihatkan setiap bentuk lekuk tubuhnya.

Wanita tersebut memakai riasan yang tebal, sehingga membuat wajahnya sangat putih di bandingkan tangannya. Namun bentuk tubuhnya benar-benar sangat menggoda sekali. Dadanya besar dan bokongnya lebar, benar-benar sangat tobrut.

"Apalagi yang kamu tunggu?" tanya Bento mendapati Rolan tidak kunjung pergi.

"Cepat pergi sana!" sambung Bento menutup pintu.

Rolan juga mulai pergi dari apartemen tersebut. Hari sudah malam, awan hitam juga mulai menutupi bintang-bintang malam. Kilat mulai menyambar di kejauhan, menandakan sebentar lagi hujan akan turun.

Rolan merasakan suatu perasaan yang aneh di dalam dirinya. Rasanya malam ini hatinya begitu bahagia seakan akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. Kedua matanya juga terus berkedut dari tadi.

Rumah susun tempat Rolan tinggal ada di kawasan pinggiran kota, membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai ke sana.

Di perjalanan, ketika Rolan mulai melewati sebuah taman terbengkalai yang sudah penuh dengan pepohonan yang rimbun, sebuah benda tiba-tiba saja jatuh dari langit.

Benda itu tampak seperti meteor dengan kilauan api langsung jatuh di tengah-tengah taman terbengkalai tersebut.

"Duar..." suara ledakan juga terdengar di sana.

"Apa itu yang jatuh barusan?" ucap Rolan terkejut.

Rolan yang penasaran segera berhenti dan memarkirkan sepeda motornya. Dirinya segera masuk ke dalam taman menuju ke tempat meteor tersebut jatuh.

Rolan mulai menerobos pepohonan lebat dan sampailah di tempat meteor itu jatuh. Terlihat gumpalan asap tebal dan percikan api di area itu.

Angin mulai berhembus kencang menerpa gumpalan asap hitam di tempat itu. Seiring asap hitam yang mulai hilang, mulai muncul seorang pria tua dengan rambut panjang berwarna putih di sana.

Ternyata benda yang tampak seperti meteor itu ternyata adalah seorang pria tua yang turun dari langit.

Pria tua tersebut juga langsung melihat ke arah Rolan. Pandangannya begitu tajam dan dingin menatap Rolan.

Lalu kemudian Rolan langsung kaget karena tiba-tiba saja kedua mata pria tua itu tampak bersinar sekali. Cahaya sinar dari mata pria tua tersebut langsung menerangi gelapnya malam.

Belum sempat Rolan bereaksi, pria tua itu sudah muncul di hadapannya, sehingga membuat Rolan semakin kaget.

"Kita berjodoh anak muda, aku turun dari langit karena mencari orang untuk mewarisi kekuatan ku," ujar pria tua itu kepada Rolan.

"Aku akan memberikanmu mata sakti dari langit," sambung pria tua.

Kemudian pria tua itu tiba-tiba saja mencongkel kedua matanya dengan tangannya. Sontak saja Rolan langsung ketakutan sekali. Kini kedua bola mata pria tua itu telah terlepas dan pegangnya sendiri.

"Hantu..." Rolan sangat ketakutan sekali dan mengira pria tersebut adalah hantu.

Pria tua itu kini tampak menyeramkan dengan kedua matanya yang telah copot. Di malam hari seperti ini, jelas dia adalah hantu, anggap Rolan.

Rolan hendak mencoba lari dari sana, tapi mendapati tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Segala macam bacaan doa Rolan baca, namun juga masih tidak bisa bergerak.

Tiba-tiba saja pria tua itu langsung memasukkan kedua bola mata di tangannya ke dalam kedua mata Rolan. Kedua bola mata itu langsung bersatu dengan mata Rolan.

Seketika Rolan merasakan pandangannya langsung menjadi putih bersih karena sebuah cahaya yang menyilaukan. Energi dari mata itu masuk ke tubuh Rolan. Tubuhnya mulai terasa berat, lalu tiba-tiba saja Rolan langsung terjatuh tidak sadarkan diri di sana.

Rolan tergeletak tidak sadarkan diri di taman yang sudah terbengkalai tersebut. Si pria tua hanya menunjukkan sedikit senyuman di bibirnya, kemudian tubuhnya mulai hilang secara perlahan.

Selama Rolan tidak sadar, energi alam di sekitarnya mulai masuk ke dalam kedua matanya secara perlahan-lahan.

Tiga jam telah berlalu, Rolan juga mulai tersadar kembali. Begitu tersadar, Rolan merasakan kedua matanya terasa sangat hangat dan terus berkedut.

"Ini..." Rolan seketika langsung teringat kejadian sebelumnya.

"Hantu..." Rolan segera bangkit dan lari dari sana.

Rolan segera menaiki sepeda motornya dan melaju dengan kencang. Sampai di rumah susunnya, Rolan segera mengunci pintunya rapat-rapat.

Tubuhnya tampak gemetaran karena begitu sangat ketakutan sekali. Hujan juga mulai turun dengan deras di ikuti guntur yang menggelegar. Keadaan seperti ini semakin menambah rasa takut Rolan.

Rolan menyangka bahwa pria tua tadi adalah sosok hantu di taman yang menakutinya. Taman itu sudah lama terbengkalai dan di tumbuhi oleh banyak pohon besar termasuk pohon beringin. Pohon beringin besar terkenal angker, sehingga sudah pasti ada penunggunya di sana, pikirnya.

Di saat Rolan begitu sangat ketakutan, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Tok... tok..." sontak saja Rolan terkejut.

Dirinya baru saja bertemu hantu, hari juga sudah larut malam, siapa yang mengetuk pintu kamarnya malam-malam begini, pikir Rolan panik.

"Rolan, apa kamu sudah tidur?" ujar seseorang yang mengetuk pintu.

Mendengar itu, barulah Rolan merasa tenang. Rolan mengenal suara tersebut yang merupakan suara dari Melodi.

Selain kerja di tempat yang sama sebagai sama-sama kurir, ternyata mereka berdua juga tinggal sebelahan rumah. Mereka berdua sama-sama tinggal di rumah susun yang ada di lantai dua gedung.

Rolan segera bangkit dari tempat tidurnya dan membukakan pintu. Sekilas sebuah cahaya menyilaukan tiba-tiba terlintas di kedua mata Rolan tanpa di sadarinya.

Setelah pintu terbuka, Rolan langsung terkejut bukan main melihat Melodi datang tidak menggunakan pakaian. Melodi di mata Rolan hanya menggunakan bra dan celana dalam saja.

"Melodi, apa yang kamu lakukan?" tanya Rolan.

"Kenapa malam-malam begini kamu hanya memakai pakaian dalam saja? " sambung Rolan.

Melodi justru tampak bingung dengan perkataan Rolan ini. Bisa-bisanya Rolan mengatakan dirinya hanya menggunakan pakaian dalam saja. Waktu sudah malam dan sedang hujan, dirinya sedang menggunakan jaket saat ini agar tidak kedinginan.

Rolan sendiri melihat Melodi hanya menggunakan bra dan celana dalam yang bermotif bunga. Rolan juga mulai terperangah melihat bentuk tubuh dari Melodi.

Tidak di sangka bentuk tubuh Melodi ternyata begitu sangat indah. Kulitnya putih banget dan tampak halus sekali, pikir Rolan.

Pandangan Rolan juga tertuju pada bagian dadanya yang begitu menggoda, seperti dua buah semangka saja.

"Punya Melodi ini ternyata sebesar ini, juga masih kencang," ucap Rolan dalam hati.

Ukuran dada Melodi memang lebih besar di bandingkan dengan wanita pada umumnya, sehingga membuatnya sangat menggoda. Warnanya begitu putih, sehingga bisa terlihat urat nadi di dalamnya. Ada tai lalat di dada sebelah kirinya, sehingga membuat Rolan ingin menyentuhnya.

episode 3 TEMBUS PANDANG

Menyadari Rolan yang sedang menatap dadanya, melodi juga mulai merasa malu. Kedua pipinya mulai memerah dengan sendirinya.

"Melodi, kamu cocok sekali memakai pakaian dalam bermotif bunga," ujar Rolan.

Sontak saja Melodi begitu terkejut mendengar perkataan Rolan ini. Bukan hanya kedua pipinya saja yang memerah, kini seluruh wajahnya mulai memerah sudah seperti kepiting rebus saja.

"Rolan sialan, kamu mengintip ku," Melodi terlihat kesal.

Dirinya saat ini memang menggunakan pakaian dalam bermotif bunga yang baru saja dia beli kemarin. Melodi juga langsung mencubit pinggang Rolan dengan kuat.

"Aaa..." Rolan merasakan pinggangnya begitu sakit.

"Melodi apa yang kamu lakukan, kenapa kamu mencubit ku?" Rolan melepaskan cubitan Melodi.

"Kamu pantas mendapatkannya, beraninya kamu mengintip ku," ujar Melodi.

"Mengintip apa...?" saat ini Rolan masih belum mengerti apa yang sedang terjadi.

Di mata Rolan saat ini Melodi hanya menggunakan pakaian dalam saja, namun yang aneh melodi justru beranggapan bahwa Rolan mengintipnya.

"Aku ini pria bermoral, mana mungkin aku mengintip mu," ujar Rolan mengelak.

"Lagi pula kamu sendiri yang datang ke rumahku hanya dengan menggunakan pakaian..." sambung Rolan berhenti.

Rolan berhenti berbicara sebelum menyelesaikan kata-katanya karena matanya yang berkedip. Setelah matanya berkedip, Rolan mendapati Melodi kini telah menggunakan jaket. Sontak saja Rolan kaget bukan main melihatnya.

"Ini... bagaimana bisa...?" pikir Rolan.

Sebelumnya jelas sekali dirinya melihat Melodi hanya menggunakan pakaian dalam saja, tapi kini malah telah menggunakan jaket.

"Apa aku salah lihat, apa ada masalah dengan penglihatan ku...?" pikir rolan lagi.

Rolan kembali mengedipkan kedua matanya dan langsung kaget bukan main lagi, hingga membuatnya mundur selangkah. Rolan kembali mendapati Melodi hanya menggunakan pakaian dalam saja.

Rolan kembali mengedipkan matanya sekali lagi. Alhasil saat ini Rolan melihat Melodi yang sudah menggunakan jaket kembali.

"Mataku... mataku bisa tembus pandang," ucap Rolan dalam hati sulit di percaya.

Rolan juga telah menyadari bahwa ternyata penglihatannya mampu menembus pandang. Rolan tampak terdiam seolah tidak bisa percaya dengan matanya yang bisa menembus pandang.

Pantas saja melodi menuduhnya mengintipnya karena tahu bentuk dan motif bunga pakaian dalamnya, padahal yang sebenarnya adalah dirinya bisa melihat menembus pakaiannya, pikir Rolan.

"Rolan, kamu kenapa malah bengong?" tanya Melodi.

Rolan juga langsung tersadar dan seketika menjadi sangat bersemangat sekali.

"Tidak apa," jawab Rolan.

"Kamu belum menjelaskan kepadaku, mengapa kamu mengintip ku, jika penjelasan mu tidak masuk akal, aku akan membencimu?" tanya Melodi dengan kesal.

"Melodi, mana mungkin aku mengintip mu, bukankah aku sudah bilang, aku adalah pria yang bermoral," balas Rolan.

"Tapi bagaimana kamu bisa tahu tentang motif bunga pakaian dalamku?" tanya Melodi lagi dengan malu.

"Aku kemarin melihatmu membelinya, jadi aku pikir kamu pasti memakainya," jawab Rolan.

Jawaban Rolan ini masuk akal juga bagi Melodi, jadi Melodi juga tidak mempermasalahkannya.

Kemudian melodi menyampaikan maksud kedatangannya malam-malam begini ke rumah Rolan. Melodi mengeluarkan sebuah kotak makanan dan memberikannya kepada Rolan.

"Cuaca malam ini dingin, aku membuat semangkuk mie untuk mu," ujar Melodi.

Mie itu di buat Melodi dengan penuh perasaan berharap Rolan akan menyukainya.

"Wah kebetulan aku belum makan," balas Rolan.

"Aku jadi tidak enak selalu merepotkan mu saja," sambung Devan.

Melodi sering sekali memberikan makanan kepada Rolan, sedangkan Rolan belum pernah memberikan sesuatu kepada Melodi.

"Tidak apa-apa," ujar Melodi tersenyum.

"Sudah malam, aku kembali dulu," sambung Melodi.

"Ya, terima kasih banyak," ujar Rolan.

Melodi juga kembali ke rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Rolan. Devan segera masuk ke dalam rumah dan meletakkan kotak makanan yang berisi mie di atas meja.

Rolan tampak begitu sangat senang sekali sampai tubuhnya bergetar. Semua sulit di terima oleh nalar karena dia memiliki mata yang bisa menembus pandang.

Sudah seperti cerita yang ada di novel saja, jika dirinya tidak merasakannya langsung, mana mungkin ada yang percaya dengan mata yang bisa menembus pandang, pikir Rolan.

"Apa ini ada hubungannya dengan hantu pria tua yang di taman tadi?" pikir Rolan lagi.

Rolan mengingat perkataan pria tua yang mengatakan bahwa dia akan memberikan mata sakti dari langit kepadanya. Kemudian kejadian menakutkan terjadi, di mana pria tua tersebut mencongkel kedua matanya dan memberikan kepadanya. Setelah itu Rolan sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.

Lalu kemudian tiba-tiba saja pintu rumahnya kembali di ketuk dari luar dengan keras dan tidak berhenti-henti.

"Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka pintunya!" panggil seseorang dari luar dengan suara keras.

Rolan juga langsung mengenali suara tersebut. Suara itu adalah milik dari Martini pemilik gedung rumah susun ini.

"Gawat..." ucap Rolan.

Rolan tahu kedatangan Martini pasti adalah untuk menagih uang sewa rumah susunya yang sudah menunggak selama 5 bulan.

Rolan bisa menunggak selama 5 bulan di karenakan dirinya harus membeli sepeda motor baru untuk bekerja sebagai kurir. Sepeda motor sebelumnya telah hilang di curi oleh orang.

Pintu kamarnya terus di gedor oleh Martini, sehingga Rolan juga hanya bisa membukanya. Setelah terbuka munculah sosok wanita paruh baya yaitu Martini.

Martini adalah seorang wanita janda yang berusia 40 tahun. Walaupun umurnya sudah kepala empat, tapi penampilan masih seperti seorang gadis saja.

Martini menggunakan pakaian yang lumayan ketat dan terbuka, sehingga dada dan bokongnya tampak menonjol. Riasan begitu tebal untuk menutupi kerutan yang muncul di wajahnya.

"Rolan, mana uang kontrakannya, segera bayar!" tagih Martini.

"Itu... kak Martini, bisakah anda memberikan waktu untuk saya lagi?" balas Rolan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Walaupun sudah tante-tante, tapi Martini tidak mau di panggil tante. Dirinya lebih suka di panggil kak Martini agar terasa lebih muda.

"Waktu apalagi, aku bahkan sudah memberikanmu waktu cukup lama," ujar Martini.

"Jika kali ini kamu tidak membayarnya, maka kamu bisa angkat kaki malam ini juga," sambung Martini dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

Rolan mulai sedikit panik, tampaknya kali ini Martini agak sulit untuk bernegosiasi. Padahal sebelumnya Martini selalu bersedia memberikannya waktu.

"Kak Martini tolong lah, berikan aku waktu satu minggu lagi, aku janji akan membayarnya," ujar Rolan.

"Tidak bisa," balas Martini dengan tegas.

"Satu Minggu terlalu lama, aku berikan waktu satu hari, jika besok kamu tidak bisa membayarnya, maka kamu harus pergi dari rumah ini!" sambung Martini.

Rolan bisa bernafas lega karena malam ini dia tidak harus pergi. Dengan matanya yang bisa tembus pandang, Rolan yakin dengan waktu satu hari, dirinya pasti bisa mendapatkan uang untuk membayar sewa rumah susunnya.

Namun kemudian sorot mata Martini mulai berubah menatap Rolan. Sedikit senyuman juga terlintas di bibirnya.

"Aku bisa saja membiarkanmu tinggal di sini sepuasnya dan tidak perlu memikirkan uang sewa," ujar Martini.

"Eh..." Rolan sedikit terkejut.

"Apa maksud kak Martini?" tanya Rolan.

Martini mulai merapikan baju yang Rolan kenakan sambil mengedipkan kedua matanya. Martini menonjolkan bagian dadanya, sehingga Rolan dapat melihat bentuk belahannya dengan jelas.

Walaupun sudah berumur, namun Martini masih terlihat menggoda. Rolan juga hanya bisa menelan air ludahnya sendiri.

"Jika kamu mau tinggal di rumah untuk menemani kakak malam ini, semuanya bisa di atur," jawab Martini.

Rumah Martini terletak di lantai bawah gedung ini. Rolan masih muda dan tampan, Martini juga tertarik kepadanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!